39. Passionate night

479 23 1
                                    

Dua insan saling bergumul dibawah selimut, warna selimut yang putih begitu kontras dengan gelapnya kamar itu. Tapi keduanya masih bisa melihat walau temaram, sulit membedakan cinta disaat bercinta, dan kau tak bisa mempercayai kata-kata yang keluar saat bercinta.

Aku mencintai mu,

Aku menginginkan mu,

Tubuhnya berkata demikian, memaksa hati untuk terdorong menulikan telinga. Namun setengah otak Selena masih sadar, wanita itu masih berpikir. Bagaimana? Apa? Mengapa? Lalu sekali lagi, bagaimana? Sebelum semua tanya itu berputar menjadi satu dan melebur entah kemana.

"Eughh..." Gelenyar itu mengalihkan dunianya saat remasan tangan kekar didadanya sekali lagi menyentuh titik sensitifnya.

"Max," malam ini sulit untuk didefinisikan, mungkin juga tak akan terlupakan.

Pria dihadapannya adalah pembunuh, penjahat, yang ia temui di antah berantah dengan cerita berdarah di gubuk nan jauh disana. Mengikutinya karena tertarik, jatuh cinta, lalu berpisah. Masih ingat dengan jelas Selena menegaskan dia tak akan membiarkan siapa pun menyentuhnya sebelum menikah, dia hanya akan memberi keperawanannya pada suami. Dan bajingan itu menepatinya, menghargainya.

Setetes itu mengalir dimata Selena, hatinya berdenyut sakit walau dadanya bergemuruh. Dia terharu, psikopat seperti Maxcel benar-benar tak menyentuhnya sebelum mereka berstatus suami istri, Selena terharu dia sudah menikah, sebuah momen bersejarah dalam hidupnya, dia juga tak pernah membayangkan menikah tanpa keluarganya datang, ia rindu. Semua itu tersalurkan melalui tangis.

"I love you Selena. My queen, my wife, my world, my everything." Maxcel berani bersumpah dia hanya mencintai satu wanita.

Selena semakin menangis mendengar itu. Dia menangis dalam diam, begitu tenang sampai-sampai Maxcel tak menyadarinya.

"Love you..." Maxcel memulai penyatuan mereka. Bergerak begitu lembut, memperlakukan Selena teramat berharga.

"Max... Ah...Max." hanya rintihan Selena yang terdengar, tak segan kukunya menekan tajam kulit punggung Maxcel sebagai pelampiasan. Dan pria itu tak keberatan. Hingga keduanya mendapatkan kenikmatannya masing-masing.

Maxcel terbaring diatas Selena menindihnya sebentar untuk beristirahat dari orgasme pertamanya. Lalu bangkit mengambil tisu basah membersihkan jejak-jejak cinta mereka agar Selena bisa tidur lebih nyaman. Ia tahu Selena orang yang bersih, sangat aneh jika ia tidur dalam keadaan dibawah sana masih berdarah.

"Kemarilah, aku tahu kau lelah. Jadi tidur dengan nyenyak ya Sayang!"

Maxcel memang mengerti dirinya, dan sangat peka terhadapnya. Maxcel tidak memakaikan Selena pakaian, sebagai gantinya dia menarik pinggang Selena mendekat, mendekapnya hangat dan memberi elusan dirambut Selena. Rasa nyaman yang diberikan Maxcel membuat Selena lekas terlelap.



*


Selena duduk menghadap jendela, entah kapan terakhir Selena menulis. Sekarang dia sedang memegang pen diatas sebuah buku. Sesekali tangannya berhenti menulis untuk melihat ranting dan langit didepannya, setelah malam bergairah itu dia tak tahu apa yang akan terjadi.

"Sayang,"

Selena segera menutup diary nya, Maxcel masuk, memperhatikan gadisnya dengan rambut panjangnya. Dulu pertama bertemu gadis itu rambutnya masih panjang sebahu. Selena memakai sweeter panjang dan celana jeans, sebuah jepit menahan poninya kebelakang. Bagaimana bisa Maxcel tak bertambah mencintainya, dia sangat menggilai setiap hal sederhana dari gadis tersebut.

"Sejak kapan kau bangun? Harusnya kau mencari ku."

Maxcel sengaja meninggalkan Selena yang masih tertidur pulas, tak apa jika wanitanya bangun siang mungkin karena lelah akibat semalam.
"Aku hanya kesal kau tak langsung makan." Maxcel menarik tangan Selena. Dia tidak mengikatnya lagi, mungkin karena mereka sudah menikah.

My Knight (Complete)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang