"Jauh-jauh sana anak yakuza!"
Satu dorongan keras mampu membuat Utahime terjatuh. Di umurnya ke-12 seperti biasa ia tidak bisa melawan penindasan yang dialaminya. Merintih, hanya itu yang bisa ia lakukan atas rasa sakit yang ia terima.
Setelah tiga anak perempuan yang merundungnya pergi, Utahime pun bergerak untuk membereskan isi tasnya yang berceceran. Taman dekat sekolah yang begitu sepi sehingga tak ada orang-orang yang melihat dan membantu dirinya. Isakan tangis ia tahan sekuat mungkin karena tidak ingin ditanya macam-macam oleh ayahnya sepulang nanti.
"Ini punyamu?"
Sebuah tangan putih menyodorkan kotak pensil ke hadapannya, dari suaranya terdengar seperti anak laki-laki. Utahime pun mendongak untuk menatap wajah si anak yang sedikit membungkuk di hadapannya.
Putih dan biru langit, itu yang pertama kali Utahime lihat. Ia terpana. Anak laki-laki di hadapannya sangatlah tampan. Dengan surai seputih salju dan mata biru yang berkilau indah, anak laki-laki di depannya tampak begitu menawan.
"Pangeran salju," bisik Utahime tanpa sadar yang tentu saja didengar oleh anak itu mengingat jarak mereka sangatlah dekat. "Pangeran? Oh, ya, tentu saja aku seperti pangeran. Kamu adalah orang kesekian yang memujiku seperti pangeran."
Mendengar ucapan yang kelewatan percaya diri (tapi benar adanya) dari anak laki-laki itu ditambah kibasan rambut membuat Utahime sedikit berkedut lalu dengan cepat ia menarik kotak pensil yang disodorkan oleh anak itu. Kepala ditundukkan guna menyembunyikan luka di wajahnya lalu tangan kembali mengambil barang-barang yang tersisa di tanah.
"Hei, kepalamu membungkuk terus. Apa tidak sakit lehermu?"
Kini anak laki-laki itu berjongkok di hadapannya, menonton Utahime yang sedang memasuk-masukkan barangnya ke dalam tas. Utahime tidak menjawab pertanyaannya. Ia bahkan semakin membungkukkan kepalanya agar wajahnya tak dilihat.
Beberapa menit berselang hingga semua barang milik Utahime sudah masuk ke dalam tas, anak itu terus bergeming di tempatnya membuat Utahime kesal.
'Untuk apa kau di sini jika ujung-ujungnya tidak membantuku?!'
"Hmm, kini aku mengerti kenapa mereka merundungmu," tukas anak laki-laki itu tiba-tiba sambil menarik dagu Utahime agar kepalanya mendongak. Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja Utahime terkejut dan hendak saja ia menepis tangan anak itu. Namun, ketika matanya bertemu dengan iris cerah biru laut itu, ia tak bisa menggerakkan tubuhnya. Tatapan anak itu seolah-olah menyuruhnya untuk diam.
"Lukanya cantik, memberikan ciri khas untukmu."
Utahime membelalakkan matanya. Untuk pertama kalinya ada yang memuji luka di wajahnya cantik membuat anak perempuan itu terdiam tak percaya. Rasa-rasanya aneh jika dipuji seperti ini apalagi yang memuji memiliki tampilan yang sangat menawan dibandingkan dengan dirinya.
'Dia tidak salah ucap, kan?!'
"Seharusnya kau menegakkan kepalamu dengan bangga. Mereka tidak mempunyai ciri khas sepertimu, itulah mengapa mereka merundungmu. Seseorang yang mempunyai ciri khas pasti akan membekas di ingatan orang-orang sekitarnya alias keberadaanmu diakui oleh mereka."
Anak laki-laki itu membantu Utahime untuk berdiri. Utahime sendiri masih takut-takut untuk menatap langsung anak itu. Maka, ia pun sedikit menguraikan rambutnya di depan wajahnya agar luka di wajahnya tertutupi. Ia masih tak percaya dengan perkataan anak di depannya ini. Setelah sekian lama dirundung dan tiba-tiba saja ada orang yang menolong dan menghibur bahkan memuji, rasanya begitu aneh dan asing.
"Namamu siapa?" tanya anak itu sambil menyelipkan rambut yang hampir menutupi wajah Utahime ke belakang telinganya membuat Utahime tersentak dan sekali lagi ia ingin menepis tangan itu namun selalu terhenti kala mata biru memusatkan atensi padanya. Lagi lagi Utahime terpana.
"U-Utahime ... Iori ..." jawabnya lirih sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Entah kenapa pipinya terasa panas saat menyadari bahwa jaraknya dengan anak laki-laki ini begitu dekat.
"Waah, nama yang sangat cocok. Perkenalkan, aku Gojou Satoru."
Anak laki-laki bernama Gojou Satoru itu mengulurkan tangannya, mengajak Utahime untuk bersalaman. Mata birunya begitu cemerlang ditambah senyuman menghiasi wajahnya. Tak lupa surai putih yang bergerak lembut tertiup angin. Benar-benar seperti seorang pangeran.
Dengan ragu-ragu, Utahime pun mengangkat tangannya. Hendak membalas uluran tangan Gojou. Namun, sebelum menautkan tangan mereka tiba-tiba saja terdengar suara pria tua yang memanggil Gojou.
"Satoru-sama!"
Dengan cepat Utahime menurunkan tangannya kembali saat melihat pria tua berjas hendak menghampiri mereka.
"Ah, aku sudah dijemput ternyata. Kalau begitu, sampai jumpa Utahime, senang bisa berkenalan denganmu!"
Gojou berlari pergi sambil melambaikan tangan ke arahnya disertai senyuman lebar.
"Ingat, kau sudah diakui oleh orang-orang sekitarmu. Sisanya tentukan sendiri, kau ingin menjadi pemberani atau terus menjadi pengecut!"
Kalimat yang diteriakkan Gojou sebelum menghilang di balik pintu mobil itu membekas di dalam ingatan Utahime. Memberikan dampak besar yang akan membawa perubahan bagi Utahime untuk ke depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars To Your Beautiful ✓
Fiksi Penggemar[Gojou Satoru x Iori Utahime] Bagi Gojou, luka di wajah Utahime bukanlah sebuah kutukan yang harus diludahi, melainkan kecantikan abadi yang harus dimiliki. ──────────────────────── Jujutsu Kaisen © Gege Akutami Scars To Your Beautiful © Alessia Car...