Seokjin nampak sedang menata beberapa wadah makanan yang ia bawa dari rumah spesial untuk merayakan ulang tahun sahabatnya—yang kini hanya fokus menatap dinding hingga rasanya bisa berlubang.
Kemudian ia menuangkan sup rumput laut dari dalam termos kecil kedalam mangkuk yang ia pinjam dari rumah sakit. Setelahnya ia berikan pada Yoongi yang menerima dengan gerak lemah.
"Lemes banget, brou. Cakenya nanti nunggu Namjoon dulu," ujar Seokjin.
"Emang sudi kesini?"
Bukannya menjawab Seokjin malah balik bertanya pada sang sahabat, "Lo kenapa sih?"
Yoongi hanya sibuk menyeruput sup miliknya, mengabaikan pertanyaan itu. Tentu saja berhasil membuat Seokjin kesal hingga memukul kepalanya menggunakan sendok lumayan keras. Yoongi mengaduh.
"Bagus bener ditanya ngga jawab! Udah bikin Namjoon gue kesel jangan gue juga dong."
Yoongi menaruh mangkoknya ke meja nakas samping ranjang putih yang sudah lama ia tiduri, lalu memijit pangkal hidungnya untuk meredakan pusing yang dirasa, "Gak tau, hyung. Gue takut banget."
Seokjin melembut, "Takut apa Yoongi?"
"Gagal. Kayak dulu."
"Lo inget kenapa lo gagal dulu?" tanya Seokjin lalu mengambil tangan Yoongi untuk ia genggam, "Yoon, lo udah kehilangan kedua orang tua. Kehilangan ayah Namjoon yang notabene udah kita anggap sebagai ayah kita juga. Inget karena apa?"
Selagi pikiran Yoongi mengawang pada masa lalu, Seokjin pun melanjutkan, "Karena kita ambil keputusan salah Yoongi. Kita ngga berusaha waktu itu, memilih untuk menghindar dari masalah alih-alih mengatasinya. Rencana kita untuk bawa lo jauh ke Aussie berharap apa yang ditakdirkan ngga akan terjadi sebab lo ditempat berbeda. Nyatanya, takdir ya takdir. Kita tetep kehilangan orang yang kita sayang, lo tetep ngerusuh disana. Takdirnya jalan cuma tempatnya aja yang berubah.
Sekarang lo bilang mau pergi lagi padahal tau Jimin yang masih sepupunya Namjoon dalam bahaya?
Mikir gak gimana perasaan Namjoon?
Yoongi, ini bukan pengalaman pertama kita. Inget lo punya gue dan Namjoon. Kita bisa saling mengingatkan atau cari jalan keluar bersama. Namjoon juga masih bisa pantau penyakitnya dengan leluasa."
"Ta—tapi hyung..... "
Seokjin sekali lagi menjitak kepala Yoongi menggunakan sendok, "Gada tapi-tapian!"
Perkataannya memang terlihat meyakinkan namun Seokjin tetap tidak bisa menyembunyikan ke khawatirannya. Dan itu tertangkap oleh Min Yoongi.
Meski kini mereka sudah kembali tenang dan makan dengan lahap, ujung mata Seokjin terus saja terpergok menatap jam pada dinding. Atau melirik ponselnya yang selalu berada dekat dengannya. Yoongi tahu betul kalau sahabatnya itu menunggu orang yang terkasih untuk datang ke perayaan kecil ulang tahunnya.
Hingga akhirnya derit pintu terbuka tertangkap indera kedua orang itu. Dengan senyum yang mengembang Namjoon menghampiri mereka. Mengambil duduk tepat disamping Seokjin sambil meminta maaf atas keterlambatannya datang ke pesta. Membuat Seokjin menitikan air mata bahagia, pun Yoongi yang merasa bersalah sekaligus lega dalam hatinya.
"Ayo-ayo tiup lilin dulu!" seru Seokjin.
Perayaan kecil ini berjalan dengan lancar. Diisi canda dan tawa, mengesampingkan masalah yang akan datang nantinya. Tak ada yang membahasnya sama sekali, baik itu Jin&Joon maupun sang bintang sebab tidak berani merusak kehangatan. Jam makan siang yang begitu menyenangkan.
"Barang-barang udah diberesin?" tanya Seokjin.
"Barang gue cuma hp sama baju yang dulu dipakai pertama kali dateng kesini kok," jawab Yoongi. Ia akan kembali kerumah hari ini.
"Ok, gue pulang dulu ya. Maaf nih gak bisa anter, ada jadwal. Joonie aku pulang ya!" setelah mengecup lesung pipit Namjoon pria itu pun langsung melarikan diri sambil terkekeh.
Yoongi yang heran pun bertanya, "Gak dianter Joon?"
"Gak, udah gede."
"Hilih."
"Gue mau bawa lo kali sekarang buat pemeriksaan terakhir sambil ambil obat dan vitamin yang perlu lo konsumsi. Terus bayar juga!"
"Iyaa."
Mereka pergi dengan Yoongi yang masih setia memegang infus pada tangannya. Sedikit berbincang soal bosannya ia dan tak sabar untuk pulang ke apartemen, tiba-tiba tubuhnya ditabrak oleh seseorang dengan lumayan kencang.
"Ah, maaf tuan. Maaf saya sedang terburu-buru."
Takdir memang telah ditentukan. Tanpa perlu susah payah dengan rencana yang telah ia susun di kepalanya untuk memulai pertemuan dengan sehalus mungkin, mereka malah dipertemukan oleh hal tak terduga.
"Jimin, hati-hati. Ada apa?" tanya Namjoon.
"Ah, hyung. Ada pasien gawat darurat, murid taman kanak-kanak yang keracunan catering makan siang mereka," kemudian Jimin langsung melangkahkan kakinya lagi namun baru beberapa langkah ia balik arah kembali, "eum, maaf lupa pamit, hyung. Tuan maaf ya, hyung aku duluan," setelahnya ia benar-benar pergi meninggalkan Yoongi dan Namjoon.
Yoongi terkekeh melihat kelakuan lucu Jimin yang jelas saja mendapat perhatian dari Namjoon, "Ya, ya. Sekarang boleh ketawa dulu, hyung. Iya gak apa-apa."
Tapi saat mereka berdua Yoongi tersadar—DEG—jantungnya seperti terhantam sesuatu.
"Astaga, Joon," ucap Yoongi sambil memegangi dadanya sendiri.
"Hyung, kenapa? Apa yang sakit?"
Yoongi menggeleng, "Joon, beda. Alurnya beda, ngga sama. Berubah."
Karena, bukannya pasien datang disaat mereka bertemu nanti?
KAMU SEDANG MEMBACA
INCEPTION -yoonmin ✔
FanfictionYOONMIN SOCMED AU BXB HOMOPHOBIC GO AWAY Ada 🔞 -nya Open ending Happy reading~