Kata orang, semua pasangan akan saling jatuh cinta jika mereka memiliki ikatan yang kuat. Nyatanya, tanpa ikatan Papa dan Mami mereka akan tetap berpisah sampai akhirnya Faye dan Ardan ragu untuk dekat dengan gadis manapun.
Ketika Panji baru pulang bersama Ardan, Faye tiba-tiba merajuk manja pada Panji dengan janji-janji manis yang dilontarkannya agar Panji percaya. Namun, detik berikutnya Faye justru dapat ceramah yang luar biasa dari Ardan dengan segala akal yang cowok itu miliki.
Faye akan diam jika Ardan sudah membawa nama Papa dalam pembahasannya. Faye bukan membencinya, tapi Faye tidaj suka jika ia terus menerus membicarakan Papa.
Bahkan saat pertemuannya dengan Papa sepeerti penyesalan tersendiri untuknya. Faye cukup tahu diri, hanya saja ia tak bisa melawan kalau Ardan sudah berbicara banyak hal mengenai Papa.
"Dengar, ya Ri, semua orang itu pasti punya kesalahan, lo harusnya bersyukur karena lo masih di sayang sama Papa."
Sampai detik ini, Faye hanya bisa mengingat ucapan Ardan yang terdengar begitu menyiksa batinnya. Ucapannya benar-benar seperti belati yang tak tahu arah namun menusuk tepat sasaran.
Harusnya Faye merasakan amarah Ardan saat itu, tapi Faye malah mengabaikannya dan berlalu menghampiri Yola yang tengah asik berselonjor di karpet berbulu sambil menonton televisi.
"Lho kok belum tidur?"
"Masih ada tugas, Abang kenapa ke sini? Kak Ola gimana?"
"Kak Yola udah tidur?"
Panji mengangguk saat Faye bertanya, kemudian mendekat dan berdiri di sebelah adiknya. Panji tahu saat Ardan mengingatkan Faye mungkin terlalu kasar, bahkan sampai pukul dua dini hari, anak itu belum juga terlelap. Panji sengaja datang bukan hanya sekadar memastikan, ia juga ingin tahu apa yang terjadi saat ia berada di luar rumah.
Bukan hanya itu saja, sebelumnya Yola juga mengatakan hal yang sama, kalau adik iparnya sempat bertemu Papa, namun, anak itu menolak berbicara panjang karena kesal.
Panji pun duduk di ranjang Faye, sesekali ia menepuk bantal yang ada di sebelahnya. Faye hanya khawatir jika Panji datang bukan sekadar memeriksanya, tapi juga ikut memarahinya sama seperti Ardan.
"Abang sendiri ke sini mau ngepain?"
Panji menoleh, kemudian tersenyum. Lelaki itu tampak lebih berseri tidak seperti kemarin.
"Gue mau nanyain tentang Papa, jawab jujur, ya?" Panji pun mengulurkan sebelah tangannya agar ia bisa menggenggam jemari Faye dengan tenang. Anak itu mendongak menatap Panji yang masih mengusap punggung tangannya begitu lembut.
"Selama ini, lo selalu bilang sama gue kalau Papa selalu jenguk lo waktu di Bandung, iya, 'kan?"
Faye mengangguk, saat Panji memulai permbicaraan mereka, anak itu tak henti menatap Kakak sulungnya dengan damai. Ia sangat suka dengan sikap manis Panji apa pun.
"Tapi waktu itu, lo kelihatan kesal saat Papa telepon, itu ada apa?" tanya Panji. Faye terdiam untuk sesaat. Panji tahu sebenarnya Aries jarang sekali menjenguk Faye ketika anak itu berada di Bandung.
"Abang janji nggak akan marah, kalau gue cerita?" kata Faye, ia melihat Panji mengangguk dengan senyum yang terlihat jelas di wajahnya.
"Nggak akan, justru gue mau tahu kenapa lo sampai kesal sama Papa?"
"Abang pasti tahu kalau Papa udah nikah lagi, Abang tahu tapi Abang sembunyiin dari Kak Ardan."
Panji mengangguk, dulu memang begitu, namun, setelahnya Ardan juga tahu sendiri saat Papa mereka datang bersama istri barunya. Rasa kecewa Ardan saat itu tak bisa ditutupi, bahkan Ardan memilih bungkam meski Aries sedang berbicara padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANCHOR ✅
Dla nastolatków(Revisi) Faye Orion Ardanu. Si Bungsu dengan segala hal yang menarik perhatian orang banyak. Faye hanya perlu berkata tapi sulit untuk melakukannya. Dia hanya perlu merasakan tanpa peduli akibatnya. Besar bersama dua orang Kakak yang luar biasa, set...