Adikku -Menangis-

11 6 0
                                    


Mari kita tukar posisi sejenak. Bagaimana perasaan mu melihat ibumu yang terus saja menangis? Dan bagaimana juga perasaan mu melihat adikmu menangis histeris? Bagaimana perasaan mu melihat adikmu tengah mengenggam sebilah pisau? Dan bagaimana perasaan mu mengetahui jika, adikmu korban dari pemerkosaan?

Iya, adikku Yeri menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh teman satu kelasnya. Adikku baru saja mengatakannya, karena aku memergokinya yang akan menghabisi dirinya sendiri di kamar. Aku berteriak dan ibu langsung berlari ke kamar Yeri. Ibu memeluknya sedangkan aku, terpaku dengan pisau yang telah berpindah ke genggaman ku.

Yeri menjelaskan kronologi kejadiannya. Aku mendengarkannya dengan seksama dan sekali-kali aku meringis perih. Mengapa ini bisa terjadi pada adikku?

Mengapa teman-temannya begitu bejat sekali? Dan pemuda yang adikku sebutkan, aku sangat mengenal mereka. Mereka sering datang ke rumah kami, mereka sering berpergian bersama, mereka juga sopan terhadapku. Dan ternyata, aku salah menilai mereka semua.

Ibu menangis bersama Yeri, sedangkan aku hanya diam membatu sejak tadi. Pisau yang ku genggam, ku genggam semakin erat. Ada perasaan yang amat besar di dalam hatiku.

A K U I N G I N M E M B E R I M E R E K A P E L A J A R A N.

Tanpa sepengetahuan ibu dan adikku.

----------------

Pukul 1 malam, akhirnya adik bisa tertidur dengan pulas. Ibu menemaninya malam ini,sedangkan aku tidak berniat untuk tidur malam ini. Aku merencanakan sesuatu, pesta besar untuk pemuda-pemuda yang berhasil menghancurkan masa depan adikku.


Pertama ; Ke asrama laki-laki, menjemput Luke a.k.a Lucas dan Mark.

Sebuah asrama khusus laki-laki menjadi tempat tujuannya yang pertama. Tidak jauh dari sekolah Yeri, dan tidak jauh juga ternyata, keberadaan Lucas bersama dengan Mark di sana. Apa yang sedang lakukan di luar gedung asrama?

Mereka berjalan menuju minimarket depan asrama. Apa mereka boleh kelayapan di tengah malam seperti ini?

"Mark." Panggil Lucas yang berada di belakang Mark, Mark berbalik sedikit mengangkat alisnya bermaksud bertanya 'Apa?'

"Aku merasa sangat bersalah pada Yeri." Ujar Lucas lirih, sedangkan Mark bingung apa maksud Lucas? Bukankah waktu itu mereka semua bersenang-senang? Kenapa dengan Lucas sekarang?

"Apa yang kau bicarakan Luke? Bukankah kau yang paling asyik mengempur habis Yeri waktu itu?" Tanya Mark santai, ia acuh saat ada seseorang yang melewati mereka.

"Sekarang aku menyesal, Markie." Balas Lucas lirih. Sedangkan Mark hanya menggeleng-geleng kepala saja, memilih makanan ringan yang ia inginkan. "Mark, kau tidak menyesal?" Tanya Lucas sekali lagi.

Mark menggeleng kepala ringan. "Tidak, kita semua menikmatinya 'kan?"

TTTEEKK!!!

Tiba-tiba saja minimarket yang mereka kunjungi mengalami listrik padam. Aneh. Karena kondisi di luar minimarket cukup terang, tetapi kenapa hanya minimarket ini yang listrik padam?

"Tunggu sebentar ya, saya cek sebentar kontak listriknya." Ujar kasir minimarket lantang. Beberapa orang yang masih di dalam menyalakan senter dari smartphone mereka masing-masing.

Si kasir berjalan ke arah samping toko, menemukan seseorang bertubuh mungil dengan rambut panjang menutupi wajahnya. Itu seorang gadis, apakah gadis itu gila?

"Jadi kau yan-----ekkhhhhh! AAKKHHHHH!!" si kasir tidak bisa melanjutkan kalimatnya, karena sebilah pisau tertusuk di lehernya sangat dalam. Tak hanya itu, ia juga menarik pisau ia ke atas dagunya hingga si kasir tak dapat lagi memekik kesakitan. Irene, tidak puas. Bukan dia yang menjadi sasarannya, melainkan kedua pemuda tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adikku, YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang