#1 - [BOX]

59 9 2
                                    

Sebuah pintu apartemen yang terletak di kawasan Gyeonggi itu terbuka saat seseorang di dalamnya mendengar bunyi bel interkom dan segera menghampiri kamera pengintainya. Namun sepasang mata itu tidak menemukan objek di layar kecil tersebut, wajah tampannya mengkerut saat menerima kenyataan bahwa yang dilihatnya hanyalah pagar pembatas apartemen.

“Siapa orang iseng yang memainkan bel pagi-pagi begini?” Gerutunya yang rela meninggalkan sepiring omelet buatan tangannya demi menghampiri pintu yang ternyata tidak ada siapa-siapa. Dengan malas ia berbalik, bermaksud memutar ke meja makan dan ia kembali dibuat kesal karena bel lagi-lagi memekik.

“Kali ini sia—pa?” Sontak ia membuka pintu apartemennya itu dengan cepat, memastikan orang jahil itu tertangkap basah. Decakan kesal meluncur dari bibirnya saat rencana itu gagal.

“Berani sekali bermain-main denganku. Awas saja jika si pelaku tertangkap olehku, oleh Kris!” orang yang mengaku bernama Kris itu mencibir, pikirnya itu kerjaan iseng anak-anak kecil tetangga apartemennya. Memang apartemen berlantai enam itu dominannya dihuni oleh pasangan suami istri yang sudah memiliki anak. Jadi bisa saja salah satu dari anak-anak itu sengaja mengerjainya pagi-pagi buta.

Namun Kris yang sudah siap untuk menutup pintu menjadi urung ketika ia menemukan sebuah kotak—atau tepatnya kardus—dengan selotip coklat besar di setiap sisinya teronggok begitu saja di depan apartemennya. Ia segera menoleh kiri dan kanan, melihat apa ada orang lain lagi. Tetapi tidak, lorong itu benar-benar sepi.

Ia bertolak pinggang mengamati kardus berwarna coklat polos setinggi lututnya tersebut sambil berfikir, “Bingkisan apa ini? Apa mungkin yang memencet bel tadi kurir pengantar barang? Tapi, kenapa ia tak menungguku hingga membukakan pintu dan malah menghilang? Tck.”

Maka ia putuskan untuk membawa masuk benda kotak yang ternyata tidak terlalu berat itu ke dalam dan meletakkannya di samping sofa ruang tamu, dan otaknya terus menerka-nerka siapa pengirimnya dan apa isinya. Mengingat pada kotak tersebut tidak ada alamat pengirim ataupun nama, serta beratnya yang menyulitkan seseorang untuk menebak isinya.

“Mana mungkin televisi, seringan ini. Entahlah, aku jadi penasaran dengan isinya…” Pria berambut pirang itu hendak mengambil cutter di kamarnya untuk menyayat selotip saat ponselnya bergetar. Sebuah panggilan masuk.

“Yeobosseo? Apa? Klien dari China itu sudah tiba? Baiklah, Joon Myun. Aku akan segera ke sana.” Tutupnya kemudian menghampiri cermin, merapikan setelan jas kantornya, tak lupa menyampirkan tanda pengenalnya yang digantungkan di leher dan bersiap untuk pergi. Bekerja di sebuah perusahaan konsultan mewajibkannya untuk tampil rapi dan menjaga image.

Kris keluar dari kamarnya dan melintas di ruang tamu tempat ia menaruh bingkisan misterius tadi. Kakinya melambat saat hawa dingin berhembus di tengkuknya, membuat bulu kuduknya berjengit kentara.

“Kenapa rasanya aneh? Tidak biasanya aku merasakan hal seperti ini…” Lirihnya mulai mengusap leher bagian belakangnya yang belum berhenti merinding. Sekilas ia melirik kotak coklat di samping sofa, entah kenapa instingnya mengatakan hawa aneh tadi berasal dari kotak tersebut. Namun kemudian Kris mengendikkan bahu, tidak ambil pusing.

“Eum, mungkin karena hampir memasuki musim dingin. Suhu udara menurun. Ah~ Aku bisa terlambat!” Pekiknya sesegera mungkin menyambar sepasang sepatu hitamnya di rak yang berada di belakang pintu dan mengunci apartemen.

***


“Siapa sangka klien dari China itu begitu mengesalkan? Kupikir karena aku mahir bahasa Mandarin dan keturunan China bisa dengan mudah menanganinya. Ternyata tidak berlaku! Haish, dia mengeruk waktu istirahatku hari ini!” Keluh Kris yang baru saja pulang ke apartemennya pukul satu dini hari. Ia merebahkan tubuh ke ranjang, memejamkan mata untuk menghilangkan kepenatan yang dialaminya seharian ini.

Klien China yang ditanganinya tadi terlalu banyak mulut dan berkomentar panjang lebar. Itu membuatnya harus duduk berjam-jam di meja kerja sambil mendengarkan ocehan membosankan dari sang klien.

“Seharusnya sesama orang China saling membantu, bukannya malah menyulitkan!” omelannya belum berhenti sampai di situ, bahkan masih berlanjut sampai ia membuka kulkas untuk mengambil air minum dan menuangnya ke gelas lalu menengaknya habis. Namun kerisauannya tentang klien menyebalkan itu sekejap sirna saat ia mengingat perihal kotak coklat tadi pagi yang belum diperiksa olehnya.

Kris meletakkan gelasnya di meja dan beranjak ke ruang tamu, tanpa sengaja panca inderanya yang berfungsi untuk melihat menangkap sesuatu yang ganjil. Sekelebat bayangan melintas cepat dari arah ruang tamu menuju pintu keluar. Ia mengerjap beberapa kali, memastikan tidak ada yang salah dengan penglihatannya kala itu.

“Yang tadi itu apa? Apa aku berhalusinasi?” ia menggelengkan kepalanya tiga kali, meyakinkan bahwa yang dilihatnya tadi bukan sesuatu yang kasat mata ataupun mistik. Ia kembali melangkah ke ruang tamu, semakin dekat dengan sofa dan kotak coklat itu. Kini ia berpikir untuk menemukan cara agar kotak tersebut bisa dibuka.

“Ah, ini saja!” tangannya meraih sebuah gunting kertas berukuran sedang yang tergeletak di bawah meja kaca ruang tamu dan mulai menggunting selotip yang merekat di pinggiran kotak. Sedikit demi sedikit selotip terkoyak yang entah kenapa membuat Kris menahan nafas. Tampaknya rasa penasarannya membumbung tinggi akan isi kotak tersebut.

Ia semakin girang saat selotip itu telah rusak seluruhnya, dengan semangat tangannya membuka penutup kotak tersebut berharap sesuatu yang mengesankan terhampar di dalamnya. Namun tak sesuai harapannya, tidak terlihat apapun di dalam sana. Hanya ada kegelapan yang mulai membuatnya takut. Dengan susah payah Kris menelan ludah dan wajah tampannya mengeruh seiring hawa dingin yang tiba-tiba menyergap.

Tak lama mulai terdengar bunyi-bunyi aneh yang lebih mirip suara rintihan seorang perempuan yang membuat siapa pun bergidik ngeri ketika mendengarnya. Kris ingin menjauh tapi ia tak mampu menggerakkan kakinya, persendiannya terasa kaku. Dan detik berikutnya desingan berbaur jeritan mengerikan muncul bersamaan dengan sosok berambut panjang yang sebagian besar matanya menghitam keluar dari dalam kotak dengan tangan terjulur ke arah Kris yang masih terkesima.

Tangan pucat itu segera menangkup dua belah kiri dan kanan wajah Kris yang menatapnya dengan mata melotot, antara terkejut dan ketakutan. Pria itu berusaha melepaskan cengkeraman tersebut namun sia-sia, hantu perempuan itu lebih kuat darinya dan yang terjadi selanjutnya adalah makhluk gaib itu menariknya hingga masuk ke dalam kotak coklat.

“AAARRGHH!!!” Teriakan putus asa itu berakhir, menghentakkannya semakin terperosok lebih jauh ke dalam dimensi lain bersama sosok menyeramkan yang keluar dari dalam kotak misterius tersebut hingga tubuhnya tak tampak lagi di dunia nyata.

***


Apa yang akan terjadi pada kris?

Annyeong reader's nim. Gimana?. Menurut kalian. Kenapa hantu cewe itu neror Kris?

Tulis d komen yaa😊😊.

Next or not?

Jan lup voment nya jusseyo😊🙏

TERRORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang