Bawah Tanah

420 89 36
                                    

Jintan dan Royjoon makin menepikan tubuh mereka di balik pohon, ketika Zeron lewat dengan motornya. Tampak motor Zeron telah keluar dari pagar, barulah dua orang itu keluar dari persembunyian mereka.

"Kita cek sekarang!" ucap Jintan.

"Sekarang? Tuh di rumah emang nggak ada bu Say apa? Kalau ketahuan sama aja cari masalah sama Zeron."

Jintan terdiam sejenak, betul juga apa yang dikatakan Royjoon. Lalu arah mata Jintan tak sengaja menangkap sosok bu Sayang yang baru saja keluar dari rumah.

"Tuh bu Say keluar rumah. Ambil sapu buruan!"

"Lu mau sambit bu Say pakai sapu, Bang?" tanya Royjoon tak percaya.

"Bego dipelihara! Ya enggak lah, buru ambil!" kesal Jintan.

Akhirnya Royjoon mengambil sapu lidi dan serok tak jauh dari mereka. Jintan segera mengambil alih sapu lidi tersebut. Alhasil mereka berdua berlagak membersihkan halaman kosan, walau Royjoon hanya mengikuti apa yang Jintan lakukan. Ia masih tak mengerti.

"Rajin banget kalian." Itu teguran dari  bu Sayang yang baru saja lewat.

"Iya, bu Say. Sekalian olahraga, kami masuk kelas siang," sahut Jintan.

"Gue pagi loh, Bang," cicit Royjoon. Jintan melemparkan tatapan tajamnya.

Bu Sayang mengangguk mengerti. "Bagus-bagus. Kalau sempat, tolong kalian sapu depan rumah saya juga. Cuma di depan, ya? Ingat itu."

"Baik, bu Say. Jangan lupa potongan sewanya," sahut Jintan menatap ramah bu Sayang yang mulai berjalan pergi.

"Gila apa gimana sih, Bang! Masa diiyain waktu bu Say minta sapuin depan rumahnya. Kira babu apa," omel Royjoon.

"Elu yang dodol!" semprot Jintan. "Ini peluang buat kita bisa dekat rumah bu Say tanpa dicurigai."

Jintan dan Royjoon sekarang berada di depan rumah Zeron. Mereka memang melakukan kegiatan menyapu awalnya, sesekali menelisik sekitar.

"Joon ... lo awasi di sini, ya? Gue mau tengok dalam dulu," bisik Jintan.

"Ck, jangan lama-lama! Jangan sampai si Zeron datang dan elu keasyikan tengok janda mandi di dalam," sewot Royjoon.

"Lemes tuh mulut. Udah lo diam aja, kodein kalau kondisi darurat," ucap Jintan.

"Iya, buru!"

Jintan perlahan berjalan menuju samping rumah Zeron. Lalu langkahnya berhenti di pagar pembatas ke halaman belakang. Menengok sejenak ke belakang, Jintan mulai memanjat pagar itu.

Tap

Posisi Jintan sudah ada di halaman belakang rumah tersebut. Tungkai kakinya terus melangkah menuju pintu utama belakang rumah. Jintan tahu pintu itu terkunci, tanpa menunggu lama Jintan meraih sebuah  kunci di saku celananya. Tak ada yang tahu, Jintan sengaja membuat kunci cadangan beberapa bulan yang lalu usai kegagalannya menerobos rumah Zeron sebab terkunci. Oleh karena itu, Jintan membuat gambar lubang kunci untuk ia bawa ke pembuatan kunci serba bisa.

Pintu terbuka, dengan waspada Jintan masuk ke dalam rumah itu. Gelap, itulah kondisi yang Jintan lihat.

Meong

Kucing hitam itu kembali mengeliat di depan pintu kamar. Jintan tanpa ragu mendekatinya. Jintan menatap pintu di depannya, lalu mengetuk dua kali.

"S-siapa?" Suara dari dalam itu membuat Jintan yakin, kalau dugaan ia selama ini benar.

"Bisa buka pintunya? Gue salah satu penguni kosan 7 pintu," sahut Jintan.

Sementara Ishabella yang mendengar itu terkejut, lantas berlari menuju pintu.

"Lo—siapapun elo tolong bantu gue! Teman lo—teman lo juga terperangkap di sini!" ucap Ishabella gugup.

"Gue tau, ayo buka pintunya."

