31. Insiden

7.1K 526 51
                                    

JANGAN LUPA SEBELUM BACA VOTE DAN KOMENNYA YA TERIMAKASIH.

"Tidak ada yang menyakiti ku, aku hanya terluka oleh harapan ku sendiri." ~Aira Arketa.

Hening. Aira memainkan jarinya sambil bersandar pada kasur rumah sakit. "Aku kehilangan pengelihatan ku agar aku tidak merasakan sakit hati lagi karena, melihat dia yang mendapatkan kasih sayang dari papah, tapi aku lupa jika aku tidak tuli dan masih bisa mendengar ucapan mereka yang juga bisa menyakitkan aku," gumam Aira.

"Bodoh!" Ucap seseorang dari jauh. Aira mendengar suara langkah kaki yang mengarah mendekat padanya.

"Agas?" Tanya Aira takut salah orang.

Agas datang ke rumah sakit dengan perasaan yang marah setelah mendengar kabar dari Hardi papah Aira. Tadi, Hardi menelfonnya jika Aira berada di rumah sakit karena mendonorkan matanya untuk Diva.

Agas tidak terima dengan keputusan yang Aira pilih, ia pun langsung bergegas cepat menuju rumah sakit.

"Lo kenapa ga bilang dulu sama gue?" Tanya Agas dengan geram menahan emosinya pada Aira. Agas tidak lagi memakai kata aku-kamu dalam ucapannya karena sudah terlanjur emosi.

"Kalau aku bilang ke kamu apa kamu bakal menyetujui keputusan aku ini?" Tanya Aira. "Udah pasti jawabannya engga'kan."

"AGRHHH!" Geram Agas mengacak rambutnnya kesal.

Aira menggeser tubuhnya sedikit takut karana sikap Agas.

"Ra, sini." Ucap Manda duduk di samping Aira, memeluk tubuhnya erat.

"Bunda," panggil Aira tangannya mencari tubuh Manda dengan tergesa gesa. "Aira takut bund."

"Gas, tenangin diri kamu. Aira sampai takut seperti ini," ucap Manda menenangkan putranya yang sudah terbakar emosi.

"Gimana Agas bisa tenang bund, ngeliat orang yang Agas cintai dalam kondisi seperti ini. Mendonorkan matanya sama orang yang salah, tanpa sepengetahuan Agas!"

"Sejahat jahatnya dia tetap adik aku Gas," jawab Aira masih memeluk Manda.

Manda mengusap ngusap punggung Aira yang gemetar. "Papah kamu setuju, kamu mendonorkan mata kamu untuk Diva?" Tanya Manda.

Aira menggeleng. "Papah ga tau bund, Aira diam diam mendonorkannya, setelah selesai operasi baru papah mengetahuinya. Aira donorin mata Aira karena, mama nyalahin Aira terus dalam kecelakaan yang menimpa Diva, padahal papah dan mama melihat kejadiannya. Mama ngancem kalau mama bakal masukkan Aira ke penjara jika terjadi apa apa sama Diva."

Nada bicara Aira terdengar seperti menahan isak tangisnya.

"Aira ga mau lihat papah sedih bund, karena papah melihat Diva dalam kondisi kaya gitu, apa Aira salah?"

"Kenapa setiap apa yang Aira lakukan itu selalu salah, Aira buta aja salah! Apa jika Aira mati pun Aira juga salah?"

"Aira capek bund, Aira capek dalam kondisi kaya gini, selalu di salahkan dalam sesuatu yang Aira ga pernah lakukan. Tapi Aira yakin papah ga akan sedih sekarang karena melihat Diva yang udah pulih."

Tangis Aira pecah, air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Semua unek unek di hatinya telah ia keluarkan.

Agas mengambil tubuh Aira dari pelukan bundanya. Menghapus setiap air mata yang menetes dari mata Aira.

"Hei Ra, maaf. Maafin gue yang terlalu emosi tadi, jangan nangis."

"Aku bodoh Gas, aku bodoh!"

Sembunyi Dalam Senyum [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang