Prolog

8.4K 431 3
                                    

Gemma menatap nanar nomor kamar yang ada di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemma menatap nanar nomor kamar yang ada di depannya. Tangan dan kakinya bergerak-gerak gelisah, seakan dengan begitu bisa meredakan detak jantungnya yang sudah berirama tak wajar.

Sebuah tangan mendarat di pundaknya, meremas halus seakan mencoba memberikan ketenangan sekaligus energi tambahan untuknya.

"Lo mau balik aja, Gem?" tanya perempuan itu dengan nada dan raut khawatir yang tidak bisa ditutup-tutupi lagi.

"Alma, gue..." Gemma menelan ludah, "Gue nggak mau, tapi gue rasa gue harus."

Alma mengangguk, memberikan senyuman kecil untuk mengalirkan semangat kepada sahabatnya yang sudah dikenalnya sejak duduk di bangku perkuliahan di salah satu universitas negeri di Jakarta.

"Ada gue disini, lo jangan khawatir. Ada security juga yang udah gue suruh stand by di sini, sepuluh meter di kanan lo. Just in case something bad happens, Gem." Gemma mengangguk, "Lakuin apa yang harus lo lakuin. Cuma tolong jangan sampai mengganggu kenyamanan tamu hotel lain ya, Gem. Kalau nggak, gue bisa kena semprot sama bos."

Alma tertawa ringan, mencoba mencairkan suasana. Gemma tersenyum kikuk. Jangankan mengganggu kenyamanan tamu lain, untuk bicara saja sekarang rasanya sulit.

"Siap?" Tangan Alma berada di tombol bel.

Gemma mengangguk dan Alma menekan tombol. Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi ting tong di balik pintu ini. Dan samar samar terdengar langkah kaki orang mendekat meraih pintu. Ada jeda sebentar sebelum pintu terbuka, yang Gemma yakin menandakan orang di balik pintu ini sedang mengintip dibalik peep hole.

"Ya?"

Pintu terbuka dan muncul sosok perempuan berambut sebahu dengan badan terbalut bathrobe. Rambutnya basah menandakan ia selesai keramas, dan kakinya terekspos. Gemma enggan berpikir apakah perempuan itu mengenakan pakaian dalam atau tidak.

"Anda siapa ya? Salah kamar?" Wanita itu bertanya sekali lagi, memandang aneh ke arah Gemma dan perutnya yang sudah membulat, lalu ke arah Alma dengan penuh tanda tanya.

Baru saja Gemma hendak menjawab pertanyaan perempuan itu, yang tentunya dengan susah payah karena otaknya mendadak beku, terdengar suara yang ia kenal betul di dalam kamar.

"Siapa, babe?"

Cukup sudah. Otak Gemma tidak hanya membeku tapi juga lumpuh, mati total. Ia hanya membelalak tanpa bisa berpikir lagi.

Tidak mungkin. Ini tidak mungkin, pikir Gemma.

"Nggak tahu, babe. Ada ibu hamil disini, tapi kayaknya salah kamar." balas wanita itu tanpa memutus pandangannya dengan Gemma.

"Ada yang bisa saya ban..."

Tiba-tiba lelaki itu membuka pintu kamar lebih lebar, yang membuat Alma terkesiap dan sontak memegang pergelangan tangan Gemma. Berharap ia tidak ambruk di lorong ini.

"Pasien kamu, babe? Kok bisa sampai kesini?" tanya wanita itu sambil memandang sosok disampingnya yang sudah mematung bagai arca dan Gemma bergantian.

"Dia... dia..."

"Saya istrinya."

Silver Lining ✅ END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang