8 : Mentorku Mentornya

173 38 12
                                    

❝ Gue putus sama Agam.❞

🥜🥜🥜

"Ji, kopi satu ya." Sangaji tehenyak mendengar suara parau tersebut.

"Siap, Bos!" Sangaji menjawab dengan berapi-api. Kemudian melanjutkan kegiatannya meracik kopi sambil mengulum senyum.

Dengan keluarnya kalimat pesanan kopi tadi, itu artinya Achi sudah jauh lebih baik.

Tak lama, Aji meletakkan secangkir kopi di hadapan Achi yang masih fokus menonton televisi, "Nih."

"Thanks." Achi menjawab sekenanya,

Kemudian, terjadi keheningan yang membuat Aji tak nyaman. Membuatnya harus membuka suara.

"Chi, soal kemaren, sorry ya."

"Gue juga minta maaf ya," Achi membalas, Sangaji mengernyit. Maaf buat apa?

"Gue denger lo telponan sama nyokap lo tadi malem. Sorry ya, bikin blind date lo jadi berantakan, lo sampe diomelin nyokap lo." lanjut Achi sekaligus menjawab rasa penasaran Aji.

Aji manggut-manggut sekaligus menutupi malu karna kelakuan bodohnya diketahui Achi. Setelahnya, tidak ada lagi yang bicara. Pertanyaan yang sangat ingin ia lontarkan sudah diujung lidah, apa yang terjadi pada Achi semalam?

"Tadi mal--"

"Gue putus sama Agam."

Hanya 4 kata, tapi mampu mengubah nada suara Sangaji, "Hah? Beneran??"

Achi mendelik, "Kok lo kaya seneng gitu, sih?"

"E-eh? Nggak tuh." Aji menjawab dengan kikuk, berusaha menetralkan suaranya.

Pandangan Achi menerawang jauh, berusaha merangkai kejadian kemarin untuk diceritakan pada Aji.

***
Flashback

Samar-samar Achi mendengar teriakan Aji, "Sorry ya, Chi!"

Achi tidak menjawab, telinganya dipenuhi suara detak jantungnya sendiri. Achi menjadi orang terakhir yang memasuki ruang meeting. Anin mendapat giliran pertama untuk presentasi.

Sepanjang Anin menjabarkan materinya, Achi hanya bisa menunduk gelisah,

"Kenapa saya pilih putih? Karena agar bisa menciptakan kesan warm dalam ruangan ini...."

Kok bisa sama mirip kaya punya gue?

Detailnya, tinggi dan lebarnya furniture, posisi, dan banyak kesamaan lain antara materi Achi dan Anin. Atau bisa dibilang materi Anin sama seperti materinya sebelum direvisi.

Menit-menit berlalu, giliran Achi. Tangannya dingin, pelipisnya mulai basah karna keringat. Achi berdeham sekali, lalu menghirup napas dalam. Berubah menjadi serious mode.

Achi mulai menjelaskan sebaik mungkin. Benar dugaannya, beberapa orang mulai berbisik. Tapi Achi tak gentar, ia tetap melakukannya hingga akhir.

"Saya memutuskan menggunakan warna kuning. Kenapa? Karena warna kuning bisa memancarkan keceriaan yang diharapkan berpengaruh pada sebuah keluarga...."

Menit-menit berlalu lagi,

"Jadi kita sudah memahami presentasi kedua kandidat tadi. Apakah ada yang masih ingin bertanya?"

Satu orang mengangkat tangan, "Achi, dilihat dari materi presentasi kamu, sepertinya banyak kesamaan yang cukup aneh jika disebut kebetulan, antara materi kamu dan Anin. Apa kamu yakin materi ini hasil dari buah pemikiran kamu?"

[2] kacang goreng • parksungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang