"Ikut aku," titah Langit dingin.
Pria itu tadinya telah menghilang dari balik pintu tapi kembali lagi dengan raut wajah yang masih sama ditekuk serta dingin. Sejenak Danas melihat wajah Langit kemudian menunduk. Ia takut jika ketahuan melirik Langit akan membuat pria itu marah.
Langkah kaki milik Langit begitu seirama. Salah satu tangannya dimasukan ke dalam saku celana. Tubuh tegaknya tengah melangkah perlahan-lahan di belakangnya Danas tengah mengikuti dengan hati-hati. Gadis itu takut jika dirinya membuat kesalahan.
Hingga langkah suaminya berhenti disalah satu ujung koridor, di depan sebuah pintu ia pun ikut berhenti di sana.
Ceklek!
"Ini kamar untukmu," kata Langit, sambil membuka pintu dan menyalakan lampu kamar.
"I-ini—"
Danas tidak percaya dengan apa yang dilihatnya dengan mulut menganga serta mata membulat ia menyisir tiap sudut ruangan yang ditunjukan langit padanya.
Bagaimana bisa tempat itu menjadi kamar untuknya? Tidak terlihat jika ada yang pernah mengunakannya, ranjang yang telah termakan usia, sofa tua yang penuh dengan debu serta lampu yang berkedip-kedip meminta untuk diganti.
Ruangan itu lebih pantas disebut gudang.
Danas melangkah, mencoba untuk melihat-lihat ruangan itu, dirinya menyentuh sebuah meja membuat meja itu seketika ambruk dan membongkar debu di lantai.
Uhuk! Uhuk!
Kepulan debu sangat tebal, membuat Danas terbatuk-batuk serta mengibas-ngibaskan tangannya menghilangkan debu dari pandangannya saat itu.
Ruangan itu begitu kotor, sangat jelas jika tempat itu adalah gudang dengan melihat begitu banyak barang-barang tidak terpakai berada di sana.
Hatinya begitu sakit, teriris-iris. Langit sangat kejam padanya, memperlakukan dirinya tidak manusiawi. Ia meremas dadanya yang terasa sesak sebuah rasa ketidakberdayaan dan juga penderitaan menyelimuti dirinya.
"Apa yang kau lakukan, membuat ruangan ini begitu berdebu?" tanya Langit membuat Danas melihat ke arah belakang.
Pria itu tengah menyandarkan sebelah bahunya ditiang pintu serta mengibaskan tangan ke depan untuk menghilangkan debu dilakukan oleh Langit.
"Ini kamarku?" tanya Danas terbata-bata.
"Kenapa? Apa kau ingin tidur denganku?" tanya Langit sambil menyilangkan tangannya di dada. "Jangan bermimpi, aku menyuruhmu untuk tidur bersamaku," ucap Langit lagi.
Danas menundukan kepalanya, dirinya tidak berani untuk membantah apa yang dikatakan pria dihadapannya.
"Jangan bermimpi kau akan tidur sekamar denganku. Kau tidak layak menjadi istri seorang Langit Maheswara."
Danas menundukan kepalanya, tangannya meremas gaun pengantin, bibir bergetar, serta hatinya begitu sakit dan perih. Pria dihadapannya selalu mematahkan hatinya berkali-kali, terasa begitu perih membuat air matanya akan segera tumpah tetapi ketika teringat janji pada ibunya membuatnya berusaha tegar menghadapi perlakuan Langit padanya.
Ketika perasaannya mulai sedikit membaik, sejenak ia melirik ke arah Langit tapi tidak mendapati keberadaan pria itu. Pria itu tidak memiliki perasaan sama sekali. Meninggalkan dan menyuruhnya tidur di kamar dipenuhi oleh begitu banyak debu.
"Aku harus kuat," ucapnya. "Tempat ini akan bagus, jika aku merapikannya. Aku akan membuatnya menjadi kamar yang indah," ucapnya lagi.
Srek!
Baru selangkah dia berjalan terdengar suara sobekan dari gaun yang tengah dipakai olehnya. Danas melihat ke belakang terlihat rok gaun pengantin yang tersangkut di sebuah barang-barang ronsokan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkar Pernikahan [PINDAH INNOVEL]
RomanceDanas Cakrawala tidak pernah menyangka, jika hidupnya yang baik-baik saja berubah kacau ketika seorang pria-Raka Langit Mahameru, CEO Neha'v Group, datang dan membuat perusahaan ayahnya bangkrut. Belum cukup sampai di situ, pria itu memaksanya menik...