Aku sebenernya udah males lanjutin cerita ini, udah stuck gitu loh. Nggak ada ide lagi.
Pingin Update cerita baru 😭 udah numpuk juga di draft ku euy. Tapi ya gimana kan.. Aku tuh punya prinsip menyelesaikan satu-satu kerjaan. Jadi nggak bisa selingkuh ke cerita lain gitu.
Maybe ... Cerita ini bakal cepet aku selesai in.
Happy reading...
.
.
.
.
.Keira terduduk diam di atas ranjang. Ia memegang benda kecil yang memperlihatkan satu garis merah. Air matanya tak bisa ia bendung lagi.
"Hei ... Kamu kenapa?" tanya Kenzo lembut, pri itu juga berjongkok di depan Keira untuk melihat wajah sang istri dengan jelas.
Keira tidak mengatakan apapun, ia memperlihatkan benda yang ia pegang pada suaminya itu.
"Tidak apa Kei ... Mungkin belum waktunya kita punya anak," ucap Kenzo yang bisa menebak apa yang di pikirin sang istri.
Sudah lima bulan pernikahan, Keira masih belum bisa memberi Kenzo keturunan.
"Aku iri pada Keiva, Vanya yang dengan mudahnya bisa punya anak," gumam Keira.
"Hei ... Jangan berkata seperti itu," seru Kenzo, lengan pria itu menggapai pipi sang istri dan mengelusnya lembut.
"Gimana kalau kita periksa ke dokter? Mungkin, aku atau kamu ada masalah," Keira memelankan suaranya saat kalimat terakhir.
"Ya sudah, lusa kita ke rumah sakit ya. Kamu jangan sedih lagi ...." Keira tersenyum lalu mengangguk semangat.
"Keiraaaa ...," panggil sang kembaran yang membuka pintu tanpa mengetuk.
"Bisa nggak sih ngetik pintu?! Gimana kalau gue sama Kenzo lagi ... –" ucapan Keira terputus, ia berpikir dua kali untuk melanjutkan kalimatnya.
"Lagi apa? Anter yuk!" ajak Keiva tanpa berpikir panjang. Ia juga berjalan mendekati Keira.
"Ck ... Anter kemana?" tanya Keira berdecak sebal.
"Jalan-jalan gue pingin beli apa gitu. Bosen di rumah mulu, suami gue sibuk nggak bisa gua ganggu, anak-anak juga di rumah Bunda," jelas Keiva.
"Ken, gue culik bini lo ya. Nanti lo tebus dulu, baru gua kasih lagi," seru Keiva langsung menarik Keira tanpa menunggu jawaban Kenzo.
"Pelan-pelan Iva! Sadar kalau lo lagi hamil!" ucap Keira kesal, bisa-bisanya bumil satu ini begitu lincah dengan perutnya yang sudah lumayan besar.
"Bawel! Hayuk ah!" Keiva terus menarik lengan Keira.
"Hati-hati ya," sahut Kenzo, saat melihat sang istri bersama kembarannya itu hilang di ambang pintu kamar.
***
"Iva ... Masih lama nggak sih? Kaki gua pegel nih. Dari tadi muter-muter mulu. Lo mau beli apa sih?" tanya Keira nampak kesal, belum lagi Keiva dari tadi hanya mengajak Keira untuk berputar-putar di mall, tidak membeli apapun.
"Ya elah Kei ... Sambil cuci mata juga kali. Lo emang nggak bosen apa di rumah terus? Semenjak lo nikah, terus wisuda, elo di rumah aja tuh."
"Ke caffe yuk! Gua haus nih ...," ajak Keira.
"Ya udah, yuk!"
***
"Seriusan? Sebanyak ini mau lo beli Iv?" tanya Keira tak percaya dengan barang yang ia lihat. Bagaimana mungkin Keiva membeli banyak perlengkapan bayi, padahal kandungannya belum tua-tua amat.
"Ya serius lah. Kan buat anak gue," seru Keiva santai.
"Kandungan lo aja belum 7 bulan, kenapa lo beli perlengkapannya sekarang?"
"Gimana kalau nanti gua lahirannya prematur? Kan lumayan apa yg gua beli sekarang nggak sia-sia."
"Ish ... Jangan bilang gitu bego! Lo mah ngomong seenaknya aja. Lagian kan ada tuh baju-baju bekas Alfa sama Azka, kenap lo beli baru coba?"
"Baju bekas mereka udah di kasih ke panti asuhan sama Bunda, lagian gua mikirnya nggak bakal secepat ini Alfa sama Azka dapet adek," jelas Keiva.
Bruk
Keiva menabrak seseorang. Untung saja tidak membuat Keiva terjatuh.
"Ya ampun. Maaf maaf, saya nggak sengaja," seru orang itu menatap khawatir ke arah Keiva.
"Ah iya. Tidak apa-apa," seru Keiva.
"Seriusan lo nggak apa Iv? Perut lo nggak sakit kan?" Keira juga ikut khawatir.
"Iya gue nggak apa-apa Kei." Keiva pun melirik ke arah orang yang menabraknya tadi. Begitu juga dengan orang itu. Mereka saling mengerutkan kening.
"Keiva."
"Rama," seru Keiva dan orang itu bersamaan.
"Ya ampun. Udah lama kit nggak bertemu," seru orang yang di kenal Keiva itu, bernama Rama. Keiva hanya tersenyum kecil menanggapi pembicaraan itu.
Najis banget ketemu orang ini! - batin Keira.
"Oh ... Gimana kabar kamu?" tanya Rama basa-basi.
"Yah ... Baik kok. Baik banget malah," jawab Keiva.
"Hmm ... Kamu hamil ya?"
"Iya, anak ketiga,"
"Wah ... Udah beranak tiga aja kamu, aku satupun belum."
"Iva! Bisa nggak sih nggak usah nanggepin orang itu. Lo tau kan dia orang kek gimana?" bisik Keira
"Ya gimana ngehindar nya Kei?" tanya Keiva bingung.
"Oh ya Iv. Suami kita udah nungguin nih di depan, kita duluan ya, Ram," pamit Keira menarik belanjaan dan juga Keiva.
"Duluan ya ...," Keiva ikut pamitan sebelum mereka menjauh.
"Iya, hati-hati ya ...," jawab Rama melambaikan tangannya.
Keira dan Keiva sudah menjauh dari posisi pria tadi.
"Kenapa sih kita ketemu sama dia? Buat badmood aja," gerutu Keira.
"Ya elah Kei ... Tu orang kan bukan napi atau apa gitu, sebegitu benci nya lo sama Rama."
"Lo nggak inget? Dia hampir celakai nyawa lo dulu! Dia juga buat lo sakit hati sampe hampir overdosis! Jangan lo lupain itu Iv!" Keira meninggikan suaranya.
"Gue nggak lupa kok, tapi apa salahnya kan bersikap baik aja sama orang itu. Toh nggak bakal buat lo mati juga."
"Udah ah! Kenapa jadi bahas orang itu sih? Kita pulang aja yuk, mendung nih ... Gue nggak mau kehujanan!"
"Ya udah, yuk!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Girls (END)
RomanceKeiva dan Keira namanya. Mereka hidup sempurna. Mempunyai orangtua, saudara dan sahabat yang menyayangi. Namun ada satu yang kurang. Yaitu pasangan.. *** "Gimana kalau kita taruhan?" Tanya Gafa "O-ok siapa takut!!" Jawab Keiva gugup Start: 14 sep 20...