Eight; Sleep tight

99.3K 6.9K 201
                                    

Clarissa merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sambil menatap malas langit-langit kamarnya. Tiba-tiba ia teringat akan ucapan Jake barusan.

Tidur bersama katanya. Hal gila apa yang akan pria itu lakukan kali ini. Tidak cukupkah pria itu menjamah tubuhnya.

Clarissa memukul ranjangnya. Ia kesal dengan dirinya sendiri. Mengapa ia selalu menikmati sentuhan pria itu. Clarissa tak mengerti dengan dirinya sendiri. Gadis itu sangat membenci Jake namun mengapa tubuhnya seolah menginginkan lebih.

"No Cla, kau membencinya lebih dari apapun." Janjinya pada dirinya sendiri. Seumur hidup Clarissa takkan menginginkan pria itu. Meski perbuatan Jake yang terkadang membuatnya melayang, namun semua itu takkan terjadi.

Clarissa melirik jam di atas nakas. Masih pukul sebelas pagi, ia kira sudah lewat tengah hari.

"Aku sungguh bosan." Keluhnya pada dirinya sendiri.

Clarissa tak tahu harus berbuat apa. Ia membutuhkan sesuatu yang bisa menyegarkan pikirannya. Ia berpikir sejenak hingga sebuah ide muncul di kepalanya.

Clarissa tersenyum. "Aku akan pergi ke taman."

Dengan cepat gadis itu berlari menuju pintu. Kedua matanya menatap awas sekelilingnya. Sudah merasa aman, dirinya pun pergi meninggalkan kamar tanpa takut Jake akan mencarinya.

Di sisi lain Jake tengah menyesap sebatang tembakau di sela-sela bibirnya. Dengan tenang pria itu menghembuskan asap tembakau tersebut ke udara. Masih dengan tubuh shirtless-nya pria itu berdiri di depan balkon menatap datar pepohonan yang menjulang tinggi.

"Tuan," ucapan seseorang menyadarkannya. Jake tetap pada posisinya dan membiarkan orang itu berbicara kembali.

"Saya sudah menemukannya."

Jake menyeringai. "Good, besok bawa ke hadapanku."

Orang itu mengangguk patuh meskipun Jake tak akan melihat dirinya. "Apa tuan membutuhkan sesuatu?"

"No," ujar Jake final. Orang itu pun mengerti dan berbalik pergi.

"Harry!" panggilan Jake membuat pria bernama Harry itu berbalik.

"Ya, tuan." Harry menanti hal apa yang tuannya inginkan itu.

"Aku butuh yang lainnya." Mengerti akan perintah tuannya, Harry mengangguk patuh.

Harry berbalik pergi meninggalkan Jake sendirian. Pria itu menyesap tembakaunya dalam dan mengeluarkan asapnya ke udara. Mendapat kabar dari Harry membuat Jake merasa senang sekaligus tak sabar.

"Let's play the game." Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk seringaian.

Terik matahari di siang hari membuat wajah Clarissa tampak memerah. Setelah lelah berjalan di taman, gadis itu memutuskan istirahat sejenak. Clarissa berdiam diri di bawah pohon rindang yang menjuntai. Hembusan angin membuat rambut hitamnya beterbangan ke sana-kemari.

"Anginnya sangat sejuk." Kedua mata Clarissa memejam. Gadis itu begitu menikmati suasana tenang di sekitarnya. Tak ada satu pun yang bisa mengganggunya, terlebih lagi pria itu.

Di tengah-tengah menikmati semilir angin, teriakkan seseorang menyadarkannya. Gadis itu membuka mata dan mendapati Jane tengah berlari ke arahnya.

Clarissa yang bingung pun langsung berdiri menghampiri Jane. "Ada apa Jane?"

Jane mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Wanita paruh baya itu mengucap syukur melihat Clarissa ada di sini.

"Syukurlah nona tidak apa-apa." Clarissa mengernyitkan dahinya bingung. Ia tak mengerti mengapa Jane berbicara seperti itu.

The Devil Wants Me [TELAH TERBIT] [PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang