Rasa Takut? Kenapa Tidak

4 0 0
                                    

Kulangkahkan kaki disepanjang teras kelas menuju ruangan sembilan empat. Kelas yang bersebelahan dengan WC siswa yang dinding pembatasnya dilapisi seng agar papan dinding tidak mudah lapuk terkena air. Sesekali seng tersebut berteriak karena di pukul tangan siswa yang kebetulan lewat. Belum lagi aroma tidak sedap yang berasal dari WC kadang datang menghampiri. Posisi kelas sembilan empat ini bisa dikatakan tidak nyaman untuk belajar karena juga berada di sekitar tempat pembuangan sampah akhir sekolah, dan mau tak mau harus rela menerima sumbangan aneka aroma yang berasal dari sampah.

Jelas secara kondisi tempat, merupakan lingkungan yang akan mengganggu konsentrasi dan kenyamanan belajar. Untunglah situasi itu tidak menyurutkan semangat siswa untuk belajar. Agar ruangan kelasnya wangi, maka mereka mengantung beberapa buah pewangi ruangan dan sedikit banyak cukup efektif.

Salamku memasuki kelas dijawab serempak oleh siswa, namun kehadirannku di kelas tidak serta merta menghentikan kegiatan siswa. Kelas belum hening sebelum aku perintahkan ketua kelas untuk menyiapkan teman-temannya tanda untuk memulai belajar. Aku teringat saat aku masih duduk di bangku sekolah, sangat berbeda dengan anak-anak sekarang. Dulu begitu guru sudah ada di kelas, maka seketika kelas akan senyap. Tidak ada lagi yang berani ngobrol kanan dan kiri. Sekarang anak- anak baru diam kalau gurunya sudah memberi perintah atau  komando untuk diam. Ketua kelas seketika menyiapkan teman-temannya. Itupun masih ada yang aku lihat sibuk berkipas menggunakan buku tulisnya. Rupanya tadi sebelum jam pelajarannku, mereka baru selesai pelajaran olahraga.

Agar suasana sedikit rileks aku ajak siswa untuk tanya jawab santai. Saat itu aku tanyakan tentang perasaan takut.
"Siapakah diantara kalian yang tidak punya rasa takut?" Aku lempar pertanyaan ke siswa.

Tanpa dikomando, siswaku serempak menjawab tak ada.

Lalu aku bertanya, siapa yang mau memberi tahu apa yang mereka takutkan dan alasan apa yang menyebabkan mereka takut.

"Kami takut kalau lewat dekat SMA sendirian buk", Revand siswaku yang tergolong aktif berujar.

"Kenapa mesti takut?", selidikku

"Seram buk sendirian, apalagi pas dekat kuburannya buk", Revand memberi alasan.

"Takut kenak cekik hantu buk kalau pas lewat sendirian", celetuk Dani pula dengan logat melayunya yang kental.

Disamping SMA yang di maksud siswaku tadi memang ada perkuburan. Perumahan juga jauh dari sana, jadi terkesan agak mengerikan karena sunyi dan sepi. Dari pertanyaan apa yang ditakutkan, banyak siswaku yang jawabannya sama, yaitu takut hantu. Hantu yang dibayangkan sebagai sosok yang menyeramkan. Walaupun mereka belum pernah bertemu langsung dengan sosok hantu, tetapi sudah takut.

Ada juga yang menjawab takut kalau nanti pas terima lapor nilainya rendah.

"Kami takut kalau nilai rapor kami nanti turun buk", Afwan menyampaikan apa yang di takutkannya.

"Kenapa takut kalau nilainya turun?", aku ajukan pertanyaan lagi.

"Iyalah buk, nanti malu karena nilai turun dan dimarahi orang tua", Afwan memberikan alasan tuk jawabannya.
Masih banyak lagi jawaban dari ketakutan apa yang di rasakan oleh siswaku. Ada juga yang ketakutan jika nanti tak bisa diterima di sekolah idamannya setelah tamat smp dan lainnya. Kebanyakan rasa takut yang dikemukakan siswa itu disebabkan oleh hal-hal yang belum pasti kenyataannnya.

