***
Sakila berjalan seorang diri dikoridor sekolahnya. Hari ini dia harus sendiri, tanpa ada Kanaya disampingnya. Sahabatnya hari ini tidak masuk sekolah karena ada urusan bersama keluarganya.
Kakinya melangkah memasuki kantin sekolah. Disana sangat ramai, hampir semua tempat duduk sudah ditempati, membuat dia menghela nafas bersusaha sabar.
Sakila berjalan menghampiri stand penjual makanan yang berada disana. Gadis itu memesan satu piring nasi goreng dan satu gelas teh manis.
Dia membawa makanannya kemeja yang berada dipojok kantin. Jujur, selama hampir tiga tahun dia sekolah disini, baru kali ini dia masuk kedalam kantin ini seorang diri. Karena selama ini dia selalu menitip pesanan kepada Kanaya dan memakannya dikelas. Alasannya, dia terlalu malas untuk bertemu dengan banyak orang.
"Sakila?"
Merasa terpanggil, Sakila mengangkat kepalanya dan menatap orang yang barusan memanggilnya.
"kanaya kemana?" Sakila mengernyit. Gadis itu menghentikan kegiatan makannya dan menatap Alaska dengan tatapan heran.
"Lo gak tahu?" tanya Sakila. Cowok itu menggeleng membuat Sakila semakin bingung.
"Kan lo pacarnya, masa enggak tau."
Alaska menarik satu kursi dan mendudukinya, membuat dia berhadapan dengan Sakila yang hanya terhalang meja.
"Gue udah samperin rumahnya. Tapi dia gak ada. Gue udah telpon dia puluhan kali, tapi enggak pernah dia angkat. Dan gue juga udah spam chat tapi enggak ada satu pun chat yang gue kirim dia baca." Alaska meraup wajahnya dan mengacak rambutnya kasar.
"Gue bingung, dia kayak ngehindar dari gue, padahal semalam kita telponan dan enggak ada masalah."
Sakila dapat melihat betapa kacaunya lelaki dihadapannya ini. Dia menarik nafasnya kemudian menghembuskannya secara perlahan. "Dia bilang ke gue, kalo hari ini dia nggak sekolah karena ada urusan keluarga."
"Selebihnya gue enggak tahu, dan kalo lo mau tahu alasan dia kenapa kayak gitu. Besok dia balik, lo tanya aja langsung." Alaska mengangguk dan menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Lo lagi deket sama sahabat gue?" tanya Alaska.
"Siapa?" tanya sakila balik diringi kernyitan di dahinya.
"Glace."
Keningnya mengerut. "Dia sahabat lo?" Tanya Sakila yang diangguki Alaska.
"Iya, masa lo enggak tahu?"
Sakila mengendikan kedua bahunya. "Buat apa gue tahu? Enggak penting juga buat gue." Dia memasukan satu sendok nasi kedalam mulutnya dan mengunyahnya pelan.
Alaska tidak heran dengan sikap gadis itu, karena Kanaya pernah menceritakan bahwa Sakila tidak perduli dengan hal-hal yang tidak penting, karena jika hal penting gadis itu pasti akan mengetahuinya.
"Yaudah kalo gitu makasih buat infonya. Gue cabut duluan." Sakila hanya mengangguk dan kembali melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda.
***
Waktu menunjukan pukul 3 sore, sekolah kini mulai sepi membuat Sakila berjalan mendekati halte bis dan duduk dikursi panjang yang berada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙲𝙾𝚆𝙾𝙺 𝙳𝙸𝙽𝙶𝙸𝙽- [ʀᴇᴠɪsɪ]
Dla nastolatkówSenja mengajarkan, sesuatu yang indah, bisa datang dan pergi dengan semaunya tanpa kita duga dan sangka. Jangan pernah lupa, bahwa disetiap pertemuan pasti akan ada sebuah perpisahan. Kita tidak bisa menduga kapan perpisahan itu akan tiba dan beruj...