"Dikunci sama Zeron," lirih Ishabella.

Jintan menghela napas berat, hal ini sudah ia duga sebelumnya. Maka Jintan mengeluarkan besi tipis memanjang dari sakunya. Bukan hal kebetulan, namun Jintan sudah lama mempersiapkannya. Jintan yakin suatu saat ia akan melakukan hal ini.

Pintu berhasil dibuka, Jintan dan Ishabella sama-sama tak sabaran membuka pintu. Tampak wajah lega dan terharu dari Ishabella.

"G-gue—"

"Mana Thayang?" Jintan begitu saja memotong perkataan penuh haru yang akan dikeluarkan Ishabella padanya.

"Oh, tadi malam dia nekad nyelinap ke sini. Tapi Zeron tahu dan akhirnya dia tertangkap. Sebelumnya Thaya ada di sini. Cuma tadi subuh ... gue rasa Thayang di bawa ke ruangan bawah tanah," tutur Ishabella.

Jintan mengangguk paham. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku celana. "Gue nggak bisa bebasin lo sekarang atau denger cerita apapun dari lo. Tujuan utama gue adalah menyelamatkan Thayang. Untuk itu, gue mau lo simpan Hp gue di tempat yang aman. Jadi semisal gue berhasil atau enggak berhasil selamatin Thayang. Lo bisa telepon polisi di saat yang tepat dan jangan sampai Zeron tau. Paham, kan?" ucap Jintan serius.

Ishabella lantas mengangguk antusias. "Makasih. Gue bakal gunakan kesempatan ini seakan-akan ini adalah kesempatan untuk hidup yang kedua kalinya," sahut Ishabella hampir menangis. "O-oh, ruangan bawah tanah ada di bawah ruangan itu."Ishabella menunjuk sebuah pintu yang ada dalam kamarnya. "Di sana banyak simpanan Zeron, jadi lo jangan heran. Pintu ruang bawah tanah ada di bawah sebuah lemari cokelat, lo tinggal pencet tombol di samping lemari itu," tutur Ishabella.

"Oke. Makasih informasinya. Gue jalan dulu," sahut Jintan.

"T-tunggu! kunci ruangan itu ada di bawah pas bunga," ucap Ishabella menunjuk pas bunga yang ada di atas nakas.

"Oke."

Jintan mengambil sebuah kunci di bawah pas bunga. Dengan keyakinan hati Jintan mengarahkan kunci ke pintu tersebut, memutarnya hingga pintu itu terbuka.

Hal pertama yang Jintan adalah ruangan sederhana yang terkesan tak bersih. Baru dua langkah Jintan memasuki ruangan itu, Jintan dikejutkan oleh pemandangan yang tak terduga. Ada sekitarnya 5 perempuan yang dibolgor kakinya, masing-masing dari mereka duduk bersandar di dinding dengan kaki berselonjor. Ada satu wanita lebih tua dari yang lainnya sedang makan seorang diri tanpa ikatan.

"Siapa kamu?"

Jintab tersentak kaget, ada seorang gadis menatapnya tajam. Rambut tak terurus, namun tak mengurangi indah paras cantiknya. Gadis itu tadinya berdiri di belakang Jintan.

"G-gue Jintan. Gue anak kosan sebelah. Gue ke sini mau tolongin teman gue yang dibawa sama Zeron. E-enggak masalah, kan?" sahut Jintan mencoba tetap tenang.

Gadis itu masih tak bereaksi. Bahkan wajah datarnya masih terpatri setelah beberapa detik Jintan menyudahi kata-katanya.

"Gue nggak punya banyak waktu. Jadi tolong, jangan ganggu gue. Gue cuma numpang lewat mau ke ruang bawah tanah," ujar Jintan lagi. Tanpa menunggu jawaban gadis itu, Jintan melangkah ke sudut ruangan.

Jintan meraba lemari cokelat yang ada di sana, lalu berpindah menyentuh sebuah tombol menyerupai warna lemari itu pula. Otomatis dengan teratur lamari itu berpindah. Tampaklah pintu masuk ruangan bawah tanah, yang mana penghuhungnya adalah sebuah tangga mengarah semakin ke bawah. Jintan meneguk salivanya kasar, rasa takut tiba-tiba saja menghantuinya.

Bersambung...👻👻👻

📌Update Bagian 25
📆Jumat, 19 Februari 2021

See you next chapter💞

Kosan 7 Pintu? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang