Semakin diperbaiki semakin rusak: kita.
Setelah menyanyikan lagu terakhir yang ia tujukan untuk orang yang sangat dikasihinya, Taehyung pun mulai melambaikan tangan dan membungkukkan badan untuk pamit dan berteriak pada para penggemarnya untuk bertemu lagi dengannya di lain kesempatan.
Bersamaan dengan itu, seseorang ikut berdiri dan mulai berjalan meninggalkan kursi penonton. Ia membenarkan letak kacamata hitam dan topi dengan warna yang sama di tengah-tengah lautan manusia yang berbondong-bondong untuk keluar dari dalam sana.
Jungkook hendak memasuki mobilnya, ia tidak akan menyia-nyiakan suasana sepi di sekitarnya. Namun belum sempat tangannya menggapai daun pintu, suara familiar memanggil namanya.
"Jungkook!" Satu kali.
"Jeon Jungkook!" Dua kali.
Jungkook mencari sumber suara yang ternyata tak lain dan tak bukan adalah pujaan hatinya yang baru saja menyelesaikan konsernya malam ini.
Taehyung berlari kecil ke arah Jungkook, bisa ia lihat pemuda yang lebih muda sedang tidak ingin menghadapi kicauan apapun yang akan keluar dari mulutnya sebentar lagi. Tapi Taehyung butuh menguraikan penjelasannya secara langsung agar Jungkook bisa lebih mengerti bahwa semua yang Taehyung lakukan adalah untuk kelangsungan hubungan mereka.
Kesalahpahaman yang serinh terjadi diantara keduanya membuat Taehyung takut bahwa pada suatu saat akan ada hari dimana Jungkook jengah lalu menyudahi hubungan yang telah mereka bangun selama tiga tahun lamanya.
"Sayang, kita omongin di dalem ya? Konserku juga udah beres, ayo!" Taehyung menggapai jemari Jungkook yang kemudian ditepis oleh sang pemilik dengan wajah muram, seperti sudah lelah dan pemuda itu hendak meninggalkannya.
"Tae, aku sudah memutuskan. Putus memang jalan terbaik untuk kita. Aku cape. Aku ga bisa lanjutin hubungan ini. Udah ya?" Taehyung sempat mematung tak percaya dengan kalimat-kalimat yang terdengar olehnya, kakinya seperti tidak bertulang siap merosot ke tanah kapan saja.
"Ayo kita omongin di dalem, kamu tenang dulu. Minum dulu ya?"
"Taehyung, apa yang bisa kita harapkan dari sesuatu yang udah patah? Ga ada. Kita berantem terus, kamu ga cape? Aku ngeluh terus, kamu ga cape? Mau coba buat ga denger apa kata mereka juga tetep ga bisa, aku udah di ujung kesabaranku Tae."
"Jungkookku, tapi ini kan pekerjaanku. Engga semudah itu, ini cuma masalah waktu. Aku tau sometimes it's hard, but I love you too much to let you go." Jungkook masih diam, ia enggan menanggapi lagi. Keputusannya sudah bulat, bahwa langit malam ini akan menyaksikan berakhirnya kisah cinta mereka.
"Kalau dibilang cape ya aku juga cape, jangan mikir cuma kamu aja yang ingin menyerah, aku juga berjuang untuk kita, untuk hubungan ini Kook. Tapi kamu harusnya mengerti aku lah sedikit."
Kilat dari obsidian terang itu kini menyeramkan, di dalam sana bercampur rasa marah dan takut yang sangat kentara. Ketika mata mereka saling menyapa, Taehyung semakin gusar karena ia tak bisa lagi mendapatkan kehangatan yang sama dari tatapan itu. Semuanya kini dibalut kecewa, marah, sedih, dan takut.
"Kamu sekali aja pernah tanya perasaanku ga sih Tae? Haha." Taehyung tertohok seiring dengan tawa pahit dari Jungkook yang terngiang di kepalanya.
"Selamat beristirahat, semoga kita bisa sama-sama cari kebahagiaan yang lain ya Taehyung." Ucapnya sebagai kalimat perpisahan kemudian tersenyum tipis sebelum benar-benar memasuki mobil dan meninggalkan Taehyung yang terlihat sangat kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
P A T A H | taekook
FanfictionSejatinya berpisah tak pernah ada dalam benak Kim Taehyung