Selamat membaca Zafrania 🤍
Budapest, Desember 2020Hari sudah mulai gelap, semua lampu diseluruh sudut Budapest sudah mulai menyala, matahari pun sudah kembali keperaduannya. Para pekerja sudah ramai memadati jalanan untuk pulang kerumah masing-masing, Begitupula dengan Zafran, dia kini juga hendak pulang ke penthouse miliknya setelah seharian bekerja di law-firmnya.
Beberapa menit diperjalanan, Zafran memilih untuk berhenti disebuah kedai kopi yang berjarak tak cukup jauh dari apartemennya, seperti asyik jika sebelum ia pulang ke Jakarta akhir tahun nanti, ia menikmati cappuchino kesukaannya di Budapest ini. Ya, setelah enam tahun tinggal di negri orang untuk kuliah S2 lalu menikah dan juga mendirikan sebuah perusahaan dibawah naungan keluarga Rajash yang ada di Budapest, bahkan memutuskan untuk menetap disini, besok ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta.
Bukan apa-apa, dia merasa sudah tidak ada lagi tujuannya tinggal disini. Istrinya sudah meninggal dua tahun yang lalu. Daripada ia disini tidak mempunyai siapa-siapa, Nugraha Rajash-ayahnya menyuruhnya untuk pulang sekalian juga meminta Zafran mengurus perusahaan firma hukum miliknya, karena ayahnya sangat membutuhkan jasa Zafran sebagai CEO di firma. Faktornya ialah Zafran yang sukses mendirikan tiga cabang law-firm tersebut di Budapest hanya dalam kurun waktu dua tahun.
Bergelar magister di usianya yang baru dua puluh enam tahun dan juga menjadi CEO di perusahaan yang ia dirikan sendiri tentu saja tidak melalui proses yang mudah untuk Zafran, ia bahkan harus bekerja mati-matian hanya dengan waktu dua tahun kurang setelah ia terpuruk cukup lama setelah kehilangan istrinya.
Zafran menuruni mobilnya, kemudian masuk kedalam kedai yang cukup ramai tersebut. Setelah duduk ia memanggil pelayan dan memesan secangkir cappuchino hot favoritnya. Sembari menunggu minuman yang ia pesan, Zafran memilih untuk memainkan ponselnya, sekedar mengecek pesan whatsapp dan menscroll beranda intagram.
Satu jam sudah ia berada disini, Zafran memutuskan untuk beranjak seraya memanggil pelayan untuk meminta bill dan berjalan ke kasir untuk membayar minumannya.
Setelah keluar dari kedai, Zafran tidak langsung pulang melainkan memilih untuk masuk ke sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Budapest. Ada beberapa barang yang harus ia beli untuk dijadikan oleh-oleh walaupun tadi siang ia juga sempat meminta Bioma untuk membelikan, namun rasanya kurang srek kalau bukan ia yang memilih dan membeli sendiri yang ia khususkan untuk papa mamanya. Sekitaran dua jam berada di mall, dan mendapat barang-barang yang dia mau, kini ia sudah keluar lalu menuju tempat parkir dan mencari mobilnya.
Disela perjalanannya menuju mobil Mercedes miliknya, ponsel yang ada di saku celananya berdenting.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRANIA (Revisi)
Romance𝑺𝒚𝒓𝒊𝒏𝒈𝒆𝒔 𝒂𝒏𝒅 𝒕𝒓𝒊𝒂𝒍 𝒉𝒂𝒎𝒎𝒆𝒓𝒔 Zafran Ragaska Rajash, pengacara muda yang memiliki sejuta pesona. Tidak hanya menjadi seorang pengacara, sebagai CEO Rajash Law Firm membuat ia lebih diidolakan daripada ketiga saudara laki-lakinya...