Day 1 ; Morning

43 10 0
                                    

Tangan saling bertaut, tertidur dalam posisi saling berhadapan. Mata terbuka perlahan, membiarkan dunia melihat keunikan manik heterokom yang ia punya. Mengerjapkan mata beberapa kali, melihat seluruh inci tubuh gadis yang sekarang tengah tertidur pulas. Tangan yang sebelumnya saling bertaut dia lepas, lalu memperhatikan cincin dengan hiasan bunga baby's breath. Pikirannya berputar, mengingat kejadian semalam. Kala diri membuka sebuah kotak berisi cincin pemberian orang tuanya, tanpa tahu apa gerangan tujuan mereka memberi itu. Mungkin, untuk hiasan, tapi agak terasa aneh jikalau mengingat Mika adalah seorang lelaki.

Sebenarnya cincin tersebut sudah lama ada padanya, hanya saja ia tak pernah ingin mengenakan benda berbentuk lingkaran itu. Dia semalam hanya ingin sebentar saja mengenakan benda tersebut. Tetapi, ia sudah lebih dulu tertidur lantaran rasa lelah yang menggerogoti diri.

Atensinya pemuda itu alihkan kembali, memperhatikan lekat-lekat lekuk wajah Chiaki yang tengah tertidur. Diri mengira gadis itu adalah lelaki, tanpa sadar menyentuh pipi sang hawa. Chiaki membuka matanya perlahan, mencoba beradaptasi dengan sinar matahari. Matanya berkedip beberapa kali, bukan karena cahaya pagi. Tetapi, sosok di hadapan sang gadis berhasil membuat jantung terus berpacu. Refleks menampar pipi sendiri ketika otak telah berhasil memproses. Tangan sang pemuda telah berpindah sejak tadi, mengernyitkan alis kala netra melihat gerakan spontan yang Chiaki lakukan. Mika mengira ia salah masuk kamar ketika mengingat semalam dia pulang larut lantaran harus berlatih, berpikir bahwa rasa lelah telah membuat fokus buyar tanpa sadar.

"Mi ... ka?" Rasa panas mengalir begitu deras pada seluruh pipi, tubuh bangkit lantaran kaget menerpa diri. Mika kembali heran kala sang gadis bergerak. Rambut pendek Chiaki tak berhasil membuat pemuda itu sadar bahwa jenis yang berbeda ialah kenyataan. Mengingat bahwa pada tempat ia bersekolah cukup ramai pemuda berparas cantik membuat Mika tak terpikir sedikitpun perihal gender.

Saat tubuh ingin bangkit Chiaki tanpa sadar mendorong pemuda tersebut, mengundang sebuah ringisan ringan dari bibir sang korban kala merasa punggung agak nyeri. Kedua tangannya memeluk tubuh seperti bersilang, mengigit bibir yang kering lantaran tak terawat. Tak peduli walau ada kemungkinan sariawan akan menghampiri diri. Wajah merona layaknya buah tomat yang tak ia suka, menandakan bahwa malu tak luput dari ekspresi.

"Hentai!" Ia berteriak dengan nada bergetar, tangannya tak henti bersilang seperti ingin melindungi tubuh. Butuh beberapa waktu bagi Mika sadar akan sesuatu.

Pemuda itu baru saja ingat, kemarin sepupu jauhnya datang untuk menumpang tinggal dirumahnya lantaran harus bersekolah di SMA Yumenosaki, sama dengan tempat ia bersekolah.

Pemuda itu baru saja ingat, kemarin sepupu jauhnya datang untuk menumpang tinggal dirumahnya lantaran harus bersekolah di SMA Yumenosaki, sama dengan tempat ia bersekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Incontrare Project ›› Mika. KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang