'Tekanan'Suatu tekanan mengakibatkan ketakutan,
Dan ketakutan adalah suatu penyakit yang bisa menggerogoti logika.Membuat seorang manusia.
Menjadi tidak manusiawi.ΦΦΦΦ
_______________________________
"Yeong-ie, Pyeha dan Jeong Tae Eul pergi ke mana? Aku tidak melihatnya dari kemarin" tanya Seo Ji Ah pada Yeong saat mereka baru saja tiba disebuah penginapan yang terletak di kota Beijing, tempat mereka akan menghadiri acara pertemuan antar negara nanti.
"Pyeha sedang ada urusan di pulau pribadinya, setahuku Tae Eul-ssi juga tengah mempersiapkan pernikahannya bukan? Lagi pula harusnya kau yang lebih tahu tentang dia, kalian partner" Jawab pria itu sembari membantu Ji Ah menenteng kopernya.
"Gomawo.. eh, tapi dia tidak berkata apapun denganku. Apa dia sudah mengajukan cuti ya pada baginda? Tap-"
"Ji Ah.." Jo Yeong memotong ucapan Seo Ji Ah dengan cepat, lalu dia menoleh ke arah wanita itu. Menatapnya dengan intens.
"Wae? Kenapa melihatku begitu?" Ji Ah memundurkan tubuhnya sedikit kala melihat Yeong yang semakin mendekat ke arahnya.
"Ji Ah.. apa kau pernah mengingat sesuatu tentang kita?" Tanyanya.
Ji Ah menaikkan alisnya tidak mengerti, namun sedetik kemudian dia tersenyum sinis. "Tentu.. aku mengingatnya. Kau mau aku beritahu bagian yang mana? Saat kau mencampakanku atau saat-"
"Bukan. Yang lain.. maksudku, seperti kita tidak pernah melakukan hal semacam itu. Tapi tiba-tiba ada diingatan kita"
"Sebenarnya apa maksudmu?" Ji Ah sungguh tidak mengerti maksud pria di depannya itu.
"Aku seperti pernah melihat kita bersama, dan saat itu kau memelukku dengan sangat kencang. Lalu kita juga menangis bersama. Tapi.. itu disebuah pemakaman Ji Ah, ada dua makam di sana. aku tidak sempat melihat nama yang tertera, ani. Lebih tepatnya terlihat samar"
"Apa-apaan Yong-ie!" Ji Ah menepuk bahu pria itu geram. "Jangan berbicara yang tidak jelas. Mungkin kau hanya sedang kelelahan sehingga bermimpi buruk tadi. Sudahlah lupakan, kau beristirahat saja sekarang" Kemudian ia mengambil kembali koper miliknya yang masih dipegang oleh Yeong. "Sini, biar aku bawa sendiri. Kau istirahatlah" dan akhirnya Ji Ah berjalan duluan meninggalkan pria itu yang masih terdiam di sana.
Yeong tidak juga bergeming, dan tiba-tiba saja dia mengingat perkataan yang pernah Rajanya ucapkan.
Kehidupan di semesta lain.
"Tidak mungkin" lirihnya.
Hidup ini adalah gema,
Apa yang diperbuat suatu kali akan berbalik untuk menerimanya kembali, entah dalam bentuk apa itu menurut caranya sendiri.
Tidak ada bagian kehidupan yang parsial dan terpisah satu dengan yang lainnya.
Karena kehidupan adalah peristiwa yang saling kait-mengkait, punya sebab akibat, serta memiliki dampak jangka panjang dan pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Excellency 👑
FanficKau percaya akan takdir yang sama, dengan orang yang juga sama pada masing-masing alam semesta? Jika memang begitu, bagaimana dengan kehidupan di dunia kita? Karena kesalahan mereka, lalu kita ikut menanggung segala dosanya? Karena takdir mereka ya...