Bab 10 Bujana

115 13 0
                                    

Bab 10 Bujana

Kerajaan Mandalawangi menunjukkan kesombongannya betapa megah dan besar bangunan serta kayanya kepada tamu-tamu kebesarannya. Dengan diadakannya Pesta Bujana ini istana terlihat jauh berbeda, Chandani utama dihias begitu cantik dengan tataan bunga harum menambah kesan ruangan yang indah dan megah dengan paduan emas dan warna merah tua. Ukiran dan tiang-tiang serta barang-barang yang terbuat dari emas dan perak terlihat berkilauan namun tidak menyilaukan mata. Semua pembantu terlihat sibuk, prajurit-prajurit berjaga semakin ketat berkeliling istana, berjaga di gapura dan Chandani utama memegang tombak dan senjata disamping pinggang dengan tatapan yang selalu waspada

Senja di dunia manusia pagi di dunia gaib, tamu-tamu mulai berdatangan baik menggunakan tuggangan, kereta kencana, jempana dan lainnya.

Pesta Bujana adalah pesta yang besar, sering kali diadakan dimana sang raja telah berhasil merebut kekuasaan serta wilayahnya yang mencakup nan cukup luas.
Tamu-tamu undangan dari kalangan raja dan ratu dari bangsa jin, siluman, Dhanyang, Caraka dan Punggawa dari berbagai pelosok yang bersahabat dan juga bekerjasama hadir ke Kerajaan Mandalawangi, termasuk juga dengan manusia. Namun manusia yang hadir juga bukanlah manusia yang sembarangan, tetapi orang yang sangat istimewa yang memiliki ikatan kerjasama dengan Prabu Blantara wangi. Memang manusia hadir ke pesta itu, namun mereka tidak bisa memakan makanan apa yang disajikan dan dihidangkan di pesta Bujana, mereka hanyalah tamu undangan yang absen sebentar kemudian pergi, dikarenakan waktu manusia dan waktu didunia gaib yang berbeda.

Alun-alunan suara gendhing yang merdu disertai gamelan dan dipadukan dengan alat musik lainnya, membuat siapa saja orang yang mendengarnya pasti merasa tenang dan tergiang-ngiang karena saking merdunya. Sanggraha juga sudah tersedia di masing-masing meja para tamu terdiri dari ciyu, buah-buahan serta lainnya.

Setelah merasa semua tamunya sudah hadir, Prabu Blantara pun memberi ucapan atur pambage (sambutan) kepada seluruh tamu undangan yang hadir ditempat itu. Sedangkan Sekar duduk disamping ibundanya sambil memperhatikan wajah para tamu dan prajurit kerajaan yang berjaga.

"Aku harus waspada" pikirnya kemudian melihat ke arah ayahnya yang sedang berbicara.
"Silahkan dinikmati!" ujar sang raja kepada semua orang disana.

Kemudian dari samping muncul para penari wanita berparas cantik menghibur para tamu undangan dan petinggi dengan alunan musik gamelan yang bisa membuatmu mengayunkan tangan dan menggerakkan pinggul ke kanan dan ke kiri. Tentu saja para raja yang melihatnya seketika jadi terpikat dan ikut menari bersama wanita-wanita itu.

Tatapan sekar terfokus pada mereka yang sedang menari ditengah para tamu, melihat penggoda-penggoda dan lelaki hidung belang itu membuat Sekar merasa tidak nyaman.
"Ibunda, ibunda mau kemana?" ucap sekar sambil berdiri dari tempat duduknya karna tidak menyangka kalau ibunya beranjak dari kursinya.
"Ibu merasa lelah kalau duduk disini terlalu lama, kau lanjutkan saja menontonnya"

Melihat sang ratu pergi begitu saja tanpa menikmati pesta dan makanannya membuat Selir Sena merasa kesal.
"Menyebalkan usahaku sia-sia, dia bahkan tidak menyentuh makanannya" pikir Selir Sena geram sambil melihat sang ratu.
"Ibunda"
"Tidak apa-apa"
"Dayang" panggil Sekar
"Natur nuhun gusti"

Saat memanggil para dayang, mendadak Sekar merasa ragu ketika melihat wajah mereka
"Tunggu bagaimana kalau penjahat itu menyamar jadi salah satu dari mereka, tapi kalau aku pergi lalu bagaimana dengan romo?" pikir Sekar memandang dayang itu.
"Bawa ibunda ratu ke kamarnya!" Perintah Sekar.
"Sendiko gusti"

Melihat para dayang mengantar ibunya pergi, Sekar tiba-tiba merasa takut. Pikirnya lebih baik Kencana linggalah yang menemani ibunya dari pada dayang-dayang itu, namun Sekar terpaksa karena ia tidak melihat kehadiran Kencana lingga di Chandani utama. Sekar menoleh dan terus mencari keberadaan adiknya itu dimana-mana namun tetap saja Sekar tidak dapat menemukan Kencana lingga bahkan diantara adik-adiknya yang lain.

Takdir Dewi SekarwangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang