Chapter 11 - Heal and Feel

136 26 14
                                    

.

Black String of Fate

.

Burung berkicau dengan riangnya, sinar mentari pagi menerangi sela-sela dedaunan rindang. Kagome terbangun dengan kaget saat seekor kumbang dengan tidak peduli menari di wajahnya, ujung hidungnya.

Perempuan itu meluruskan kakinya yang terasa kebas, merentangkan kedua tangan, menguap lebar sambil menengadah ke langit. Disaat itulah dia melihat Sesshoumaru masih dengan posisi agung yang sama sejak semalam, bersandar di bawah sebuah pohon besar dengan mata terpejam damai.

Kagome menyandarkan lagi kepalanya ke pohon, ingatan kemarin langsung menyerbu masuk ke otaknya, sedikit kedamaian yang baru saja ia rasakan langsung menguap begitu saja. Tokugawa, miko, Sesshoumaru, dan pertarungan. Semua yang terjadi adalah kenyataan!

Kedua pedang itu masih di sisi tubuh, tangan kanan gadis itu meraih pegangan Yoarashi dan Odachi kuat-kuat. Apa yang terjadi kemarin bagaikan potongan-potongan memori yang buram dan kelam. Kepingan mozaik yang telah dia kumpulkan tidak lebih dari serpihan kecil gunung es yang masih tenggelam di lautan yang dalam. Yang ia percayai kini, sang ayah tinggallah nama. Biarpun begitu, tidak ada sesal sama sekali di hati.

Mengingat Tokugawa membuat bayangan miko berambut cokelat yang menolongnya kembali berkelebatan. Cinta, ketulusan, dan pengorbanan dibalas oleh pengkhianatan. Apa yang dilakukan miko itu teramat bodoh menurutnya, tapi siapa dia untuk menghakimi orang lain? Dia tidak memiliki hak untuk itu sebab, tangannya sendiri pun berlumuran dengan darah. Dari semua hal yang terjadi, satu yang dia yakini, dia tidak akan sedungu miko itu!

Terlepas dari lamunan, Kagome bangkit dari duduknya, dia berjalan mendekati daiyoukai congkak yang sepertinya terluka cukup parah.

Kagome berhenti saat Sesshoumaru sudah berjarak tiga kaki di hadapan. Ragu-ragu, dia mendekat untuk meletakkan pedang Odachi di samping Sesshoumaru. Kedua matanya terpejam, tidak pernah Kagome melihat youkai sepertinya. Keindahan rupa yang dimilikinya bagaikan ciptaan Kami-sama yang paling sempurna. Dengan mata terpejam seperti sekarang, tak ada sama sekali kesan kejam dan mematikan yang terpancar.

Kagome amat terpukau dengan apa yang dilihatnya, kakinya terus melangkah, jarak kian digerus olehnya. Hanyou berwajah manis itu menelusuri kedua garis magenta di pipi Sesshoumaru dengan pandangannya. Penelusurannya bergerak ke telinga yang meruncing lalu ke untaian perak halus nan panjang. Zirah pria itu telah hancur, pakaiannya yang terbuat dari sutra kotor dan robek di beberapa tempat, jejak pasti pertempuran hebat kemarin. Di pinggangnya bertengger dua pedang, yang satu adalah pedang yang digunakan untuk menghidupkannya kembali dan yang lainnya adalah pedang yang digunakan untuk bertempur dengan Tokugawa.

'Dua pedang pun tak cukup untuknya. Dasar, youkai yang serakah!' pikir Kagome.

Kian Kagome mendekat, maka dirinya semakin penasaran. Mengapa siluman itu tak juga sadarkan diri, sedangkan tidak ada luka yang jelas terlihat? Apakah serangan Tokugawa sekuat itu? Kagome mengutuk dalam hati, pertanyaan itu telah ia ketahui jawabannya. Serangan si Penguasa Selatan separuh tenaga saja sudah membuatnya tak berdaya hingga dia harus ditolong miko malang itu. Walau Sesshoumaru kuat, tapi serangan petir Yoarashi pasti benar-benar berpengaruh kepadanya.

Tak ingin mengganggu waktu istirahat pria itu, Kagome mundur perlahan. Lagi pula, monster di dalam perutnya sudah berteriak meminta persembahan.

Setelah melihat Sesshoumaru, dia meneliti keadaannya sendiri yang tanpa disangka sangat kacau. Bahan yang membalut tubuhnya itu kini sudah tidak berbentuk seperti kimono, lubang memanjang kini menjadi hiasan. Kimono biru tua itu sudah berubah warna menjadi biru gelap bercampur cokelat dan abu-abu. Motif bunga yang ada tertutup oleh darah, tanah, dan debu. Kuncir kudanya sudah terlepas sebagian, rambut hitam legamnya mencuat dengan acak ke berbagai arah dengan beberapa helai daun kering yang menempel.

Black String of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang