06. Banjir

10.7K 1K 22
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya sebagai tanda bahwa kalian menghormati karya yang author buat.

*Happy Reading*


Pagi hari yang cerah dengan awan putih menggantung indah dilangit, butiran embun berlomba-lomba menyentuh benda-benda yang ada dibawahnya membentuk kristal indah saat diterpa matahari.

Semua makhluk hidup sudah bangun dari mimpi indah mereka dan sudah siap beraktivitas, tapi lain halnya dengan gadis bersurai hitam bak tinta itu... Ia masih asyik merangkai mimpi bahkan bibirnya tidak henti tersenyum entah mimpi apa yang ia lihat hingga sesenang itu, gadis cantik itu adalah ji ya yang masih enggan meninggalkan pulau kapuknya.

Seorang gadis berpakaian khas pelayan mendekati ji ya dengan senyum manis terpatri dibibirnya. "tuan putri saatnya bangun.." ujar gadis itu lembut, namun tidak membuat ji ya bergerak sedikitpun... Gadis itu mencoba mengguncangkan tubuh ji ya pelan tapi sepertinya cara itu juga tidak berhasil.

"tuan putri bangunlah hari sudah menjelang siang tuan putri...." ji ya hanya melenguh kecil tapi tak sampai beberapa detik kemudian ia tidur kembali, gadis pelayan itu tidak menyerah begitu saja diambilnya segelas air lalu memercikan pada ji ya yang terlelap tidur. "Aaastaga TUAN PUTRI BANJIR...BANJIR " teriak gadis pelayan itu dengan keras, ji ya yang masih tertidur itu langsung terbangun kaget dalam keadaan setengah sadar ji ya langsung berlari terbirit-birit seperti orang menghindari banjir bandang.

"astaga banjir...banjir tolongggg!" jerit ji ya tanpa sadar memanjat sebuah tiang penyangga yang cukup besar, sedangkan gadis pelayan itu hanya bisa ternganga melihat majikannya yang panik bisa memanjat tiang penyangga yang besar dan licin itu dengan sangat cepat bahkan monyetpun kalah cepat... Sungguh majikannya sungguh berbakat menjadi orang hutan.

Guan juan yang melintas didepan paviliun adiknya menjadi sangat penasaran saat mendengar suara jeritan ji ya yang begitu nyaring, apalagi ji ya terus meneriaki banjir... Memangnya di paviliun ji ya diterjang banjir?, mungkin itu yang dipikirkan guan jian.

Guan jian memasuki paviliun adiknya dengan cepat ia takut adiknya kenapa-kenapa, setelah masuk yang pertama kali guan jian lihat adalah Xixi pelayan kecil ji ya yang menganga lebar sambil terus menatap keatas seolah ada yang menarik disana.

"Ehemmm" deheman guan jian langsung menyadarkan Xixi yang langsung sujud saat menyadari sang putra mahkota kini ada dihadapannya..

"pelayan rendahan ini memberi hormat kepada yang mulia putra mahkota" guan jian menganggukan kepalanya lalu melirik sekitarnya. "dimana ji'er? Tadi aku mendengar suaranya berteriak?.."

Wajah Xixi langsung pucat mendengar pertanyaan dari guan jian, bagaimana kalau guan jian tahu kalau Xixi lalai menjaga ji ya pasti ia akan dihukum penggal saat itu juga tapi mau tidak mau Xixi harus memberitahu guan jian karena kalau tidak siapa yang akan menyelamatkan ji ya yang masih menempel di tiang penyangga itu...

"maaf yang mulia... Tuan putri ada diatas sana..." ujar Xixi pelan sambil menunjuk tiang penyangga di depan mereka, guan jian mendongakkan kepalanya seketika mata guan jian melotot tak percaya, bagaimana bisa adiknya berada diatas sana bahkan mulut ji ya terus berkomat-kamit tak jelas... Apa yang sebenarnya ji ya lakukan diatas sana?.

"JI'ER APA YANG KAU LAKUKAN DIATAS SANA?!...."Teriakan guan jian mengagetkan ji ya yang tengah berkomat-kamit diatas sana, dengan pelan ji ya menurunkan pandangannya dan melihat guan jian dan Xixi pelayannya berada dibawah dengan ekspresi khawatir tercetak jelas diwajah mereka.

Ji ya memandang mereka dengan tatapan aneh lalu mengalihkan pandangannya untuk melihat keseluruhan tempat itu, "aneh kok gak ada air... Katanya tadi ada banjir, bahkan gege dan xixi masih baik-baik saja dibawah sana.. Apa aku tadi bermimpi?" gumam ji ya yang masih memeluk erat tiang penyangga itu.

