🔸
Arkan babak belur.
Naya meninju wajahnya hingga mengeluarkan darah segar saking tak kuat menahan gejolak emosinya di parkiran tadi.
Siapa yang tak kesal coba? Arkan baru saja mempermalukan dirinya di depan murid-murid, makin hancur sudah reputasinya di sekolah. Walau sebenarnya Naya tak mempedulikan soal reputasinya sih, yang terpenting ia pintar dan berani, maka tak akan ada anak yang bersikap semena-semena padanya.
“Jadi, Naya ninju lo lagi?“ seorang laki-laki menghampiri Arkan yang tengah menyumpal satu lubang hidungnya karena terus mengeluarkan darah segar.
Laki-laki itu kemudian duduk dan menyodorkan sebotol air mineral.
“Lagian, lo ini suka banget godain Naya. Udah tau dia galak, kalo marah serem, masih gak kapok juga.“ laki-laki itu hanya bisa geleng kepala memperhatikan Arkan.
“Gimana ya jawabnya? Habis seru aja godain perempuan kayak dia. Orangnya gak menye-menye, Naya itu gemesin tau kalo marah.“ ucap Arkan sambil tersenyum malu.
“Gemesin apanya? Dia mirip babi hutan kalo marah. Serem, bikin gue merinding.” Arkan tertawa kecil sementara laki-laki di hadapannya tengah mengusap-usap lengannya yang merinding karena membicarakan Naya.
“Btw, kalo sama Naya temen deket atau sekedar kenal?“ dengan cepat ia menggeleng.
“Kita gak sedeket itu, kita jarang ngobrol kalo gak penting. Hanya sebatas rekan kerja aja sih ...” Sudah Arkan duga. Semua orang yang mengenal Naya pasti selalu mengatakan hal yang sama, duh Nay, kau ini lama-lama akan menyamai tembok saja.
“Udah ya, gue masih ada kerjaan di tempat lain. Good luck.“ laki-laki itu beranjak dari bangku lalu pamit untuk pergi bekerja.
“Hati-hati.“ dia kemudian pergi menggunakan motor vespa yang tampak usang.
🔸🔸🔸
Naya berkaca pinggang memperhatikan Arkan yang sedari tadi nikmat tidur di meja teras minimarket hingga larut malam.
Naya sendiri bingung, sebenarnya apa sih, yang ingin di lakukan laki-laki ini di sini? Sampai ketiduran pula.
“Dasar orang mesum. Ngapain sih masih di sini? Mana gak pulang-pulang lagi.“ Naya memijat pelipisnya sebelum akhirnya menarik bangku dan duduk di sana.
Perempuan itu memperhatikan lekat wajah Arkan, terutama pada bagian hidungnya yang kena pukul. Naya jadi merasa sedikit kasihan melihat hidungnya yang di sumpal seperti itu, tapi serius, pukulannya tadi tidak begitu kencang kan? Hidungnya Arkan tidak patah kan? Atau retak gitu? Kalau sampai iya, bisa bangkrut Naya harus menanggung biaya operasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
RandomIni tentang Arkan, pecandu obat-obatan yang di keluarkan dari sekolah karena perilaku buruknya dan juga Naya Adena, seorang self-injury yang sebatang kara. Mampukah keduanya mengatasi masalahnya dengan tuntas? Start: 29 Des 2020 Genre: Fanfiction