BAB 21-TERUNGKAP

453 81 14
                                    

Ketika melihat dua orang yang ingin ia hajar telah berada di hadapannya sekarang, Eilaria merasa jengkel, kesal dan amarah meluap dalam hatinya.

Tapi, ia berusaha keras agar menahan semua itu dan masih bersikap tenang.

Bagaimanapun Eilaria masih berada di hadapan Ratu dan ia sama sekali tidak boleh menunjukkan perilaku tidak pantas yang bisa saja menggiring dirinya bersama keluarganya kepada kematian.

Jadi, Eilaria terus menekan emosi dalam dirinya agar ia tidak akan melakukan hal yang memalukan.

'Hingga titik ini, aku sudah berusaha dengan baik. Mari tahan ini sejenak hingga aku keluar dari tempat ini. Jika saja tidak ada Ratu, mereka berdua pasti sudah kuhajar habis-habisan, aku yakin bahwa si topeng sialan itu tidak akan menjatuhi eksekusi mati hanya karena aku bertindak tidak sopan, tapi aku tidak tahu dengan Ratu, bahkan jika Ratu masih bisa memaklumi, bagaimana dengan putranya yang lain? Khususnya Pangeran pertama yang sejak awal bertemu denganku langsung menatapku seolah melihat serangga menjijikkan.'

"Eila, jadi ternyata kamu di sini? Bagaimana bisa kamu berakhir sampai ke sini? Salah alamat? Kurasa kamu perlu mengecek keadaan matamu ke dokter."

Raiyan mengabaikan Raedmund yang masih menatapnya dengan penuh kebencian dan sepenuhnya mengalihkan fokusnya ke arah Eilaria, ia juga berjalan perlahan ke arah Eilaria yang masih berdiri di dekat Ratu.

"Kenapa Yang Mulia begitu penasaran dengan hal itu? Anda tidak perlu repot-repot untuk mempedulikan saya. Lagipula saya juga bukanlah anjing peliharaan anda yang harus terus diketahui lokasi keberadaannya atau apa yang sedang dilakukannya."

"Eila...tentu saja kamu bukan anjing peliharaanku, kamu itu...adalah calon istriku."

Ucap Raiyan yang telah berada di hadapan Eilaria, ia mengatakan kata-kata itu dengan tersenyum lembut sambil meraih tangan kanan Eilaria dan mengecup punggung tangannya.

Harusnya momen itu menjadi momen yang romantis, tapi sayangnya...

'Argh....! Singkirkan tanganmu dariku! Apa-apaan itu?! Beraninya topeng sialan ini menodai tanganku! Apa aku boleh menamparnya di sini? Boleh, kan? Aku tinggal membuat alasan bahwa tanganku terpeleset atau alasan yang lain nantinya.'

Walaupun dalam batin Eilaria berteriak dan menolak dengan keras serta ingin segera menampar pria muda tampan yang mencium punggung tangannya itu.

Namun, dengan segala kesabaran yang ia miliki, Eilaria memutuskan untuk menahan diri karena ia sadar bahwa dirinya masih berada di hadapan Ratu.

Pada akhirnya, Eilaria tak bisa melakukan apapun kecuali berusaha untuk terus tersenyum secara alami.

"Apa kamu tidak apa-apa, Eila? Wajahmu terlihat pucat."

Kali ini, Raiyan bertanya dengan ekspresi khawatir dan satu tangannya menyentuh dahi dan pipi Eilaria untuk mengecek suhu tubuhnya.

Perlakuan Raiyan yang tiba-tiba itu tidak bisa membuat Eilaria mempersiapkan diri dan Eilaria semakin memekik tak karuan dalam hatinya.

"Saya tidak apa-apa, Yang Mulia. Terima kasih telah mengkhawatirkan saya."

Dengan pelan, Eilaria menarik tangannya yang masih di dalam genggaman Raiyan.

Namun, seolah tahu bahwa Eilaria sedang menahan diri, Raiyan malah mempererat genggamannya dan semakin memancing amarah Eilaria.

"Tentu saja aku akan khawatir padamu, Eila. Karena dirimu adalah tunan- tidak, wanita yang kucintai."

Raiyan mengatakannya sambil tersipu malu dan semua orang di tempat itu melihat adegan ini dengan jelas.

Semuanya memasang ekspresi tidak percaya dengan pengakuan Raiyan yang dilakukan secara terang-terangan.

CANCEL MY ENGAGEMENT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang