27. Ekspektasi adalah hipotesis

18 4 0
                                    

"yang makan terakhir beresin sampahnya" ucap Philo ketika dia selesai makan lebih dulu.

Kemudian Philo segera merebahkan diri, menutup mata tak jauh dari api unggun.

Xena, segera menyelesaikan sisa ikan miliknya "aku setuju" ucapnya bergegas meletakkan batang kayu disamping milik Philo.

Disusul kemudian Galan juga menyelesaikan makanannya. "aku istirahat dulu" pamitnya dengan yang lain. namun ia membereskan miliknya dengan menumpuk dengan yang yang lain.

Melihat semua sudah bergegas tidur membuat Kalya khawatir, ia menduga bahwa ini jebakan untuknya. Karena ia tak mau merasa dibodohi, ia mempercepat makannannya.

"hahaa bukan aku yang terakhir, bye Baga bye Hara"

Semua bergegeas untuk menyelesaikan dengan capat, namun Baga dengan rendah hati memang bersedia jika harus membersihkan semuanya. Ia makan dengan tenang dan membiarkan semuanya pergi untuk tidur. Termasuk Hara yang terakhir kali menyusul tidur.

Baga mulai membersihkan sisa tulang, dan kayu kayu. Hara mendengar suara berisik Baga, dan hal itu membuatnya iba. Hara bangun dan membantu Baga membersihkan sampah ke atas daun dengan ukuran lebar yang sudah mereka siapkan dari tadi. Besok baru mereka akan menimbunnya.

"kau belum mengantuk ?" tanya Hara. Ia duduk di samping Baga.

Baga menggeleng tanpa berani memandang Hara.

Hara pikir, Hara harus memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Baga yang selama ini ia rasa kurang baik. "kau mau kutemani ? kurasa diantara kita berdua tidak banyak bicara. Hanya sering bertengkar"

Baga masih diam tidak tahu harus menjawab apa.

"Apa aku mengganggumu ?" tanya Hara lagi.

"tidak itu bukan seperti itu, memang kelihatannya begitu tapi aku tidak begitu" ucap Baga menjelaskan.

"aku tahu" jawab Hara. ia memang sudah mengetahui jika kepribadian Baga tidak sejahat yang dia lihat. Berkat pembicaarnnya dengan Philo ia jadi tahu hal lain tentang Baga.

"ha ? kau tahu apa ?" Baga mengira bahwa apa yang diceritakannya kepada Xena sudah diketahui oleh Hara. tentu itu membuatnya malu. Hara akan berpikir Baga menyukainya jika tahu Baga gugup. Padahal tidak seperti itu

"yaa aku tahu semuanya"

"semuanya ? sejauh apa ?" Baga mulai panik. Bulu kudunya mulai berdiri satu persatu.

"sudahlah yang jelas aku tahu dan kau tidak perlu tahu apa yang kuketahui"

"hah, memangnya apa yang kau tau ? kau jangan berpikir macam-macam"

"aku tidak pernah berpikir macam-macam. Sudahlah lebih baik kita membahas topik lain saja"

"baiklah topik apa ?"

"kenaikan pasien diabetes setiap tahunnya"

"memangnya aku tahu hal seperti itu ?" Baga memicingkan mata heran.

Hara juga memicingkan mata kesal karena Baga susah sekali diajak bicara seolah berpura-pura bodoh.

"sudahlah lebih baik aku istirahat tidur"

Baga diam, dia merasa bahwa Hara ini kesal. Tapi Baga tidak tahu dimana letak kesalahan yang telah dia perbuat.

"hemmm makasih ya"

"buat ?"

"bantuin beresin"

"sama-sama"

.............................................................................

"mmmhhh" Xena merenggangkan otot lengannya ketika ia bangun.

Xena bangun lebih dulu dari teman-temannya.

Dibelakang Xena ada Baga yang duduk menunggunya bangun.

