0.2

342 56 11
                                    

0.2 : Dia Kembali




"ARGHHHH, LEPASIN GUE ANJING!" ujarku Mengamuk kepada Mama yang sekarang ada didepanku

Aku menatapnya dengan kebencian, dengan hati dan tubuh yang penuh luka.

Aku dirantai, dan berusaha lepas dari rantai itu.

Mama menangis menatapku, tidak berani mendekat

"Nak.. Maafin mama. Tolong jangan kayak gini Sahi" Ujar nya lemah dengan air mata yang bercucuran.

"GUA GAK BUTUH MAAF LO BAJINGAN" Ujar ku sambil terus berusaha melepas rantai yang memborgol kedua tangan ku dari tembok baja ini.

Tanganku terluka, mengeluarkan banyak darah karna gesekan dari tubuhku yang terus-terusan bergerak. Berusaha lepas.

Aku menatap Mama dengan tatapan benci, dengan tatapan dendam yang berkobar seperti api.

Aku seperti orang gila.

Ah, tidak. Lebih tepatnya, AKU MEMANG GILA.

Hanya saja aku tidak menyadari itu.

"Asahi ...," Ujar Mama lirih sambil menatapku sendu.

Dia memang seperti itu. Setiap hari dia datang keruangan gelap ini, tempat aku di borgol.

Dia selalu menangis saat menatapku. Yang selalu keluar dari mulutnya adalah maaf.

BERENGSEK.

Aku tidak butuh maafnya itu!

Dia pikir maafnya itu berguna? Haha. Tentu saja tidak!

Apakah dengan dia datang dengan air mata, meminta maaf. Dia bisa memperbaiki keadaan?

JAWABANNYA TENTU SAJA TIDAK.

Aku merasa risih dengan dia yang terus saja menangis

"Tolong jangan banyak bergerak nak, tangan mu terluka" Air mata Mama mengalir, menatap semua luka di sekujur tubuhku.

Kenapa dia kasihan?

Sebelumnya dia tidak peduli.

"DIAM! HAHAHAHAHHAAH." Teriak gilaku menggema.

"PERGI DARI SINI! GUA MUAK NGELIAT MUKA LO ITU."

Seketika Mama mengingat dimasalalu

...

Ketika aku pulang sekolah sedikit terlambat karna banyak tugas tambahan.

Aku melangkah kan kakiku masuk kedalam rumah.

Papa sudah menunggu ku di dalam pintu dengan memegang belt

Tentu saja. Untuk apalagi gunanya jika bukan untuk memukulku.

"Anak sialan. Kemana saja kau ha?!"

"Pa, sakit. Ss-sakit" Isak ku merasakan sabuk pinggang itu mengenai kulitku dengan keras.

Bahkan tulangku saja rasanya bisa merasakan pukulan itu.

It's Ok || Hamada Asahi[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang