Daya tahan adalah kesabaran yang
terkosentrasi dengan sangat baik.Sedangkan cinta merupakan daya terbesar di alam semesta ini.
✨✨✨
~~~~____________________________
Hidup memang aneh..
Banyak penjelasan di dalam ketidakjelasannya.Tidak ada awal dan akhir
Tidak ada sebab dan akibat
Tidak ada ruang dan waktu
Yang ada hanyalah 'ada'
Terus bergerak, berekspansi, ber-evolusi.
Sia-sialah orang yang menjadi batu di arus ini. Yang menginginkan kepastian, ataupun ramalan masa depan.
Karena sesungguhnya justru dalam ketidakpastiaan, manusia dapat berjaya dan menggunakan potensinya untuk berkreasi.
Satu hari berlalu sejak perdebatan mereka berdua kemarin, Lee Gon belum lagi menampakan dirinya untuk menemui Jeong Tae Eul. Dan wanita itu pun masih selalu termenung di dalam kamarnya seraya terus berpikir agar keputusan yang diambilnya nanti tidak salah.
"Aku tidak mungkin bisa keluar dari tempat ini sendirian. Lagi pula sia-sia saja jika aku terus memberontak atau mengurung diri di sini, dia malah akan semakin menekanku" Gumam Tae Eul pada dirinya sendiri.
"Baiklah.. aku rasa aku sudah memutuskan. Untuk mendapatkan sesuatu bukankah kita harus memberi terlebih dahulu? Ayolah Jeong Tae Eul, ini bukan waktu yang tepat untuk depresi. Kau pasti bisa melewatinya sampai menemukan dia kembali. Ayo berjuang, yakinlah bahwa kau adalah wanita yang cerdas!" Ucapnya kembali dengan nada yang dipenuhi kesungguhan.
Kemudian Jeong Tae Eul beranjak dari ranjangnya. Ia mengetuk pintu kamar dengan cukup kencang untuk memanggil pengawal yang berjaga di depan.
"Yeoboseyo! tolong buka dulu sebentar pintunya, ada yang ingin aku sampaikan!"
"Ada apa Nona?" Jawab seseorang tiba-tiba melalui intercom, membuat Tae Eul tersentak. Pasalnya wajah pengawal di layar tersebut sangat seram. Ada sayatan di sepanjang garis mata sampai dagu pria itu.
"Eh.. itu.. bisa tolong sampaikan pada Yang Mulia? Katakan padanya aku ingin makan siang bersamanya." Ujar Tae Eul tanpa mau melihat lagi ke layar.
"Baiklah tunggu sebentar Nona"
Tae Eul berbalik, menghela nafas tanpa sadar. "Kenapa Pyeha memilih pengawal yang seperti itu untuk menjagaku? Dia sengaja atau bagaimana?" Gerutunya.
Setelah beberapa saat terdengar bunyi pintu terbuka. Tae Eul sempat ingin memejam ketika membayangkan bahwa pengawal tadilah yang masuk. Tetapi untungnya bukan. Itu adalah rajanya. Lee Gon terlihat sudah sangat rapih dengan setelan kemeja, yang biasa ia gunakan saat bekerja.
Memangnya dia ada pekerjaan juga di sini? Batinnya.
"Baru jam sebelas siang, kau sudah ingin makan kembali? Atau.." Lee Gon menoleh ke arah meja dan mendapatkan sarapan milik Tae Eul masih utuh. "Kau tidak memakannya rupanya.." gumam pria itu. "Baiklah, kau ingin makan siang apa? Aku akan meminta koki membuatkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Excellency 👑
FanficKau percaya akan takdir yang sama, dengan orang yang juga sama pada masing-masing alam semesta? Jika memang begitu, bagaimana dengan kehidupan di dunia kita? Karena kesalahan mereka, lalu kita ikut menanggung segala dosanya? Karena takdir mereka ya...