Xena memutar kepala ke kanan lalu kiri untuk merenggangkan otot leher. Dia terkejut melihat Baga dibelakangnya "uwaa—ngapain sih ?"

"ikut aku sebentar"

"mau kemana ?"

"penting"

Xena menuruti ajakan Baga. Baga mengajaknya ke sungai. Xena membersihkan muka dengan air sungai yang segar itu. Disisi lain Baga memberikan tatapan garang ke Xena.

"apa kau membocorkan ceritaku ke Hara ?" tanya Baga yang sudah siap marah.

"tidak mungkin aku bersikap seperti itu, aku ini amanah" Xena membela diri.

Baga bernapas lega hhmm lalu kemudian keningnya berkerut memikirkan sesuatu.

"aku rasa Hara menyukaiku" ucap Baga setelah menyimpulkan yang dia pikirkan.

Xena menghentikan gerakan tangannya, memandang Baga dengan tatapan heran.

"karena dia baik padaku" ucap Baga memberi penjelasan.

"gamungkin"

"aku berani bersumpah dia memang baik, tadi malam—"

"maksutku tidak mungkin Hara menyukaimu, kalau Hara baik aku percaya" ucap Xena memotong ucapan Baga.

"dia baiknya berlebihan, kurasa dia menyukaiku. Dan juga meskipun dia tahu aku bersikap kurang baik padanya dia tetap saja baik padaku"

"gak usah GR. Banyak orang baik diluar sana, jangan ber ekspektasi dari kebaikan seseorang. Baik ya baik aja memang semua orang harus saling baik kan"

Baga menghela napas. Ia bingung bagaimana merangkai kata menceritakan rasa spesial yang dia rasakan agar Xena mengerti.

"bukan begitu ini berbedaaaa"

"semua orang yang baik pasti melakukan hal yang sama jika di posisi Hara"

"tapi aku bisa merasakan ini spesial"

Xena menggelengkan kepala kewalahan dengan keras kepala Baga.

"aku semakin yakin dia menyukaiku karena dia mendengar cerita tentangku dari orang lain, bukan darimu, entah apa yang dia dengar dari orang lain yang jelas dia tetap bersikap baik padaku meskipun aku tidak bisa baik padanya"

"berhenti GR. Bagi dia bersikap baik itu sebuah hal biasa yang sering dia lakukan ke orang lain juga. Kau saja yang menganggap spesial"

"begitu ?" Baga merundukkan kepalanya mulai menyadari kenyataan pahit "tapi—"

"ini nih, begini rasanya cewe-cewe setelah kamu bersikap baik pada mereka. Hara adalah kamu, dan kamu adalah cewe-cewe itu"

Baga diam merasakan kejanggalan dari asumsi Xena yang sepertinya benar.

"sampe sini paham ?" tanya Xena sebelum dia pergi meninggalkan Baga.

Sepeninggal Xena, Baga menatap air terjun dengan pikiran menerawang jauh. Meresapi setiap kalimat yang Xena ucapkan. apa hanya aku disini yang merasa spesial.

"hey, jangan ngelamun" tiba tiba Hara menepuk pundak Baga yang tentu saja membuat Baga kaget.

Hara tersenyum, ia menyipratkan air sungai ke wajah Baga "nih biar sadar gak ngelamun terus"

Baga masih diam memandang Hara seperti orang tolol.

Apa benar senyum itu bukan senyum spesial ? benarkan senyum itu senyuman biasa yang diberikan ke semua orang juga ? benarkan Hara tidak merasakan apapun terhadapku ?

Seolah Baga mendengar bisikan suara Xena yang menjawab 'YA' dari setiap pertanyaan yang muncul di pikirannya. Ia kesal, lalu bangun mengambil banyak air dengan kedua tangannya lalu menyiramkan ke wajah Hara. berhasil membasahi tubuh Hara sekaligus.

Seketika Hara berhenti tertawa "Bagaaaa kurang ajar"

Kemudian Baga pergi meninggalkan sungai.

.........................................................................

Amazing Camping (the secret of ecology)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang