0.6 : Sifatnya baik dan cantik, secantik wajahnya.
Gadis itu menatap ku dari jauh.
Dengan kaget, dia langsung berlari dan menghampiriku.
"ASAHI.." ujarnya bergetar, menatap tubuhku yang melepuh.
"K-kamu kenapa.." dia menangis, menyentuh wajahku yang lemah tak berdaya.
"Ck, untuk apa dia peduli dengan anak itu." cibir mama dari jauh, lalu pergi keluar rumah.
...
"A-aku" ujarku lemah
"Diam dulu, kamu sakit. Biar aku kompres"
Dia merawat ku, mengompres tubuhku.
Tenang saja, aku tidak merasa sakit. Tubuhku sudah mati rasa seperti diberi obat bius. Padahal hanya karna di pukul saja hehehe.
"Apa kamu sanggup berdiri?" Tanyanya padaku.
"Tidak tau" ujarku yang merasa lebih baik.
"Mau aku bopong?"
Aku diam saja.
Aku tidak ingin merepotkan dia. Tapi aku juga tidak mungkin menolak tawarannya.
"Tak apa, aku tidak merasa repot" Ujarnya yang menyadari maksud diamku.
Dia membopong ku perlahan menuju kamarku. Kamar jelek, gelap, dan rusak.
Aneh, padahal aku anak konglomerat.
Kenapa kamarku lebih buruk dari gudang.
"Berbaring lah dulu, aku ingin membuatkan mu susu hangat" ujarnya tersenyum.
Dia sangat cantik
Gadis itu :
✨
"Hey, kenapa tidak berbaring." Omel Winter yang kembali membawa susu hangat.
"Aku baik-baik saja Winter" ujarku tersenyum
"BAIK-BAIK SAJA APANYA?!" Ujarnya kesal.
Aku jarang melihatnya marah padaku, karna dia baik.
Jadi aku kaget
"Mm-maaf" ujarku menunduk takut.
Aku memang patuh padanya
"Ah, aku cuma bercanda."
"Kau tidak baik. Jangan berbohong padaku. Aku temanmu bukan?"
Aku mengangguk setuju.
Sebelumnya aku tidak punya teman. Tapi, Winter dan Doyoung datang mau menjadi temanku.
"Baiklah, minum susu mu sekarang. Dan tidurlah, aku akan menemanimu"
Aku refleks langsung meneguk susu itu sampai tetes terakhir.
Seperti orang yang terprogram untuk melakukan sebuah perintah.
"Hahahaha, bagus" ujar Winter sambil bertepuk tangan.
Aku bersandar pada sandaran ranjang, dan dia menyelimuti ku.
"Apa kau sudah makan?" tanyanya.
"Belum"
"Sejak kapan?"
"Empat hari lalu."
"APA?!"
"Makan ini cepat!" Winter panik sembari membuka kotak makan yang ia bawa.
Dia menyuapi ku makan.
"Enak" lirihku kecil.
"Terimakasih"
Aku melahap suapan itu sampai tidak tersisa satupun.
Aku merasa sangat kenyang.
Aku tidak bohong, itu benar.
"Kenapa kau tidak makan?"
"Aku takut.."
"Bagaimana kau bisa takut di rumahmu sendiri hm?"
"Aku tidak tau" jawabku.
Aku memang tak pernah bercerita kenapa aku selalu terluka, dan sakit.
"Tadi kenapa kulitmu melepuh?"
"Aku sedang membuat kopi, dan tempat air panas itu tertumpah ketubuhku. Aku memang ceroboh"
"Lain kali hati-hati. Itu sangat berbahaya"
"Kenapa ibumu tidak menolongmu?"
"Dia tidak tau itu terjadi padaku. Dia sedang bersantai tadi"
"Eugh. Baiklah, kau harus tidur sekarang. Ayo tidur"
Aku berbaring dan mulai memejamkan mataku.
"Aku pergi, jaga dirimu" lirih Winter yang masih bisa kudengar.
Dan pintu kamarku mulai tertutup.
Sifatnya sangat baik dan cantik. Secantik wajahnya.
WINTER POV
...
Sangat aneh bukan?
Aku yakin dia berbohong.
Semua yang dibicarakan nya sangat tidak masuk akal.
Aku yakin sesuatu terjadi dirumah ini.
Dia anak orang kaya. Tapi kamarnya sangat jelek, lebih jelek daripada gudang.
Aku tidak mengejeknya. Ini sesuai penglihatanku.
Bahkan orang miskin saja kamarnya masih layak huni, walau kotornya kayak kandang ayam sih.
Aku anak orang kaya juga, dan aku tau seharusnya Asahi di perlakukan seperti apa.
Tapi sepertinya dia tidak diperlakukan seperti yang aku bayangkan
Entahlah, mungkin nanti aku bisa bertanya padanya di sekolah.
...
WINTER POV END
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Ok || Hamada Asahi[HIATUS]
Fiksi PenggemarAsahi... Cuma mau disayang sama Mama, dan Papa.