22. Terpesona, Aku Terpesona!

27.5K 2.7K 52
                                    

Panji memandang penuh damba pada perempuan di sampingnya. Wajah polos tanpa polesan make up itu tampak nyaman dengan selimut tebal yang kini menutupi tubuh mereka.

Tidurnya begitu nyenyak, membuat Panji berfikir sang istri kelelahan. Bagaimana tidak, kegiatan mereka baru selesai pukul lima. Dan langsung ketiduran hingga melewatkan waktu subuh.

Maafkan kami ya Tuhan.

Laki-laki itu tersenyum lembut sembari mengusap pelan pipi Shalika. Hari ini, adalah hari pertama mereka tidur di ranjang yang sama. Saling memeluk, saling memberi kehangatan.

Ah, Memiliki wanita ini seutuhnya, tidak pernah Panji bayangkan.

Mengingat Lika pasrah berada di bawah kendalinya beberapa jam lalu, membuat Panji heran, bagaimana bisa dirinya seberani itu.

"Lo udah dengar belum, Lika putus sama cowoknya?" Ujar Riza sembari membereskan alat tulis di meja.

"Putus lagi?" Tanya Panji cepat.

"Iya, cowoknya selingkuh." Panji terdiam.

"Ya udah, doain aja biar cepat dapat ganti yang lebih baik."

"Deketin sono!" Seru Riza jahil.

"Jangan ngaco deh." Panji memalingkan wajah berusaha menepis kegamangannya.

"Siapa tahu cocok."

"Gue cuma berharap, Lika akan dapat jodoh yang baik suatu saat nanti."

Panji tersenyum ragu, mengingat percakapannya dengan Riza ketika masih duduk di bangku SMA.

'Mendapat jodoh yang baik suatu hari nanti?'

'Sudah cukup baikkah aku untuk Shalika?'

Tidak ingin membiarkan pikirannya melayang kemana-mana. Panji menyingkap selimut dan turun dari ranjang.

Memakai celana yang beberapa jam lalu dia biarkan berserakan, kemudian ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Merasa sudah lebih segar, laki-laki itu mendekati ranjang. Berniat membangunkan sang istri, tapi urung ketika Shalika memeluk guling yang panji taruh di sampingnya dengan sangat nyaman. Laki-laki itu tentu tidak tega.

Menyadari hari sudah mulai siang, Panji memilih berjalan ke dapur untuk membuat makanan.

Sejak memutuskan melamar Shalika, Panji bertekad pada dirinya sendiri, untuk menjadi seorang suami yang tidak pilih-pilih dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Sejak kecil, laki-laki itu sudah terbiasa mandiri. Maka sekarang, sekedar memasak atau membersihkan rumah bukan masalah besar untuknya. Justru dia bangga jika bisa membantu pekerjaan Shalika.

"Kok kamu nggak bangunin aku?" Panji menoleh dan mendapati sang istri berdiri di samping meja makan.

"Tidur kamu nyenyak banget, aku nggak tega mau bangunin." Jawab Panji sembari tersenyum lembut.

Lika berjalan mendekat dan memeluk tubuh sang suami.

"Aku berasa jadi istri yang nggak berguna, biarin kamu nyiapin sarapan sendiri." Ujarnya sembari terkekeh geli.

"Ngomong apa sih! Aku cuma bikin nasi goreng sama telur, nggak repot kok."

"Sini biar aku yang lanjutin, kamu duduk aja sana." Pinta Lika lalu mengambil alih kegiatan Panji.

Panji mundur selangkah, membiarkan Lika melanjutkan masakannya.

"Masih sakit?" Lika mengernyit bingung, berusaha mencerna pertanyaan sang suami.

Not a Crazy LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang