Aku membuka pintu apartemenku setelah menekan password-nya.
"H kangen kakak tuh." Ucap Helena.
"Iyakah?" Tanyaku yang dijawab anggukan oleh Helena.
Aku langsung berjalan ke arah H yang sedang duduk manis di atas bean bag hitam miliknya. Aku duduk di depannya dan benar saja, H langsung menghampiriku dan duduk di pahaku.
Aku mengelus kepalanya dan tersenyum, seketika aku teringat mengapa kelinciku bernama H.
Saat itu hujan turun deras, membasahi kaca mobil yang aku tumpangi dan dia kendarai. Alunan lagu jazz mengiringi perjalanan kami menuju rumah.
"Aku baru saja membeli- mengadopsi seekor kelinci, apa kamu mau menamainya?" Tanyaku.
"Eich." Ucapnya seraya menulis huruf H di udara dengan satu tangannya, sementara satu tangannya lagi dia gunakan untuk menyetir.
"Kenapa?" Aku menolehkan kepalaku ke arahnya dan memiringkannya ke kanan.
"Karena huruf pertama nama depan kita sama-sama ‘h’. Lucu kan?"
Aku mengangguk-angguk dan tersenyum kecil, "Iya lucu namanya".
Aku kembali bersandar pada kursi mobil dan sesekali menggumamkan lagu-lagu yang terputar.
"Kak Jenna?"
"Uhm iya?" Aku terbawa kembali ke realita.
"Helena mau coba kerja part time, boleh?"
Aku terdiam sejenak. Menimang-nimang jawaban yang akan kuberikan.
"Boleh aja sih. Kenapa emangnya?"
"Pengen coba kerja gitu, Kak." Jawabnya.
Aku mengangguk-angguk, "Asal pekerjaan kamu pekerjaan yang baik kakak gak masalah".
Drrrt... Drrrt...
Ponselku bergetar dari dalam saku blazer-ku.
Dengan perlahan aku menaruh H di bean bag-nya.
"Sebentar ya." Ucapku ke Helena sebelum berjalan ke arah balkon.
Aku mengangkat telepon itu, dari rumah sakit. Aku mendengarkannya dengan seksama.
"Saya akan ke sana segera." Ucapku lalu menutup telepon.
Aku melihat pemandangan kota dari balkon. Helaan nafas berat keluar dari mulutku.
Sudah dua tahun berlalu.
Kemungkinannnya sadar semakin menipis dan dokter menyarankan untuk membiarkannya pergi dengan tenang.
Tidak, aku tidak bisa melepaskannya. Aku masih belum terbiasa hidup tanpanya.
Aku tidak sanggup jika duniaku yang sudah hampir runtuh, benar-benar runtuh.
Seketika aku teringat dengan penggalan arti lirik dari sebuah lagu.
“...I felt that you were resembling me and time was passing
I thought we would never change
The perfect you might have been too big for me
I wanted to place you in my arms
Maybe I was being too greedy
When will this longing go away?...”“...I'm afraid of letting go
I'm scared
That you, who won't last forever
Will disappear with the night...”-Violet by PENTAGON-
KAMU SEDANG MEMBACA
wither sunflower [✔️]
Short StorySang bunga matahari telah layu, kisah mereka telah usai. 🏁 February 19th, 2021