Akhirnya aku menyampaikan kepada siswa bahwa rasa takut yang mereka rasakan masih dinilai wajar. Dan agar rasa takut itu tidak menjadi besar harus dilawan dengan menanamkan keyakinan dalam diri bahwa semua yang ditakuti tersebut bisa diatasi. Kemudian akupun memulai kegiatan belajar seperti biasanya.

Lalu apakah sebenarnya rasa takut itu?
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Takut mempunyai arti merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana; takwa; segan dan hormat; tidak berani (berbuat, menempuh, menderita, dan sebagainya); gelisah; khawatir.
Perasaan takut ini bisa menimpa siapa saja. Dan cara masing-masing orang meresponsnya pun berbeda-beda. Rasa takut timbul pada diri seseorang disebabkan adanya kecenderungan untuk membela diri sendiri dari bahaya atau hanya perasaan yang tak enak terhadap sesuatu hal.

Rasa takut adalah suatu tanggapan emosi dari diri kita terhadap adanya sebuah ancaman. Takut adalah sebuah mekanisme mendasar untuk mempertahankan / melindungi diri sendiri, merupakan respon dari diri kita terhadap stimulus yang berupa suatu ancaman yang membahayakan.
Rasa takut merupakan emosi yang normal dan essensial. Orang yang tidak punya rasa takut justru berada dalam bahaya yang serius, karena rasa takut adalah mekanisme mempertahankan/melindungi diri dari situasi yang mengancam. Sebagian orang mengalami ketakutan lebih besar dari orang lain.

Takut tidak hanya emosi, bersamaan dengan itu akan muncul juga reaksi pada badan jasmani kita, misalnya keringat dingin, gemetar, otot lemas, pucat, tubuh kaku, dan sebagainya.
Ada banyak hal yang dapat menghadirkan perasaan takut. Misalnya keadaan gelap, sunyi, berbicara di depan umum, atau ketinggian. Ketika merasa takut, otak merespon dengan memerintahkan reaksi pada beberapa bagian tubuh seperti jantung berdebar, napas terasa cepat, otot menegang, bahkan keluarnya keringat.

Tak ada yang mendorong kita untuk berlindung atau menghindar dari bahaya, kecuali rasa takut. Yang mendorong kita untuk berupaya mencari dan memperoleh keselamatan di dunia maupun di akhirat  juga rasa takut. Maka apa jadinya jika Allah SWT tidak mengaruniai kita rasa takut? Takut kepada segala marabahaya, takut akan kemarahan, takut mati dan juga takut kepada siksaan api neraka dan kemurkaan. Tentu saja dengan mudahnya kita akan melakukan apa saja di dunia dan bisa jadi akan menyebabkan kita terjerumus ke dalam perbuatan tercela yang menghantarkan kita kepada kesengsaraan dan penderitaan di akhirat.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengajari kita untuk berdo’a :

"Ya, Tuhan kami. Karuniailah kami rasa takut kepada-MU, yang dengan itu menjauhlah kami dari bermakshiyat kepadaMu".

Sebaik-baik rasa takut hanyalah takut kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al’Quran surat Ali Imran ayat 175, yang artinya :

"Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya, Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-KU jika kalian orang beriman.

Terkadang kita lebih mengikutkan rasa takut kita kepada hal-hal yang belum pasti kenyataanya dan melupakan rasa takut akan apa-apa yang telah diperingatkan oleh Allah SWT kepada umat manusia dan bahkan sudah diterangkan dalam AlQuran sebagai petunjuk. Semoga kita adalah golongan orang-orang yang dapat mengelola rasa takut sebagaimana mestinya.

+++STR+++

Pelangi HikmahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang