Bab 25

15 3 2
                                    

STOP! Klik bintang di kiri bawah sebelum baca chapter ini!

Terima kasih :)

Hari ini merupakan hari terakhir siswa SMA Intelligence Indonesia menjalankan Ujian Tengah Semester 2. Beberapa siswa merasa puas dengan pelaksanaan UTS semester ini, sementara yang lain merasa tidak puas dan pasrah dengan hasilnya nanti.

Ngomong-ngomong, hubungan Nayla-Ali masih dalam keadaan abu-abu. Ali berusaha terus meminta maaf dan membujuk agar semuanya kembali seperti sediakala. Nayla sendiri sudah memaafkan, namun ia masih kesal dengan keputusan Ali yang tetap keluar dari pramuka. Akibatnya, Nayla menjawab dengan singkat dan bersikap jutek ke Ali.

"Nayla! Dikha!" panggil Ali. Orang yang dipanggil menengok ke sumber suara, dan Ali menghampiri Nayla dan Dikha yang baru keluar dari kelas.

"Kalian jangan lupa nanti kita ngumpul pramuka ya," Ali mengingatkan ke Nayla dan Dikha.

"Iya, nanti gue ngumpul kok setelah dipanggil sama Bu Erna," kata Dikha.

"Yaah.. gue sendirian doong ke sana," Nayla merajuk ke Dikha.

"Kan ada aku Nay," kata Ali.

"Nah, udah sana lu perginya sama pacar ke sananya," kata Dikha.

"Males ah sama orang yang bilang iya putus tapi ujung-ujungnya keluar dari pramuka juga. Kalo gue gak bareng lu, pasti gue kayak orang asing nanti," sindir Nayla dengan sinis.

"Katanya udah maaf-maafan, tapi kenapa kelakuannya kayak musuhan gini. Udah ya sana pergi sama Ali. Gue gak lama kok selesai ketemu Bu Erna langsung ngumpul," kata Dikha.

"Beneran lho ya," kata Nayla.

"Iya, bye. Gue cabut dulu," pamit Dikha setelah itu mengibrit ke kantor guru.

Keadaan menjadi canggung setelah kepergian Dikha. Baik Nayla dan Ali tidak ada yang membuka suara untuk berbicara. Nayla memainkan dan menendang batu kerikil, sementara Ali memandang Nayla dengan penuh arti.


"Katanya ngumpul. Mau sampai kapan di sini aja, hm?" tanya Nayla dengan wajah jutek.

"Maaf," hanya itu yang mampu dikeluarkan dari mulut Ali.

"Aku udah bilang kan, udah aku maafin. Bosen aku dengerinnya."

"Aku harus ngelakuin apa biar bisa menembus kesalahanku dan kamu bener-bener maafin aku?" lirih Ali.

Nayla berhenti menendang batu kerikil dan memandang Ali, tanpa sadar matanya sudah berkaca-kaca. Jujur saja, ia tak bisa menahan rindu dalam hatinya.

"Cukup ini aja ya kita pisah dalam eskul pramuka. Jangan pisah dalam hal apapun ya. Aku.. Aku gak bisa jauh dari kamu, huaah," kata Nayla dan tangisnya pun pecah.

Ali langsung memeluk kekasihnya, "Iya, aku janji. Janji gak pisah dari kamu lagi dan ini yang terakhir. Aku akan selalu ada di sampingmu. Kamu pegang janjiku, kalau aku ingkar kamu marah atau tinggalin aku aja. Aku pantas digituin."

Nayla mengangguk di dada Ali, membuat senyuman bahagia melintas di wajahnya. Akhirnya, Nayla berdamai dengannya, dan itu membuat Ali merasa lega, selega-leganya.

"Setelah ini aku bisa menjaga dan melindungi kamu secara terang-terangan tanpa ada penghalang lagi."

"Udah yuk ke sekre," ajak Ali.

Lagi-lagi Nayla mengangguk, mengusap air matanya dengan kasar. Ali tersenyum dan menggenggam tangan Nayla. Bersama-sama, mereka pergi ke ruang sekretariat pramuka.

Semua sudah berkumpul di ruang sekretariat pramuka, termasuk Dikha yang datang lebih awal dari Ali dan Nayla. Nayla duduk di samping Dikha, sementara Ali duduk di samping Ojan.

MUJIGAE (무지개): Scout Love Story✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang