"Bulan..."
"Iya?"
Hari ini, hari kedua aku sudah menjadi seorang istri dari laki-laki yang kemarin mengucap ijab Kabul dengan menjabat erat tangan Ayahku sebagai waliku. Laki-laki yang mengucapkan janjinya akan membahagiakan aku lahir dan batinnya. Laki-laki yang mengucap janji akan bertangggung jawab atas hidupku. Laki-laki yang mmengucap janji akan menjadi suami yang akan setia padaku. Aku menjawab, aku bersedia atas segala hal apapun yang ia berikan. Aku ingin patuh pada suamiku. Aku ingin menjadi istri yang baik untuknya. Aku ingin hanya dirinya yang akan menjadi suamiku, hanya dengan dirinyalah aku menjalani pernikahan yang baru saja kami lakukan. Aku akan menyerahkan seluruh hidupku untuknya begitupun dirinya.
Saat ini aku dan Samudra sudah pindah di rumah yang di belinya sebagai hadiah untukku. Ia berkata, ia membeli rumah ini karena aku sudah bersedia menjadi istrinya. Ia pun berharap aku bersedia menjadi ibu untuk anak-anaknya. Mendengar ia memintaku untuk menjadi ibu anak-anaknya, terdengar lucu. Jelas saja aku bersedia menjadi ibu untuk anak-anaknya karena akupun ingin dirinya menjadi Ayah untuk anak-anakku.
Sudahku katakan, setelah pulang dari makam Bumi, aku sudah menerima Samudra. Tidak boleh berharap apapun pada Bumi yang memang sudah tiada. Aku ingin menunjukkan apapun yang baik untuk Samudra agar ia tidak menyesal memilihku untuk menjadi pendampingnya. Kalau aku mengecewakan Samudra, bukan hanya Samudra yang kecewa, tetapi orangtuaku dan keluarga besarku akan kecewa padaku. Saat Samudra menyebut namaku dan nama Baba, saat itulah aku menyerahkan hati dan hidupku untuk setia hanya untuk satu laki-laki yaitu Samudra!
"Aku mau ungkapin perasaan aku ke kamu untuk pertama kalinya. Perasaan yang sebelumnya nggak berani aku ucap. Aku tau, selama ini pasti kamu ngiranya aku hanya main-main dengan segala panggilan aku ke kamu yang terdengar hanya menggoda kamu. Yang harus kamu tau, aku udah jatuh cinta sama kamu dari kamu usia enam tahun---"
"Mungkin kamu nggak ingat aku, tapi aku dan orangtuaku dulu pernah datang kerumah kamu. Saat itu kamu baru pulang main sama Adlan. Saat aku liat kamu, aku mau kamu. Aku bilang ke Daddy kalo aku mau kamu tapi Daddy bilang nggak boleh karena aku dan kamu masih kecil. Daddy nggak mau aku ambil keputusan di saat usiaku delapan tahun. Perjalanan hidupku masih panjang dan masih banyak gadis lain yang lebih cantik dari kamu, dan itu benar. Di luar sana bahkan di sekelilingku banyak gadis yang wajahnya lebih cantik dari kamu. Tapi secantik apapun wajah mereka yang terlihat sempurna, mereka nggak punya hati cantik yang kamu miliki!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tinggal Kenangan
Teen FictionIni kisahku di 10tahun lalu, semasa aku masih menjadi remaja labil. Tentang cinta pertama yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Sebelum mengenalmu--- Aku pernah patah hati, tetapi tidak pernah sesakit karenamu. Aku pernah bahagia, tetapi aku ing...