"ah sepertinya aku terlalu parno sama banjir jadinya begini deh astagaa kenapa jadi begini.... Mau turun tapi malu udah diliatin gege dan xixi" tapi mau tidak mau ji ya turun dengan wajah memerah karena malu, aibnya dilihat oleh orang lain setelah turun guan jian menatap ji ya tajam seperti rentenir yang menagih hutang saja, nyali ji ya langsung ciut bak balon bocor.

"Ji'er bisa kau jelaskan pada gege mengapa kau bisa berada diatas sana?..." tanya guan jian dengan senyum manis dibibirnya namun ji ya tidak tertipu dengan senyum manis bermakna bahwa kakaknya itu tengah menahan amarahnya, ji ya hanya bisa nyengir seperti tidak bersalah sedikitpun.

Alasan mengapa ji ya sangat panik saat mendengar kata banjir karena sewaktu kecil ji ya pernah dikerjai oleh sepupu jauhnya yang sangat jahil dan nakal... Sepupunya itu menghidupkan seluruh kran air di kamar mandi ji ya hingga meluap dan masuk ke kamar tidur milik ji ya, sedangkan ji ya yang saat itu tidur tidak tahu apa pun yang sedang terjadi dan ji ya baru terbangun saat dirinya sudah terendam air apalagi saat itu ji ya belum tahu berenang membuatnya sangat panik hingga pingsan tapi untungnya ada salah satu maid yang menyadari keanehan dari kamar ji ya yang terus mengeluarkan air dari celah bawah pintu dan segera membuka pintu kamar itu secara paksa dan keluarlah air yang sangat banyak itu hingga membuat lantai digenangi oleh air, akibat membuat hal yang hampir menyelakai ji ya... Sepupu jauhnya itu dihukum selama 3 bulan tak boleh keluar rumah.

Jadi tidak heran ji ya sangat panik saat mendengar kata banjir, tapi bukan berarti sekarang ji ya tidak dapat berenang... Ia dapat berenang ketika sudah tak ada pilihan lain tentunya.

"ah tidak ada apa-apa gege... Ji'er hanya bermimpi ada banjir makanya ji'er panik dan tidak sadar sudah berada diatas sana hehehe" guan jian hanya bisa menggelengakan kepalanya, ia sungguh tidak menyangka hanya karena bermimpi banjir ji ya dapat memanjat tiang penyangga itu yang bahkan tingginya 4 meter dengan cepat.

"ji'er gege bangga padamu" ujar guan jian membuat ji ya bingung memangnya apa yang membuat guan jian bangga padanya?, "hah? Bangga apa gege memang apa yang dilakukan ji'er yang membuat gege bangga?".

"Gege bangga mempunyai adik segesit monyet dihutan liar" raut wajah ji ya langsung datar sambil menatap guan jian tajam, sedangkan yang ditatap menunjukan ekspresi sangat bangga tak sadar ucapannya membuat tekanan darah ji ya naik dengan sendirinya.

"Gege apakah pernah merasakan bogeman seorang gadis" ucap ji ya dingin, "sepertinya tidak pernah dan juga bogeman itu apa?" ji ya hanya terkekeh pelan dengan ekspresi yang sangat menyeramkan.

"kalau begitu gege mau tahu? Maka ji'er akan mempraktikannya secara langsung" ji ya mendekati guan jian lalu tanpa diduga tangan ji ya yang sudah terkepal erat itu mendarat di hidung guan jian hingga berdarah.

"ackkhh apa yang kau lakukan ji'er?!" jerit guan jian sambil memegang hidungnya yang masih terus berdarah, "apanya bukan kah gege ingin tahu... Itu yang namanya bogeman, ah sudahlah gege pergi sana ji'er marah dengan gege.. Jangan kemari lagi!" ji ya mendorong tubuh guan jian untuk pergi dari kediamannya.

"kenapa ji'er yang marah padaku seharusnya aku yang marah padanya.." gumam guan jian sambil meninggalkan kediaman adiknya dengan rasa kesal.

"memangnya apa salahku!"

Bersambung.

Dipublikasikan: 18 febuari 2021

Maafkan author ya readers mungkin rada gak nyambung karena chapter ini hanya selingan sebelum menuju konflik...

Jadi jangan bingung ya

Sampai jumpa dichapter berikutnya

Permaisuri LicikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang