Panji berjalan pelan memasuki rumahnya. Dengan langkah sedikit terseret, laki-laki itu membuka kamar setelah membersihkan diri di toilet depan.
Seketika senyumnya tersungging, kala mendapati kedua buah hatinya sudah tidur nyenyak.
Jam dinding baru menunjukkan pukul tujuh, tidak biasanya, anak-anak dengan selisih tiga tahun itu tidur jam segini.
Panji yakin, siang tadi mereka terlalu aktif bermain. Sampai akhirnya kelelahan.
Setelah membenahi selimut di tubuh anak-anaknya, laki-laki itu beranjak keluar kamar, mencari sang istri yang belum dilihatnya sejak masuk rumah tadi.
"Shal," Panggilnya pelan, perempuan yang masih sibuk berkutat dengan cucian piring itu sontak menoleh.
"Loh, mas kamu udah pulang? Katanya lembur." Tanya Lika dengan raut wajah bingung.
"Meetingnya ditunda." Ujar laki-laki itu sembari berjalan mendekat ke arah wastafel, tempat Lika mencuci piring.
"Stop! Jangan dekat-dekat." Panji menautkan alisnya bingung.
"Duduk aja di situ! Tunggu, biar aku bikinin nasi goreng dulu. Belum sempat masak juga soalnya." Lika bergegas membilas tangannya.
"Kenapa sih?"
"Aku bau banget, belum mandi." Seru Lika sembari menyingsingkan lengan dasternya.
Lika merasa tidak percaya diri berdekatan dengan sang suami dalam keadaan lusuh seperti sekarang.
Panji hanya menghela nafas. Tidak mempedulikan ucapan sang istri, laki-laki itu meraih sabun dan busa dengan sigap.
"Ini biar aku yang lanjutin, sekarang kamu mandi sana."
"Nggak usah mas, tinggal dikit kok." Tolak Lika.
"Udah nggak pa-pa, kalo kemalaman malah masuk angin loh." Perempuan itu berfikir sejenak lalu mengangguk.
"Ya udah tunggu ya, aku cepat kok mandinya. Kamu belum lapar kan?"
"Belum, nggak usah buru-buru."
Tidak ingin membuang banyak waktu, Lika segera masuk kamar mandi.
Setelah hamil dan melahirkan, Lika memang memutuskan berhenti bekerja. Ia bertekad untuk fokus mengurus rumah tangganya, menjaga anak-anak dan melayani Panji di rumah.
Sudah menjadi pilihan perempuan itu untuk menghandle semua pekerjaan rumah termasuk mengurus dua buah hatinya seorang diri. Sama seperti Bardi, Lika memang tidak terlalu suka banyak orang asing di rumahnya.
Pernah sekali Panji mempekerjakan salah seorang asisten rumah tangga, tapi nasib kurang baik menimpanya, karna baru beberapa hari bekerja, si ART ketahuan mencuri. Hal itu membuat Lika trauma hingga sekarang.
Keluar dari kamar mandi, perempuan itu menatap pantulan dirinya di depan cermin. Memoles wajahnya dengan bedak dan memakai lipstik tipis di bibirnya yang sedikit pucat.
Kalian tahu, belakangan ini isu pelakor sedang marak dibicarakan.
Bukan Shalika bermaksud berlebihan, tapi perasaan kalut akan kejadian-kejadian yang sering dilihatnya di TV selalu membuat Lika ikut khawatir.
Lika sadar, dirinya tetap harus menjaga penampilan sebaik mungkin untuk Panji. Yah, perempuan itu tahu Panji laki-laki yang setia. Tapi kesialan orang tidak ada yang tahu kan?
Perempuan diuji ketika laki-lakinya tidak punya apa-apa. Sedangkan laki-laki diuji ketika dirinya punya segalanya.
Kini, Panji punya segalanya. Bahkan sekarang laki-laki itu lebih kaya ketimbang Arfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Crazy Love
ChickLit[CERITA LENGKAP] "Besok, kalo udah mentok dan nggak ada laki-laki yang mau serius sama lo, cari gue!" "Hah.. Maksudnya?" Alih-alih menjelaskan apa maksud ucapannya, dia justru pergi begitu saja. ................................. Di da...