Banyak orang yang bertanya padaku, bagaimana rasanya punya suami setampan dan sepintar Yoon Jeonghan? Semua pertanyaan itu hanya kubalas dengan senyuman dan diakhiri dengan kalimat yang netral. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu jujur saja. Mereka harus merasakannya sendiri.
Yoon Jeonghan, juara satu umum saat SMA, Berhasil lulus dengan nilai terbaik di Seoul National University. Hebat? Kuakui, iya.
Jangan tanya bagaimana dia diranjang... eh ehm karenanya aku mengandung. Suddenly? Tidak ini sudah bulan ke 8 eh... apa aku salah hitung? Mungkin 9. Berkat Yoon Jeonghan yang pada dasarnya mengurusi segala hal di rumah ini. Aku menikmati waktu luangku dengan bersantai. Aku bukannya malas, tapi Jeonghan memang tidak membiarkanku bergerak selangkah pun bahkan untuk mengambil air minum di dapur.
Yah tidak apa-apa sih. Kapan lagi menikmati waktu menjadi pengangguran tapi tetap dilayani? Kalian iri? Maka cepatlah menikah. Kalian tidak bosan memangnya berhalu tentang jodoh orang?
Author + Readers : Jleb
Saat ini, aku sedang menemani Jeonghan menonton pertandingan sepak bola. Walaupun aku tidak mengerti sama sekali peraturannya. Aku sudah memakan berbungkus-bungkus snack. AKU TIDAK RAKUS OKE! Salahkan pada bayiku, kenapa mereka begitu rakus di dalam sana. Ehm, maaf baru memberitahu. Iya mereka kembar.
"Y/n." Panggil Jeonghan padaku.
"Hm?" Aku menyahut tapi tetap fokus pada snack di tanganku.
"Kan anak kita kembar"
"Lalu?"
"Kalau mereka kembar perempuan, bagaimana kalau kita beri nama SinA dan SinB?" Aku yang mendengar itu hanya mengangguk. Yah, namanya bagus sih. Tapi, pasti ada alasan kenapa dia mau memberi nama seperti itu
"Kenapa?"
"Kau pasti marah jika aku memberitahumu alasannya." Jeonghan membuatku tambah penasaran.
"Katakan."
"Hem.. sebenarnya aku mendapatkan ide saat membantu keponakan Seokmin, Dino. Dia memintaku mengajarnya trigonometri." Heok... aku mengerti maksudnya. Tentu saja aku tidak mau. Bisa-bisanya manusia ini.
"Tidak boleh."
"Ah wae?!" Jeonghan merajuk. Tapi, aku tetap pada pendirianku. Enak saja dia mau menamai anakku dengan rumus, persoalan atau sudut yang berdasarkan dunia persegitigaan.
"Y/n... y/n... kenapa tidak boleh. Kan namanya bagus." Iya, bagus. Sebelum aku mengetahui latar belakang dari namanya.
"Tidak boleh! Kalaupun bayi ini laki-laki aku yakin kau akan memberi mereka nama Cos A dan Cos B kan?!" Sarkasku. Dia terdiam yang artinya aku pasti benar.
"Hem... bisa juga." Aku mencubitnya kecil dan Jeonghan meringis kesakitan. Bisa-bisanya aku memiliki suami yang memiliki otak kelewat pintar dan kreatif seperti dirinya. Memang benar kata orang-orang. Orang pintar biasa tidak waras. Bahasa kasarnya GILA.
'Tenangkan dirimu Y/n. Dia suamimu.' Batinku menenangkan diri sendiri.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita taruhan?" Aku mengerutkan alisku bingung. Dia mau taruhan tentang nama bayi?
"Apa?"
"Kalau tim yang aku pilih menang di pertandingan minggu depan, kita pakai nama SinA dan SinB."
(klub sepak bola akan author sensor jadi klub ayam dan klub goreng.)
"Geurae!" Aku menerima tantangan Yoon Jeonghan. Aku cukup yakin bisa menyelamatkan masa depan anak-anakku kelak. Sangat tidak lucu jika ada teman-teman yang bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine: Be mine?
FanfictionImagine Oneshot You and Seventeen member Season 1 (end) Season 2 (end) Special part (End)