Part 17

20 7 4
                                    

"Apa kabar, kota Bandung?" teriak seorang gadis, sebut saja Vanya.

Vanya Jeha Pratiwi adalah salah satu murid kebanggaan di SMA Angkasa. Berkat kecerdasaan gadis itu, para guru dan komite sekolah mengajukannya untuk mengikuti Olimpiade di Belanda, yang diadakan paling lama hampir setengah bulan.

Vanya bukan hanya memiliki kecerdasaan, gadis itu juga terkenal dan banyak disukai oleh seluruh warga disekolah, gadis yang tumbuh pintar, memiliki badan yang ideal, mata sipit, lesung pipi, dan mempunyai gingsul itu kerap jadi bahan rebutan oleh siswa laki-laki.

"Hallo, pah?"

"Vanya sudah sampai di stasiun, dan dimana Zico?"

"Kamu sudah sampai? Tunggu ya, Zico sedang menuju ke stasiun. Jaga diri!"

Sambungan diputus secara sepihak oleh sang papah, membuat Vanya sedikit kesal karena harus menunggu Zico.

***

"Zico!" teriak sang papah, dari ruang tamu.

Zico yang sedang memakai baju seragam pun, langsung bergegas turun ke bawah untuk menemui sang papah.

"Iya, ada apa pah?" tanyanya.

Arwan sempat dibuat melotot ditempat duduknya. Sangat tidak sopan! Apakah Zico tidak tahu, jika didepannya ini ada kedua orang tua Vanya? Dan Zico hanya menjawab 'Ada apa?

"Push up 20 kali." ucap Arwan, dan Zico langsung menatap ke papahnya dengan tatapan tidak percaya.

"Papah!"

"Push up!"

"Hey! Salah Zico dimana?" tanya cowok itu.

Dan untuk kedua kalinya, Zico masih belum melihat keberadaan kedua orang tua Vanya.

"Zico!" panggil Derry, Ayah Vanya.

Zico menatap ke arah samping tempat papahnya duduk, dan seketika cowok itu langsung melotot ditempat.

Demi badannya seka yang gak gemuk-gemuk! Sejak kapan orang tua Vanya ada disini? Seketika Zico langsung menghampiri Derry dan istrinya untuk bersalaman, dan meminta maaf.

"Eh, hallo om!" sapa Zico, cowok itu langsung duduk disebelah Derry.

"Zico! Sudah berapa lama kita gak bertemu?" tanya Derry, dan hanya dibalas dengan cekikikan kecil dari Zico.

"Ah! Om bisa aja. Gak lama, hanya 5 bulan lebih." jawab Zico, kemudian beralih mencium telapak tangan Mamahnya Vanya.

"Tante Erina!" sapa Zico, sambil mencium pipi sebelah kanan Erina.

"Hai Zi! Semakin besar, sekarang kamu semakin tampan." goda Erina, mamah Vanya.

"Ah tante! Gitu aja terus, goda Zico." alibi Zico sambil merajuk.

Tawa semakin pecah, ketika melihat Zico berekspresi kesal karena Erina selalu menggodanya.

"Eum, Vanya?"

"Katanya gamau nanyain Vanya, kok sekarang malah nanya?" goda Anika, yang baru saja selesai membuat kue untuk orang tua Vanya.

Zico menghela nafasnya. "Untuk sekarang, Zico rindu gadis kecil itu, mah."

"Gengsi, bilang aja."

Zico melotot, "No! Bukan gengsi."

"Terus?" tanya Anika, memancing Zico.

"Kwangen!"

Anika mengerjap matanya beberapa kali, apakah dirinya salah mendengar ucapan Zico tadi.

"Hah? Mamah gak denger."

"Kangen!" ucap Zico, lalu pergi keluar rumah untuk menjemput Vanya di stasiun.

Sebelumnya Ayah Zico, sudah memberi tahu tentang besok pagi jika ia harus menjemput Vanya.

***

Disepanjang perjalanan, Zico tidak sabar untuk bertemu dengan Vanya, teman kecilnya dulu. Argh! Mungkin sekarang gadis itu sudah tumbuh dewasa, pikirnya.

Zico memarkirkan mobilnya ditempat parkir yang sudah disediakan, sudah pukul 12:30. Hampir 1 jam lebih ia diperjalanan, tetapi yang bikin kesal Zico adalah dimana gadis itu? Gadis yang membuatnya harus bangun pagi-pagi agar menjemputnya.

"Sial! Gue lupa nanya lagi sama Om Derry." ucap Zico, cowok itu langsung masuk ke dalam stasiun.

Sementara Vanya, gadis itu masih diam diposisi semula. Jujur! Ia tidak berani untuk pergi jauh-jauh, bukan karena takut diculik atau apa, melainkan takut jika Zico tidak jadi menjemputnya.

"Vanya!" teriak Zico, banyak pasang mata yang memperhatikan cowok itu.

Kesal! Satu kata yang berada dibenak Zico, bukan kesal karena ia menjemput Vanya! Melainkan ia kesal karena harus mencari Vanya, ditempat ramai seperti ini. Bak seperti sinetron yang di tv wkwk.

"Emang ya! Yang namanya Zico itu ga bakalan bisa berubah." umpat Vanya, karena sudah dibuat kesal oleh Zico.

"Mangkannya, gue gak mau dijemput Zico tuh kek gini-"

"Vanya!" potong Zico, Cowok itu tahu jika gadis itu sedang mencaci dirinya.

"Zico?" tanya Vanya, dan Zico hanya mengangguk.

Dan tanpa menunggu lama, Vanya berlari mendekati Zico untuk memeluk cowok itu. Cowok yang selama ini telah menjadi pelindung dirinya sejak kecil hingga sekarang.

"Kangen!" satu kata yang terucap dari mulut Vanya.

"Sorry, udah bikin nunggu lama." jawab Zico, dan Vanya hanya mengangguk saja.

"Capek kan?" tanya Zico.

"Iya, tapi gamau pulang dulu boleh?" Zico mengangguk, ia sudah hafal betul kemana topik pembicaraan Vanya yang dituju.

Zico kemudian membawa koper berukuran cukup besar. Untung saja, ia membawa mobil jika tidak ia akan kebingungan untuk membawa koper milik Vanya.

Sementara Vanya, gadis itu sudah berada didalam mobil Zico. Hari ini, Zico akan mengajak Vanya ke tempat yang gadis itu dituju. Bukan kafe, ataupun taman, melainkan membawa gadis itu kepada seseorang yang telah mereka rawat sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.

Didalam perjalanan, Vanya sibuk menceritakan perihal apa saja selama ia berada di luar negeri. Dari sibuk belajar, berdebat dengan peserta lain, sampai akhirnya ia memilih untuk jalan-jalan agar memiliki momen.

"Selama disini, kamu udah pernah pacaran?" satu kalimat yang berhasil membuat Zico, menginjak rem secara mendadak.

"Awsh! Sa-sakit." ucap Vanya, gadis itu memegangi dahinya karena tidak siap dengan kejadian tadi.

"Sorry!" ucap Zico, sementara Vanya hanya mengangguk.

"Gak pernah." ucap Zico, lalu menjalankan mobilnya kembali.

Setelah kejadian tadi, Zico dan Vanya dilanda kecanggungan. Bukan karena Zico yang tiba-tiba mengerem mendadak, tetapi pertanyaan dari Vanya yang membuat situasi menjadi secanggung ini.



Spam next dong!
Maafin author ya, udah ngilang dan bikin kalian digantung hehe:v

Jangan lupa tinggalin jejak, oke.
Love u all❤️.

Indramayu, 1 Maret 2021.

ArzicoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang