Mata Kotarou berkabut amarah. Sudah satu jam Hokage ada di ruangan Menma. Tawa mereka membekaskan cemburu di hatinya.
Suara langkah berat bisa ia dengar. Akhirnya sang Hokage keluar. Saatnya ia mengibarkan bendera perang. Kotarou takmau mendapat julukan lelaki pengecut hanya karena berani tikung dari belakang. Akan ia hadapi sang pemimpin desa dengan jantan.
"Sepertinya Anda puas bersenang-senang, eh?", katanya saat melihat Hokage melintas di hadapan. Posisi sekarang, Kotarou duduk pada bangku tunggu di depan kamar 208. Naruto sendiri memaku langkah di depan saingan. Mereka tidak saling bersitatap. Tapi ketegangan di sekeliling mereka menguar.
"Apa maksudmu anak muda?". Nada suaranya tenang. Tapi dalam hati Naruto bisa merasa kalau pembicaraan ini akan berakhir dalam sebuah pertandingan.
"Aku tidak peduli apapun yang pernah terjadi di masa lalu kalian. Tapi satu yang pasti, Sasuke-san milikku. Tak'kan kubiarkan Anda merebutnya dariku."
Naruto menarik selarik nafas. Menghembuskannya pelan tanda kalau dia maklum dengan pikiran kekanakkan dari si pemimpin klan. Dia bilang, Sasuke miliknya. Ini tanda perang atau Kotarou sedang berkhayal. Naruto sangat tahu siapa Sasuke Uchiha. Karena itulah dia bilang dengan tegas kalau, "Dengar tuan Shiba, aku tidak peduli Sasuke milikmu atau bukan. Kalau memang benar, aku hanya tinggal merebutnya. Ini akan lebih mudah kalau kautidak mengibarkan bendera perang."
Naruto mengambil langkah. Tepat menuju di mana Shiba Kotarou saat ini berdiri dan menatapnya nyalang. Mereka berhadapan mengirimkan tatap persaingan.
"Tenang saja, aku akan mempercepat surat perjanjian kerja sama itu,", lanjut Naruto ringan. Senyum simpul terlampir di wajah, "dan kautidak akan punya alasan lagi di konoha lebih lama."
"Apa yang kalian lakukan!". Dua orang itu membuang muka. Suara Sasuke memutus segala kilat listrik yang Naruto dan Kotarou pancarkan. "Apa ada masalah?"
"Tidak!", dua lelaki yang besiteru menjawab bersamaan. Menghasilkan kernyit bingung dari si penanya. Takingin Sasuke-san makin curiga Kotarou melanjutkan, "Kami hanya membahas masalah kerja sama."
"Oh....", Sasuke melenggang. Takmau ambil pusing urusan yang bukan bidangnya. Ia masuk kembali setelah memastikan kalau dua orang itu tidak melakukan sesuatu yang memalukan.
Kotarou dan Naruto mengambil udara yang sejak kemunculan Sasuke tertahan. Mereka bersitatap sejenak, kemudian melangkah ke arah berbeda.
.
.
.
Perpustakaan pusat.
Entah mengapa Pakkun bisa terdampar di tempat ini bersama Kakashi. Dirinya tiba-tiba saja dipanggil dengan jurus kuchiyose oleh si copy-nin. Berkutat dengan tumpukan buku mengenai segel dan lain-lain. Apa yang sebenarnya kakashi cari?
"Jadi, bisa kaukatakan sekarang, kenapa kau memanggilku kemari?", Pakkun bertanya bosan. Ini sudah buku kesepuluh yang Kakashi bolak-balik tanpa hasil apa-apa. Hanya keseriusan Kakashi yang jadi jawaban. Pria paruh baya itu masih berkutat dengan berlarik-larik paragraf. "Serius Kakashi, aku bisa mati bosan di sini. Lebih baik aku kembali dan menemani Menma. Daripada terkurung dalam tumpukan buku tua."
"Ck!", Kakashi berdecak. Sejak tadi yang Pakkun lakukan hanya meracau tidak jelas. Apa anjing itu tidak lihat sampul buku yang Kakashi baca? Ini demi menyelesaikan masalah tanda yang ada di bahu Menma. Apakah akan bermasalah atau tidak nantinya. "Berisik! Ini demi Menma juga. aku tidak mungkin melakukan hal sia-sia. Kaudengar sendiri penjelasan Sakura semalam kan. Dia bilang kalau tanda itu bersinar."
"Lalu?"
"Aku tidak bisa mengabaikan ini. Klan Uchiha bukan spesialisasi penyegelan. Dulunya mereka selalu bertempur di baris depan. Jadi, aku masih harus antsipasi tentang segel menma."

KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA |End
FanfictionKehampaan ini, harus berapa lama kudekap. Luka ini harus selama apa kusekap. Kau terlalu jauh untuk bisa aku raih tanpa sayap. Tak bisakah kau berhenti membiarkan aku meratap? Bernafas walau hanya sesuap? Repost dari Fanfiction LUKA (NARUSASU) MENMA...