02 🍒 hemachandra

5.9K 820 122
                                    

Demi musim dingin yang tidak akan pernah tiba di Indonesia, Karina tidak suka Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Demi musim dingin yang tidak akan pernah tiba di Indonesia, Karina tidak suka Jakarta. Apa sih, yang mamanya pikirkan saat mengajak pulang ke negara kelahirannya tersebut? Karina benar-benar tidak habis pikir.

Jakarta itu panas bukan main, ditambah macet dan polusi pula. Parahnya lagi, di sini itu kemana-mana kalau tidak pakai mobil ya bus-tidak ada yang namanya trotoar atau emperan toko seperti di Paris! Dua bulan menetap di ibukota Indonesia membuat Karina harus rutin mengenakan stok baju sleeveless miliknya yang tidak seberapa banyak.

Menyebalkannya lagi, di Jakarta itu ada makhluk bernama Hemachandra Ramadhan! Sungguh, Karina tidak pernah berniat menjalin pertemanan dengan lelaki tengil itu yang mengaku-aku adiknya Ardhito Pramono-orang yang bahkan tidak Karina ketahui siapa. Salahkan kesialan Karina di hari pertama perkuliahan yang membuatnya terpaksa duduk berdampingan dengan si Hema-Hema itu. Kalau saja Mama tidak terlambat mengantarnya, Karina tidak akan mendapat satu-satunya kursi kosong di kelas yang-sudah dapat ditebak-bersebelahan dengan Hema. Karina awalnya sih tidak masalah, tapi siapa yang tidak dongkol jika belum berkenalan saja si Hema sudah meminta hotspot padanya?

"Karina, bonjouuuur!"

Lihat, kan, baru saja Karina memasuki kelas, dirinya sudah disambut oleh suara melengking Hema disertai lambaian heboh, menyuruh Karina mendekat. Kelakuan Hema seperti anak école maternelle saja, tidak mencerminkan seseorang yang baru saja lulus dari lychée.

Karina mendengus, memilih mengabaikan Hema dengan duduk di kursi paling depan di dekat pintu. Ini adalah minggu keduanya berkuliah di salah satu kampus swasta di Jakarta. Selama tenggang waktu tersebut, harus diakui kegiatan Karina di kampus cukup menyenangkan. Bertemu teman-teman baru-minus Hema-dan tentunya mengasah kemampuan berbahasa Indonesianya yang masih dibawah rata-rata.

"Mademoiselle Karina," tuh kan, lagi-lagi Hema menghampirinya, "ini kan kelas french."

Sebenarnya Karina malas menanggapi, tapi Mama selalu bilang kalau Karina tidak boleh judes kepada orang lain. "Iya, terus?" Tanya Karina seraya memandang Hema.

"Kan elo dari Perancis tuh, kenapa lo masih ngambil kelas ini?"

"Udah satu paket sama schedule yang lain," jawab Karina seraya membenarkan perkataan Hema di dalam hati. Menuntut ilmu di jurusan Hubungan Internasional memaksanya mengambil salah satu bahasa asing, dan bahasa Perancis adalah satu-satunya pilihan Karina yang ada. "Aku gak mungkin ngambil kelas Japanese. Aku gak suka Jepang."

"Jadi sukanya gue?"

"Apaan," sanggah Karina sewot. Dosa apa dia sampai bertemu orang super percaya diri seperti Hema ini. "Aku gak suka kamu."

Hema menyeringai. "Tapi lo ngomongnya aku-kamu. Lo tau gak, biasanya orang aku-kamuan pas ngapain?"

"Apa?"

"Pacaran, ehehehe."

Karina melotot. Mana dia tahu kalau peraturannya begitu! "Aku gak bisa ngomong kayak kamu," ucapnya. "Maksudnya, pakai lo-gue. Aku gak terbiasa."

"Ututu kasian banget sih," balas Hema. Tangannya bergerak mengusak rambut Karina yang digerai. "Ntar lo belajar ngomong sama gue, gue ajarin bahasa gaul sampai ke akar-akarnya. Gimana?"

Oke, Karina tertarik. Dia sudah bosan mendapat tatapan aneh setiap kali menggunakan aku-kamu dalam obrolannya bersama teman-teman sekelasnya.

"Kamu serius?"

"Dua rius!"

Karina memandang Hema dengan penuh minat. "Sebelum dosen datang, coba kamu ajarin aku bahasa yang sering diucapkan anak seusia kita."

Anehnya, Hema malah tertawa. "Lo yakin?"

"Yakin."

"Oke," sahut Hema. "Kata pertama adalah anjir."

"Anjir?" Beo Karina. "Artinya apa?"

"Kayak oh my God gitu. Kalau lo kaget, marah, heran, atau apapun itu, anjir adalah kata yang tepat buat mengekspresikan feeling lo. Gunainnya pas teriak, jadi kayak 'anjir hape gue masuk got!' gitu."

"I see. " Karina manggut-manggut paham. "'Anjir pelajarannya susah!' gitu bener gak?"

"Bener. Pinter banget Mademoiselle Karina ini." Hema lagi-lagi tertawa, tampak sangat menikmati ketika Karina berkali-kali mengucapkan kata 'anjir' dengan pelan.

"Terus apa lagi?" Tanya Karina.

"Jancok."

"Artinya?"

"Sama kayak anjir tapi yang ini levelnya naik beberapa tingkat. Artinya perasaan lo udah membuncah-buncah. Gunainnya pakai teriak juga."

"Harus teriak?"

"Harus! Coba lo ulangin setelah gue, ya. JANCOKKK!!"

Seketika sekelas hening selepas Hema berteriak demikian. Semua pasang mata terkejut memandang dua anak Adam tersebut, tak terkecuali sepasang mata yang baru tiba.

Karina, dengan tidak pekanya akan suasana yang tiba-tiba berubah mencekam, mengeluarkan suara keras-keras seperti instruksi yang Hema berikan. "JANCOKKK!!"

Hening lagi.

"Gitu?" Tanya Karina antusias.

Hema tersenyum bangga. "Pinter-"

"-Kamu yang rambut panjang, yang barusan ngomong kasar, ikut ke ruangan saya sekarang!"

"Oh my God, jancok."

Kali ini, dengan terkejut Karina mengucapkannya dengan pelan.

"Hema, kenapa dosennya keliatan marah? Aku salah ya?"

🍒🍒🍒

Introducing

Hemachandra Ramadhan, si cowok modus yang minta hotspot ke Karina di hari pertama kenalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hemachandra Ramadhan, si cowok modus yang minta hotspot ke Karina di hari pertama kenalan

🍒🍒🍒

So, gimana chapter ini? Aku tuh bucin sama Haechan, makanya aku pake cast dia.

Ada yang bisa nebak, siapa yang manggil Karina ke ruangannya?

Jangan lupa vote dan komen karena itu adalah penyemangat aku buat terus update.

Luvv Jeyi.

[✔] JuicyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang