Ada banyak hal yang terkadang tak pernah kita mengerti mengapa ia hadir dalam kehidupan kita. Dan tak pernah pula kita pahami mengapa kemudian ia pergi begitu saja. Hingga dengan caranya yang sangat sederhana,ia tuliskan sebaris kisah dalam hati kita sebagai satu kenangan yang tak mudah dilupakan namun selalu sirna kala kita mulai terjaga.
Kemudian disini, sebaris kisah tentang hati yang bercumbu dengan hitam putih bayang-bayang cinta telah terpahat dan terukir halus pada dinding sebuah
masa. Kemudian menjadikannya sebentuk kenangan indah namun redup.Mari lihat dan dengarkan dengan hatimu. Rasakan dengan segala
kelembutan cinta dan perasaan. Sentuhlah ukiran ini dengan halus jemari jiwamu tentang apa yang ingin kusampaikan pada hati kita sebagai insan pengabdi cinta.₪₪₪₪₪₪
Masih begitu jelas terlukis dalam ingatanku ketika pertama kali setangkup
bibir merah itu mengembangkan seulas senyumannya didepan mataku. Dan entah mengapa senyum indah yang penuh misteri itu diam-diam telah menarikku kedalam dimensi kerinduan yang tak beralasan.Hingga
mengiringi rentang hari yang terus berjalan ia tetap bersemayam dalam benakku.
Sedang secercah cahaya yang selalu hadir dari setiap kerlingan
matanya,seringkali menyentuh anganku yang semakin
memenuhi indahnya khayalanku tentang dirinya.
Jujur,aku pernah membenci diriku sendiri atas perasaan itu.
Mengapa begitu mudahnya aku hanyut dalam buaian angan yang belum pernah aku temukan selama aku berada disini, di Kota yang telah mempertemukanku dengannya dalam suasana yang tak pernah aku duga sebelumnya.Mungkin bagi sebagian orang yang seprofesi denganku,tempat ini tidak
lebih dari sebuah ruang pengekangan jiwa demi sebuah tanggung
jawa agar terlaksakannya sebuah kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Sedangkan bagi mereka yang datang untuk
membelanjakan uang mereka,tempat inilah surganya berbelanja. sebab ini adalah sebuah Pusat
Perbelanjaan yang terkenal cukup mewah di Kota ini.Disinilah semuanya bermula dalam suasana kerja yang terkadang terasa sangat membosankan.Tapi setidaknya ada sesuatu yang lebih berarti kutemukan disni.
Sesuatu yang perlahan-lahan mekar bersemi tanpa ada sepatah salam atas kehadirannya didalam hati . Kemudian aku yang terlanjur hanyut dalam ketidakberdayaan hati melawan perasaan
itu hanya mampu berserah sepenuhnya semoga masih tersisa seuntai ketenangan dalam bathinku yang gundah gulana.Namun sayang, entah disengaja atau tidak,sepertinya ia tidak pernah
memperdulikan hal itu. Sekalipun jujur kukatakan,aku masih cukup
peka merasakan apa yang dirasakan seseorang yang sangat dekat dihati
ini. Namun sebaliknya,jelas tak ada yang bisa disalahkan untuk hal ini. Tidak baginya dan tidak pula bagiku, karena sejauh ini memang tak ada ikatan yang lebih antara aku dengannya selain sebuah persahabatan sesama rekan kerja.
Aku pikir,jika memang dengan mengabaikan adalah cara terbaik baginya mengikat perasaan seseorang untuk masuk kedalam kebimbangan, maka aku yakin ada satu alasan kuat mengapa semua itu sengaja ia lakukan.Untuk itu,demi nafas rindu yang bodoh ini aku bersumpah akan kutemukan jawaban itu meski
harus menelan rasa pahit kegetiran atau mungkin menjadi racun yang akan mematikan.*******
Hari itu,temaram pagi yang baru saja terbit menutup cerita gelapnya fajar yang berlalu,sejenak membangunkan lelap tidurku. Sisa mimpi yang masih
bergelayutan dalam ruang otakku seakan menambah beratnya langkah untuk memulai aktifitas sepagi ini.
Ingin rasanya aku melanjutkan istirahat ditempat tidur tapi lagi-lagi bayangan kewajiban untuk melaksanakan rutinitas pekerjaan sungguh telah memaksaku untuk segera bangkit dan melangkah menuju kamar mandi. Hingga setengah jam kemudian aku sudah rapi dan siap berangkat menuju tempatku bekerja.Diluar,sepanjang perjalanan kulihat mentari tak kunjung hadir pagi ini.
Serabut awan gelap terlihat begitu kompak menghias sisi langit dengan
warna hitam menyeramkan. Desau angin basah yang membawa
butiran gerimis satu persatu mulai berjatuhan. Bersyukur,beberapa menit sebelum hujan benar-benar turun mengguyur semesta jagat bumi, aku telah lebih dulu sampai ditempatku bekerja. Sebagian teman
sepekerjaan nampak sudah mulai berdatangan,namun suasana lengang sepi masih menghuni luasnya areal pertokoan disini. Ya maklum saja,mungkin derasnya guyuran hujan diluar telah menjebak perjalanan mereka menuju kesini.
Mendapati suasana yang masih sepi
seperti ini, segera kuhampiri sebuah tempat duduk yang
terletak disudut belakang. Secangkir teh hangat serta sebuah Novel Sastra
Klasik yang belum selesai kubaca semalam,sepertinya cukup untuk
menemaniku menunggu yang lainnya datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Restui Langkahmu dengan Ikhlasku
Teen FictionKetika Cinta Harus saling Mengikhkaskan