"ADA APA INI RIBUT RIBUTTT!....."Suara teriakan yang mengagetkan se isi kelas itu.
******
Teriakan itu mampu menghipnotis keributan menjadi keheningan, yang membuat se-isi kelas spontan mengarahkan pandangannya ke sumber suara itu, dan terdapat sosok seorang wanita paruh baya, yang tengah berdiri diambang pintu, dan memberikan tatapan tajam ke arah mereka semua.
Dia adalah Buk Pipin, yang merupakan salah satu guru matematika yang sangat ditakuti oleh para siswa-siswi SMA Nusa Bangsa.
Krik krik krik
Ruangan kelas yang tadinya hiruk pikuk, kini langsung menjadi hening tak ada sedikit pun terdengar suara.
Semua siswa-siswi yang berada dikelas itu mematung ditempat dan tidak berani berkutik.
"Sekarang duduk ditempatnya masing-masing!" Suruh buk Pipin dengan nada tinggi.
"Suara kalian itu sampai terdengar ke kelas lain..dan menggangu konsentrasi saya, yang sedang mengajar dikelas sebelah.." Ucap buk Pipin.
Semuanya tertunduk dan tidak berani untuk melihat tatapan tajam ibuk Pipin.
"Siapa tadi yang disini teriak-teriak?" Tanya buk Pipin, menyelidik.
Tidak ada satu pun yang menjawab, yang membuat amarah ibu itu semakin bertambah.
"Hellooo..kalau gak ada yang jawab satu kelas ini akan ibuk hukum!" Ancam buk Pipin.
Alena dan Amanda saling melirik.
"Mendingan lu ngaku aja dari pada nanti lu dimusuhin satu kelas, dan jugak gua gak mau ikut-ikutan kena hukum..lena ngertikan" Bisik Amanda kepada Alena.
Alena mengigit bibir bawahnya berusaha menenangkan diri dan mengumpulkan keberaniannya, untuk mengakui kesalahannya.
"Oke ibu hitung sampai tiga, kalau gak ada yang ngaku juga kalian semua ibu jemur dilapangan!"
Satu..
Dua...
Ti....
Secara bersamaan Alena dan Wildan spontan mengacungkan tangannya dengan cepat.
"Kalian berdua ikut ibu" Perintah buk Pipin.
"Ma..maaf buk ta..tapi" Lirihan Alena terpotong.
"Gak ada tapi tapii-an kalian berdua ikut ibuk sekarang jugaa!" Perintah buk Pipin dengan tegas dan pergi meninggalkan kelas itu.
Kemudian Alena dan Wildan pun pasrah mereka berdiri dan berjalan mengikuti arah perginya buk Pipin.
"Nih..hukuman untuk kamu berdua," Ucap buk Pipin sembari menyodorkan alat pel lantai dan gosokan wc ke Alena dan Wildan.
"Be..bersihkan WC buk?" Tanya Wildan Sedikit terbata.
"Ya.. Iyalah nak, nak..." Jawab buk Pipin, sembari menepuk pundak Wildan.
"Ibu..." Lirih Alena lemah.
"Apalagi sih nak, nih.. Bersihkan wc nya sampai bersih.." Pesan buk Pipin yang langsung pergi meninggal Alena dan Wildan.
Wildan melihat kepergian buk Pipin dengan tatapan sendu, kemudian mengacak-acak puncak rambutnya, melampiaskan kekesalan.
"Ini semua karena lu..kenapa sih gua harus ketemu cewek kayak elu!..Senakal-nakalnya gua..gua gak pernah kena hukuman bersih-in wc kaya gini..ini menjijikkan bangett" Ucap Wildan yang menyalahkan Alena.
"Duh.. Stop ya stoppp gua udah capek cek-cok terus ama elu, yang gak ada habisnya dan gak akan pernah ada ujungnya" Perjelas Alena, yang berusaha sabar menghadapi tingkah wildan.
"Ya.. Ya kan..." Ucapan wildan seketika terhenti.
"Sutttt... DIEM" Pinta Alena.
Ucapan wildan seketika terhenti ketika Alena menempelkan jari telunjuknya di bibir wildan, dan wildan langsung terdiam sesaat kemudian menatap wajah Alena tanpa mengedipkan kedua matanya.
Degdegdeg
Jantung Wildan berdegup kencang dan membuat ia tidak bisa bersuara bahkan dirinya bingung apa yang terjadi sama dirinya sendiri.
"Gak..gak mungkin gua suka sama ni cewek tomboy, dia kan musuh gua..ya kalik gua punya rasa ke dia..GAK MUNGKIN ITU TERJADI" Ucap Wildan yang mencoba menyadarkan dirinya.
Setelah kejadian itu suasana menjadi hening tidak ada lagi per cek-cok kan diantara mereka berdua, mereka kini fokus dengan perintah yang di berikan buk Pipin.
*****
Tringgg
Suara bell berbunyi menandakan waktunya jam pulang telah tiba.
Alena dan wildan pun telah menyelesaikan hukumannya kemudian mereka segera menemui buk Pipin.
Se-dari kejadian itu wildan mendadak membisu seperti ada yang aneh dari pria itu.
"Ibukkkk.." Panggil Alena dan menghampiri buk Pipin.
Langkah buk Pipin pun terjeda, ketika melihat dua orang pelajar yang ingin menghampiri nya.
"Udah selesai nak?" Tanya buk Pipin dengan lembut.
"Udah buk, udah bersih" Jawab Alena sembari tersenyum ke arah buk Pipin.
"Okee...lain kali jangan ribut kalau lagi JAMKOS" pringat buk Pipin sembari menoleh ke arah Alena dan wildan bergantian.
"Iya ibuk..saya pamit mau pulang ya buk." Jawab Alena segera menyalami buk Pipin.
Sedangkan wildan hanya menganggukkan kepalanya tanpa membuka suara dan segera menyalami buk Pipin.
Alena menoleh ke arah wildan dan ia melihat pria itu tengah terdiam dengan tatapan kosong, yang membuat Alena bingung dan sedikit penasaran.
Dan Alena bertanya kepada dirinya sendiri dalam hati "Dia kenapa?"
Sampai jumpa
di part berikutnya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝗵𝗲 𝗺𝗲𝗺𝗼𝗿𝗶𝗲𝘀
Teen Fiction𝙏𝙝𝙚 𝙢𝙚𝙢𝙤𝙧𝙞𝙚𝙨🖤 Aku... Alena Puspita, Disini aku akan menuliskan sebuah kisah putih Abu-Abu ku yang telah mempertemukan diriku dan dirinya, dan juga merubah rasa benciku menjadi rasa cinta kepadanya, begitu juga dengan dirinya yang kini...