Gemma berdiri tepat di sebelah meja kasir, memandang kertas nota hasil penjualan Butter it Better Coffee & Pastries hari itu. Jam sudah menunjukkan pukul 21.53 dan ia tak sabar untuk segera menyelesaikan pekerjaannya dan segera pulang setelah Sabtu yang panjang dan melelahkan ini. Adel, salah satu pegawai di bagian kasir, sedang sibuk menghitung jumlah piring kosong dan pastry yang masih tersisa di etalase.
Lonceng kafe itu berbunyi menandakan ada pengunjung baru yang masuk. Adel menatap pengunjung itu lalu menoleh ke arah Gemma seakan menanyakan apakah pengunjung ini masih terlayani atau tidak mengingat sudah menunjukkan waktu closing.
Gemma mengangguk dan membisikkan, "I'll handle the bar, you take the order."
Adel dengan cekatan meletakkan writing board-nya di kabinet bawah kasir dan dengan senyum sumringahnya seakan ini masih jam 8 pagi dan bukan mendekati tengah malam, menyapa pengunjung lelaki tersebut, "Selamat datang di BIB. Silahkan pesanannya."
Lelaki itu berhenti tepat di depan kasir, menatap lembar menu dan membolak-baliknya. Adel tertegun sejenak menatap lelaki itu. Ganteng gila, pikirnya.
"Menu favorit disini apa ya?" tanya lelaki itu seraya menggulung lengan kemeja putihnya hingga ke siku.
Adel memperhatikan aktivitas lelaki itu, seakan apapun yang dia lakukan adalah hal yang sangat menarik, sebelum menjawab, "Saya rekomendasikan berry pastry kita, Kak. Dan untuk beverage-nya mungkin mau coba caramel macchiato?"
"Ok, saya pesan bawa pulang menu yang Mbak rekomendasikan. Less ice, less sugar, ya?"
Adel mengangguk dan segera memproses pesanannya. Gemma yang mendengarkan pesanan lelaki tersebut segera berkutat di bar dan mendengarkan Adel yang dengan ramah mencoba berbasa-basi dengan pengunjung tersebut.
"Sendirian aja, Kak, kesininya?" tanyanya sambil memperhatikan lelaki tersebut menyimpan uang kembalian ke dalam dompet.
"Iya." jawab lelaki itu datar sambil bergeser ke arah pick up counter.
"Kakak beruntung lho jadi pengunjung terakhir disini." katanya ikut bergeser ke arah pick up counter.
"Kenapa gitu, Mbak?" alisnya terangkat sedikit.
"Soalnya caramel macchiato-nya spesial dibikin langsung sama yang punya kafe."
Otomatis Gemma terbatuk-batuk. Menjauhkan cup caramel macchiato agar berada di luar radius droplet-nya agar pengunjung itu tidak merasa kafe ini tidak menjaga higienitas.
Lelaki itu langsung menoleh. Wajah datarnya dihiasi senyum tipis ketika bertatapan mata dengan Gemma. Dan seketika itu, lutut Gemma mendadak berubah seperti jeli. Ia terfokus pada mata teduh lelaki itu, seakan memandangnya adalah sebuah keharusan. Seperti melihat Monalisa di Louvre untuk pertama kali.
Gemma tersenyum kikuk. Tangannya mencari tepian kompartemen berisi es batu. Lebih untuk menghindarkannya dari musibah jatuh tersungkur karena lututnya yang mendadak lemas dibandingkan sebuah keharusan untuk menuntaskan tugasnya membuat minuman untuk the-hottest-visitor-of-the-year di depannya ini.
Adel yang melihat itu hanya senyam-senyum usil, kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan supaya muka Gemma tidak bertambah merah layaknya kepiting rebus, "Kakak baru pertama kali ya kesini?"
"Iya." jawab lelaki itu seraya kembali menghadap Adel.
"Coba kalau kesini siang atau sore, Kak. Pencahayaannya mendukung interior kafe ini, instagramable banget. Nanti kakak bisa foto-foto terus upload di instagram, tag akun kafe kita dan langsung dapat diskon."
Gemma tersenyum mendengar pegawai terbaiknya sedang gencar melakukan promosi kafe bulan ini. Tidak salah pilihan Gemma untuk merekrutnya dari awal. Bakat dia memang ber-cas cis cus ria.
"Oke, besok-besok saya akan datang jam segitu." jawab lelaki itu dengan suara bass-nya yang dapat membuat kaum hawa bertekuk lutut saking menggodanya.
"Kalau datang sama pacar diskonnya double loh, Kak."
Lelaki itu tersenyum lagi, "Saya nggak punya pacar, Mbak."
"Istri?"
Okay, that's it!
"Satu caramel macchiato, satu berry pastry-nya, Kak." sahut Gemma sebelum lelaki itu menjawab. Menyodorkan paperbag dan minuman di depan lelaki itu, "Terima kasih atas kedatangannya. Semoga berkenan datang kembali." Gemma sedikit membungkuk kepada lelaki itu.
"Terima kasih, Gemma." jawab lelaki itu saat melihat name tag Gemma.
Saat lelaki itu berbalik, Gemma memberikan tatapan peringatan ke arah Adel yang dibalas dengan cekikikan.
"By the way, Mbak..." lelaki itu berbalik saat hendak membuka pintu kafe, mengejutkan Gemma dan Adel.
"Saya belum punya istri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Lining ✅ END ✅
RomancePerjuangan seorang Gemma Andriana dalam menjalani hidup setelah kejadian memilukan 5 tahun lalu. Kedatangan Biru mengubah hidupnya dan memberikan secercah kebahagiaan yang pantas ia dapatkan. Ketika ia mulai mengizinkan Biru untuk masuk ke dalam keh...