Halo Bunda-bunda kesayangan. Lama ya nggak ke sini. Semoga masih ada yang inget sama cerita Anya dan Bara.
Aku buka draftnya aja udah sawangan, bun gegara gak pernah dijamah. 😅.
Kalo lupa sama alurnya, balik ke chapter sebelumnya ya... maklum lah udah kelamaan.Jangan lupa tinggalin jejak ya, biar aku makin semangat lanjutin cerita ini.
Happy reading ....
🌼🌼🌼🌼
Sudah lebih dari dua minggu, Bara dan Anya belum bertemu sejak malam itu. Tapi untungnya Anya masih membalas pesan singkat yang Bara kirim. Setidaknya hubungan mereka masih terjalin.
Anya mencoba membuka pikirannya agar ia bisa menerima keadaan pasangannya. Ia sadar jika perilaku seseorang tidak bisa dirubah dalam sekejap. Jika orang tersebut tidak ada niatan untuk merubah, maka nanti yang ada hanya kebohongan dalam hubungan mereka. Dan Anya tidak ingin itu terjadi.
Sementara itu, Bara mulai berusaha memperbaiki dirinya. Waktu itu ia sempat bertemu dengan sahabat lamanya, Fatur. Mereka sudah sangat lama tidak bertemu, terakhir ketika orang tua Bara meninggal, kebetulan Fatur dan ibunya melayat ke kediaman keluarga Bara. Kemudian Bara diundang ke rumah Fatur. Disitulah Bara bertemu kembali dengan Ibu Hasnah, orang tua Fatur, yang juga guru di tempat Anya mengajar.
Ibu Hasnah yang sudah mengetahui perihal hubungan Bara dan Anya pun sedikit memberi wejangan. Dari beliau Bara jadi mengetahui bagaimana pribadi Anya.
"Anya itu gadis yang pekerja keras. Dia nggak neko-neko. Dari dulu udah terbiasa mandiri. Pokoknya jadi panutan banget sama murid-muridnya. Kayaknya, selama ini Tante juga nggak pernah denger dia punya hubungan sama cowok. Wong, guru-guru yang deketin dia aja nggak pernah digubris."
"... intinya, Anya itu pengen punya pasangan yang bisa bertanggung jawab."
Begitulah penjelasan Ibu Hasnah tentang Anya yang diingat oleh Bara.
Oke. Kalo masalah tanggung jawab secara materi, bisa dipastikan Bara sudah siap. Jabatan sebagai pemimpin perusahaan, pewaris tunggal, apalagi yang akan dikhawatirkan. Tapi Ibu Hasna juga sempat menyinggung jika Anya punya keraguan untuk menjalin komitmen. Gadis itu takut ditinggalkan.
Dari situ Bara bisa menyimpulkan alasan Anya yang tidak siap menerima lingkup sosial Bara yang terkesan bebas.
Sebenarnya Bara sendiri sudah berniat untuk berhenti bermain-main semenjak kepulangannya ke Indonesia. Hanya saja, ia juga tidak bisa langsung menjauh dari teman-temannya 'kan. Semua butuh proses. Dan mungkin sekarang lah waktu yang tepat untuk memulai menjadi diri yang lebih baik lagi.
Tapi, ada saja yang menghalangi niatnya itu. Di saat Bara sudah memantapkan hati untuk melanjutkan hubungannya dengan Anya, tiba-tiba Tante Ratna mengajak Bara untuk bertemu dengan wanita pilihan orang tuanya.
"Tante sudah menghubungi ibunya minggu lalu, dan kami udah bikin janji ketemuan besok. Kamu bisa kan? Tante udah cek jadwal kamu, jadi nggak ada alasan untuk ngelak ya, Bara."
Begitulah titah Tante Ratna yang tidak bisa diganggu gugat. Padahal Bara sudah menjelaskan bahwa ia sudah melamar pacarnya secara pribadi.
Malahan Tante Ratna bilang, "... jodoh nggak akan kemana, Bar. Sekarang kamu jalani dulu amanah almarhum papamu, kalo nggak cocok, kamu bisa mundur."
Oke, untuk bertemu saja tidak masalah. Toh, ia boleh mundur setelah pertemuan ini. Bara sudah memiliki Anya sebagai pilihan hidupnya. Dan tak mungkin ia menyakiti pujaan hatinya itu. Mendapatkannya saja tak mudah. Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir untuk Bara
General Fiction(Seri- 2 Guru BK) [Follow dulu sebelum baca] Lagi-lagi, cerita ini tentang Guru Bimbingan dan Konseling, di sebuah sekolah swasta. Tapi ini bukan cerita cinta antara guru dan wali muridnya. Juga bukan tentang janda dan duda. Ini tentang Anyelir Sa...