"Kalian berdua!" Aku meninggikan suara, saat Shin sendiri sudah membelit tubuh Kei.
"Tama! Uki!" Aku menoleh ke arah mereka berdua secara bergantian yang terlihat tak ingin beranjak dari tempat mereka.
"Tubuhku lebih kecil, mustahil untukku menengahi mereka berdua. Lagi pun, kalau ada yang mati di antara mereka berdua, kita bisa memakan dagingnya untuk menambah kekuatan," saut Uki yang hanya duduk menonton apa yang mereka berdua lakukan.
"Tama!"
"Jika mereka saja tidak mendengarmu, bagaimana mungkin mereka akan mendengarku, My Lord," ungkap Tama saat pandangan mataku beralih kepadanya.
"My Lord!"
Kepalaku terangkat ke atas ketika suara Kou menyentuh telinga. Mataku sedikit menutup saat kepakan sayapnya, menerbangkan beberapa daun berikut debu. Aku terperanjat, karena saat dia hampir mendarat ... Kou menyabet tubuh mereka berdua dengan ekornya, hingga Shin ataupun Kei menghentikan sejenak apa yang mereka lakukan, sebelum akhirnya Kou menindih mereka berdua dengan cakarnya.
"Jangan menyulitkan Tuanku! Karena kekuatan kalian, tidak berarti apa-apa untukku."
"Dan kau!" sambung Kou dengan mencengkeram kepala Kei yang masih menggigit tubuh Shin, "jangan meninggikan dirimu sendiri! Kau hanya berhasil membawa pergi Tuanku, hanya di saat aku sedang lengah. Kalau saja kau tidak melakukan kontrak dengannya, aku sudah membunuhmu saat ini!" ancam Kou, dia mencengkeram kepala Shin dengan cakar kanannya sedang kepala Kei dengan cakar kirinya.
Mulutku terbuka lebar, tatkala Kou membekukan kepala mereka berdua setelah akhirnya dia melepaskan cengkeraman di masing-masing mereka. Tubuh Shin menggeliat, diikuti ekornya yang bergerak melilit es yang membekukan kepalanya, sedang Kei sendiri membenturkan es yang menyelimuti kepalanya ke tanah dengan sesekali kedua kaki depannya memukul-mukul es tersebut.
Pandangan mataku teralihkan ke arah Uki, tatkala suara tawa keras darinya masuk ke dalam kepalaku. Aku bisa langsung mengenali suaranya, karena hanya dia sendiri hewan betina di antara yang lain. "Mereka bodoh sekali," tukas suara Uki yang kembali terdengar, diikuti suara kukur layaknya burung pada umumnya.
"My Lord!"
Pandangan mataku beralih ke arah Kou yang berjalan mendekat dengan menginjak beberapa pohon yang sedari awal sudah dirobohkan oleh Shin ataupun Kei. "Maaf, karena aku lalai menjagamu," ucapnya, aku mengangkat kedua tanganku merangkul lehernya saat dia mengatakannya dengan kepala yang bergerak melewati pundakku.
"Aku takut sekali, Kou. Aku takut, kalau aku tidak bisa bertemu kalian lagi," jawabku sambil memeluk erat lehernya.
"Di mana Kakakku dan juga Zeki?" tanyaku, saat mataku sendiri tidak bisa menemukan keberadaan mereka berdua.
"Mereka aku turunkan di salah satu pohon yang ada di dekat sini. Aku sudah memastikan, mereka tidak terluka saat aku melakukannya," jawabnya, dengan menarik kembali kepalanya menjauhi pundakku.
Aku menoleh ke samping lalu berjalan mendekati mereka, "Bibi dan juga Kakek, terima kasih atas bantuannya," ucapku pelan dengan tertunduk sambil meremas kedua tanganku sendiri.
Bibi menoleh sejenak ke arah Kakek yang masih mengatup bibirnya, "Bibi tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Bibi bersyukur kalau kau baik-baik saja ... Karena semuanya sudah selesai, kami akan kembali ke dunia kami. Jaga diri kalian baik-baik," ucap Bibi, sambil berbalik dengan berjalan menyusul Elf lain termasuk Kakek yang telah melangkah mendekati gerbang dari akar.
"Kakek! Saat keadaannya sudah aman, aku akan mengajak Putriku untuk bertemu denganmu!" tukasku, dia menoleh tanpa mengucapkan sepatah kata pun sebelum gerbang tersebut menghilang dari hadapanku.
Aku berbalik, menatap Izumi yang duduk dengan menggendong anak yang berhasil aku selamatkan dengan Ebe yang juga duduk di sampingnya. Izumi memegang kaki anak tersebut, saat Uki memiringkan kepalanya di atas kaki itu. Lirikan mataku, kembali beralih ke arah bunyi gemerasak dari dedaunan. Aku berjalan mendekati dua orang laki-laki yang muncul dari balik pepohonan, saat raut wajah lega sedikit terlukiskan di wajah-wajah mereka.
"Apa kau baik-baik saja?"
Aku mengangguk di pelukannya, "aku baik-baik saja," jawabku, ketika ikut kurasakan sebuah kecupan yang menyentuh kepalaku.
"Haru-nii," ungkapku yang beralih memeluk Haruki saat Zeki sendiri melepaskan pelukannya padaku.
"Apa yang terjadi?" tanya Haruki ketika aku melepaskan pelukanku padanya.
Aku berbalik dengan menunjuk ke arah Kei yang duduk terdiam sambil menatap Shin yang ada di depannya, "aku menemukan Harimau putih bermata biru yang dulu sempat aku pinta kepadamu, Zeki," ucapku seraya menoleh ke arahnya.
"Lebih tepatnya, dia yang menemukanku lalu membawaku ke sini. Aku sudah melakukan kontrak dengannya ... Aku memberikannya nama, Kei. Sayangnya, dia sangat menyukai daging manusia," sambungku yang kali ini mengalihkan pandangan kepada Haruki.
"Kau ingin membuatnya berhenti memakan daging manusia?" saut Haruki dengan melirik ke arahku.
Aku menggeleng, "aku tidak yakin bisa melakukannya. Dia dari kecil sudah memakannya, sangat sulit untuk mengubah kebiasaan suatu makhluk-"
"Apa kau lupa?" tukas Haruki yang memotong perkataanku.
"Para Manticore dulu juga seperti itu, tapi lihatlah mereka sekarang! Mereka bisa melakukannya tanpa perlu kau pinta," sambungnya dengan lirikan mata beralih kepada para Manticore dengan empat Leshy yang berubah wujud menjadi burung di punggung mereka.
"Sachi, kalau kau memiliki makhluk yang bisa mengubah wujudnya ... Kenapa tidak meminta mereka untuk menjadi penyusup di suatu Kerajaan atau mungkin Kekaisaran?"
"Itu sama saja seperti bunuh diri untuk mereka," ungkapku dengan menoleh ke arah Zeki yang bertanya, "saat mereka di Kekaisaran, makhluk milik Kaisar akan sangat mudah menemukan mereka. Mereka mungkin aman kalau melakukannya di Kerajaan yang jauh dari Kaisar ... Tapi mereka belum sepenuhnya percaya pada manusia, mereka ikut denganku itu juga karena Kou melakukan kontrak paksa."
"Lagi pula, berada di dunia milik Kou, sangat bagus untuk mereka. Aku membutuhkan kekuatan mereka, jadi membiarkan mereka berada tinggal di sana ... Itu pilihan yang sangat tepat," sambungku yang tersenyum sambil berjalan menyusul ke arah para Manticore yang telah berjalan melewati gerbang es milik Kou.
Lirikan mataku beralih ke arah Izumi yang berlari kencang ke arah daerah yang tidak bersalju, saat aku sendiri telah berjalan melewati gerbang yang Kou buat. "Mulai sekarang, kau akan tinggal di sini," ucapku dengan berjalan melewati Kei yang baru saja melewati gerbang dengan Shin yang menyusul di belakangnya.
"Aku ingin manusia-"
"Benarkah?" tukasku memotong perkataannya, "tapi di sini sudah banyak sekali sihir yang akan membuatmu kenyang. Mereka yang lain, tidak memerlukan makanan apa pun di sini. Kau kelaparan, karena di dunia manusia memiliki sedikit sekali sihir. Aku benar, kan, Kou?" sambungku yang kali ini mengalihkan pandangan kepada Kou yang berjalan masuk sebelum gerbang itu tertutup kembali.
"Aku akan membekukan seluruh tubuhnya kalau dia membuat ulah lagi kepadamu, My Lord," saut Kou, saat langkahnya berlanjut menjauhi kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Queen : Memento Mori
FantasyKelanjutan dari novel 'Fake Princess' di MT/NT. Diharapkan, untuk membaca novel 'Fake Princess' terlebih dahulu, agar dapat mengerti dengan alur ceritanya. Genre : Dystopia, High Fantasy, Romance, Action, Mystery, Slice of Life, Adventure, Psycholog...