57. Fakta

9.9K 594 46
                                    

Hi, they call me Dyn🦋
Follow Instagram @dinasitirasdin & @wattpaddyn (untuk info seputar karya-karya ku).


HAPPY READING


57. FAKTA

Segala rasa sakit yang kau rasakan akan dibayar dengan kebahagiaan dikemudian hari-Aditto Fransisco.

***

Auris berdecak kala suara ketukan pintu menganggu konsentrasinya. Gadis itu segera berjalan membukakan pintu dengan malas, iris matanya menatap Kanaya dan Ellen dingin.

"Kenapa?" tanyanya.

"Kita punya gosip panas, Ris. Lo pasti gak nyangka," jawab Ellen membuat Auris mengerutkan dahinya binggung.

"Ini soal Kaila, Ris," ujar Kanaya pelan seraya berjalan memasuki kamar Auris. Ia mendudukkan bokongnya di atas ranjang Auris bersama dengan Ellen sementara si pemilik kamar duduk di kursi meja belajar yang berada tak jauh dari mereka.

"Dia kenapa?" tanya Auris seraya kembali pada aktivitas sebelumnya.

"Semalam waktu kita ke Garbera Club, kita ketemu Kaila di toilet. Awalnya kita mau tanyain soal identitas lo, cuma kita gak bakalan nyangka kalau tahu Kaila hamil anaknya Geral," jelas Kanaya.

Auris tidak mengalihkan pandangannya dari layar komputernya. Gadis itu masih memainkan jarinya di atas papan keyboard seolah tak peduli dengan ucapan Kanaya.

"Gak kaget, sih. Orang mereka sama sama mau. Ya, nggak, Ris?" seru Ellen membuat Kanaya menggelengkan kepalanya jengah.

"El, udah. Berhenti mojokin, Kaila, dia pasti gak mau kayak gitu, bisa aja dia di paksa sama, Geral. Dia itu orangnya gak enakkan," kata Kanaya yang spontan di balas tatapan sinis oleh Ellen.

"Lo ngapain bela dia?" Ellen menatap Kanaya tak suka.

"Gue gak ngebela dia, gue cuma kasihan sama dia. Lo gak punya hati, ya?" ucap Kanaya jengah.

Auris menoleh menatap Kanaya dan Ellen, kedua gadis itu saling melempar tatapan sinis membuat Auris memutar bola matanya malas kemudian berkata, "Gak usah permasalahin yang di luar dari tanggung jawab lo semua."

"Lo berdua mending bantuin gue buat nyelesain kasus di Alexander High School, gue udah muak sama semua teror yang pelakunya kasih ke kita," lanjutnya.

"Emang sekarang data apa aja yang udah kita kumpulin?" tanya Ellen.

"Kita udah delapan puluh persen punya datanya, masih ada beberapa lagi yang harus kita cari. Kalau aja Febiola gak meninggal karena kecelakaan itu, kita pasti udah dapatin sebagian data yang kita butuhin," balas Auris membuat Ellen tertegun.

"Kasihan juga sama Febiola. Dia cuma mau ngebantu kita, tapi dia juga yang harus korbanin nyawanya karena bukti-bukti yang dia dapatin," ujar Kanaya pelan membuat Auris dan Ellen mengembuskan napasnya.

"Gue setuju sama lo, kita seharusnya ngelindungin dia," gumam Auris sebelum kembali fokus menatap layar komputer.

Kanaya dan Ellen berjalan mendekati Auris. Kedua gadis itu setengah menunduk menatap tampilan layar komputer Auris yang menampilkan dua foto pria asing.

"Ini dua orang pelaku yang terlibat sama pelaku pembunuhan Alexander High School. Febiola sempat kirimin ini ke gue, gue rasa mereka bukan orang asing. Karena mereka setiap hari ada di lingkungan sekolah," ucap Auris.

"Tono sudirman, guru kesiswaan di Alexander High School," gumam Ellen kala membaca sedikit informasi mengenai salah satu pria di layar komputer Auris.

"Itu bukannya guru yang waktu itu ngejar kita berdua waktu razia sekolah, kan?" ujar Kanaya membuat Ellen mengangguk.

MAFIA PRINCESS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang