Sudah 4 hari sejak cuti diambil dan ini adalah hari terakhir, selama itu pula gadis berbadan dua ini terbaring di atas ranjangnya.
Selain pergi ke WC, ia sama sekali tidak beranjak dari tempat tidurnya.
Tidak, tidak, [Name] sama sekali tidak sakit fisik. Yg ia tau bahwa ia sangat malas untuk beraktifitas, hanya ingin tidur-tiduran tiap hari tanpa melakukan apa-apa.
Untuk makan, Ranpo biasanya datang membawa makanan untuknya, juga untuk Ranpo sehingga mereka berdua bisa makan bareng.
Sekaligus untuk mengawasi gadis ini agar tetap makan, karna ia yakin sangat jika ia tak mengawasi nya, [Name] tak akan memakan makanannya.
Apalagi di musim dingin seperti ini, rasanya malas sekali bergerak walau untuk makan sekalipun.
Tok, tok, tok!
"[NAMEEEE]" Suara yg familiar memanggilnya, meng-kode agar ia dibukakan pintu.
"Masuk aja"
Pria tersebut membuka pintu lalu masuk dengan menenteng tas-tas di kedua tangannya yg gadis tersebut yakin bahwa isinya makanan.
"Duh, [Name], kok pesan ku kemarin ga dijawab" Ambeknya dengan bibir yg maju membentuk bibir bebek dan hanya ditertawakan [Name].
Menurut pria bermantel tersebut, kamar [Name] kali ini sedikit lebih wangi dari biasanya. Sedikit senang, Ranpo mengira hal ini disengaja untuk menyambutnya.
"Nih, nih, lihat apa yg ku bawa!"
"Tumben izin dulu, biasanya kayak kucing liar asal masuk" sarkas [Name] yg tengah menegakkan badannya agar dapat duduk.
"Emang iya?"
"Iya"
"Kayaknya engga sih, aku mana mungkin gak sopan seperti itu, bukan aku bukan aku~" Lambai nya yg membuat [Name] memutar bola matanya malas.
Tak perlu banyak debat, [Name] mengambil salah satu kotak makanan asal dan memakannya cepat, Ranpo juga.
Kedua insan ini makan bersama.
5 menit setelahnya, [Name] dulu lebih cepat selesai tanpa menunggu Ranpo yg benar-benar menikmati makanannya seakan ia tengah berada di surga.
Setelah menegak air di gelas atas nakas, gadis lemah gemulai ini kembali menidurkan dirinya menghangatkan diri bersama selimut tebal miliknya dengan membelakangi pria yg belum selesai menghabiskan makanannya.
Ranpo menikmati makanannya, menatap lekat satu persatu helaian surai sang gadis yg terpancar sinar cerah matahari.
Di tengah tatapannya, pria gagah tersebut merasa ada yg salah di penciumannya, tercium bau asap yg samar karna tertutup pewangi, entah datang dari mana.
Ranpo menoleh sana-sini mengecek apakah ada listrik yg terbakar. Namun sepertinya bukan.
Seketika, ia menyadari dan bergegas ke arah kotak sampah dekat pintu.
Dan benar saja, terdapat sepuntung dua puntung rokok disana. Bisa-bisanya ia tak menyadari hal ini, Ranpo sedikit lengah.
"[Name]!" Tegas Ranpo seraya memungut bangkai rokok tersebut, berniat menoleh ke arah gadis yg sedang terbaring di ranjang tersebut.
Namun ternyata, gadis itu sudah lebih dulu berdiri menatap cemas Ranpo.
"[Name]! Apa ini?!"
Gadis berantakan tersebut tidak menjawab nya dan tak berhenti menatap puntungan rokok tersebut dengan kening yg berkerut.
"[Name]!"
"GAK TAU!" Gadis tersebut berlari menyembunyikan dirinya ke dalam hanyutan selimut.
Ranpo mendekat, "[Name].."
"Bukan kau yg merokok kan?"
Tanya pria bersurai hitam pekat tersebut yg masih berdiri menghadap sang gadis berharap kata tidak terucap oleh bibir [Name].Sayangnya, [Name] hanya diam, Itu sudah cukup menjawab pertanyaan nya. [Name] nyebat ketika pria tersebut tak ada bersamanya.
"[Name]! Sudah berapa kali kau merokok!?"
"—Lalu, kenapa? Kau tahu kan kau sedang mengandung!?"
Diam. [Name] tidak mau menjawab. Atau lebih tepatnya ia tidak sanggup untuk mengeluarkan kata.
"[Name].. Apa kau tega menyiksa anakmu dengan begini?"
Walaupun samar, Ranpo tahu betul [Name] terkejut mendengar katanya tadi.
Ranpo mengambil nafas dan melepasnya, ia kembali duduk.
"[Name].. Kau tahu.."
".. Awal masuk, aku merasa ruanganmu lebih wangi dari biasanya."
"Aku kira itu untuk menyambutku, makanya kau memperwangi ruanganmu"
Ranpo-san..
"Tidak kusangka itu untuk menyamarkan bau rokok.."
Tolong jangan lanjutkan..
"...Dan bukan untukku." Putusnya.
"Apa sebegitunya kau ingin lari? Apakah aku kurang bagimu?"
Sekali lagi, [Name] terkejut. Sang gadis berusaha melihatnya, namun dihentikan oleh pria tersebut dan kembali menutup selimut tebalnya.
"Tolong jangan lihat kesini"
Ranpo diam, suasana sunyi kembali.
"Ah! Aku harus bergegas ke agensi, dah" Ranpo melangkah pergi, sebelum menutup pintu, "Besok cuti mu habis, berhentilah malas-malasan" Katanya meninggalkan [Name] dengan selimut abu-abu tebal tersebut.
Mendengarnya, membuat [Name] mengambil salah satu bantal dekatnya lalu melemparkan ke arah pintu dengan kesal, "Pria tua gak ngaca" gumamnya.
☕☕☕
"Halo~ Beli cincin dong mba"
"Iya, iya yg ini, ah! Pasti harganya 175.200 yen kan? hai', hai'~"
"Terimakasih, silahkan datang kembali"
TBC
SERIES KE DUA SUDAH PUBLISH DENGAN JUDUL MY YELLOW!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
-ˋˏ ⎙ 𝐅𝐈𝐑𝐄𝐖𝐎𝐑𝐊𝐒; ranpo edogawa
FanfictionYang aku inginkan kehangatan, namun jika hal sederhana seperti itu tidak ada, lalu untuk apa lagi bertahan. W a r n ! ! ! DISCLAIMER!¡ SUICIDE WARNING! ⸙ Typo! ⸙ OOC tak disengaja maupun disengaja ⸙ MAAF! APABILA Diluar ekspektasi readers [Fanficti...