"Jadi nama lo Karina Puspa Chandrajaya?"
Karina mengangguk pelan, tidak berani memandang wanita mungil yang tengah duduk di hadapannya seraya menyilangkan kaki. Wanita yang Karina ketahui bernama Yeri itu tampak angkuh namun berkelas di saat bersamaan. Jas putih yang membungkus tubuhnya pun semakin membuat Karina merasa terintimidasi.
"Babe," Lucas yang duduk di samping Yeri bersuara, "Karina ini yang aku ceritain waktu itu. Yang nama belakangnya Chandrajaya."
"Oh," balas Yeri seadanya.
"Minta maaf dong, Babe, kan kamu udah jambak dia."
"Diem kamu! Aku belum maafin kamu ya karena udah ngajak cewek lain dinner di restoran favorit kita."
Lucas meringis. "Ya tapi kan aku ngelakuin ini karena aku pengen nyari info, Babe..."
Yeri mendengus sinis. Ditatapnya Karina yang masih menunduk. "Heh, lo yang di namanya ada nama bokap gue."
"Namanya Karina, Babe."
"Bodo, Cas! Heh, lo, orang ngajak ngomong tuh diliat!"
"I-iya?" Takut-takut Karina mempertemukan matanya dengan mata coklat mudanya Yeri. "Sa-saya gak punya hubungan apa-apa sama Monsieur Lucas, Bu."
"Bu?! Lo pikir gue udah punya anak lo panggil ibu?!"
Duh, kenapa wanita ini galak sekali?
"Ma-maaf," cicit Karina akhirnya, kembali menunduk.
Yeri terdiam sebentar, lantas menghela napas panjang. Dipandanginya gadis remaja bertubuh jangkung itu dengan cermat.
Mirip seseorang, tapi siapa?
Di sebelahnya, Lucas sudah berkeringat dingin karena jika Yeri diam, artinya wanita itu tengah memikirkan sesuatu yang sifatnya krusial. Mendadak Lucas bergidik ngeri. Memisahkan Karina dengan Yeri saja dia tadi kewalahan. Lucas tidak siap jika harus mengeluarkan tenaga ekstranya lagi. Yeri yang mengamuk lebih beringas daripada banteng versus matador.
"Lo tau gak nama Chandrajaya itu di Indonesia punya siapa?" Ujar Yeri memecah keheningan di antara mereka.
Karina bungkam.
"Heh, orang nanya tuh dijawab, bukan malah bengong!"
"Babe, Yeri, malu diliatin orang."
"Lucas diem! Karina, jawab gue."
"Gak tau, Bu-eh, Kak maksudnya. Saya tinggal di Indonesia baru tiga bulan." Padahal di dalam hati, Karina sudah mulai kesal dengan Yeri. Yang punya nama Chandrajaya kan banyak di Indonesia, bukan milik golongan tertentu saja. Di Perancis saja Karina sering menjumpai orang-orang dengan nama belakang yang sama tetapi tidak mempunyai ikatan darah. Jadi rasanya aneh sekali kala Yeri mempertanyakan nama Karina.
"Siapa nama bokap lo? Gue harus tau om gue yang mana yang punya simpenan sampai punya anak segede gini."
Kening Karina mengernyit. "Bokap?"
"Bapak."
Karina tidak langsung menjawab. Dia mendongak menatap Yeri. Yang ditatap balas memandanginya dengan tajam dan penuh tuntutan. "Maaf, kalau soal itu saya gak bisa kasih tau Kakak."
Yeri melotot. "Sok iye banget lo main rahasia-rahasiaan segala."
"Tapi itu privasi saya, Kak," jawab Karina lagi.
"Denger ya anak kecil," Yeri memajukan tubuh mungilnya hingga wajahnya dan Karina berjarak sangat dekat. Karina refleks mundur melihat mata Yeri yang memicing garang. "Gue punya hak buat tau siapa nama bokap lo," ucap Yeri dengan nada rendah. "Ini soal keluarga Chandrajaya, salah satu keluarga paling berpengaruh di Indonesia. Gak semua orang bisa sembarangan pakai nama itu kecuali ada hubungannya sama keluarga Chandrajaya. Either ini kebetulan apa enggak, gue harus tau asal usul kenapa lo bisa pakai nama belakang itu."
Karina menahan napasnya sejenak sebelum berkata, "Apapun itu, saya yakin ini semuanya kebetulan aja, Kak. Saya gak kenal dengan siapapun yang namanya sama seperti saya. Saya lahir dan besar di Paris, jadi gak mungkin saya ada hubungannya dengan keluarga Chandrajaya."
Bohong. Padahal jelas-jelas Irene mengatakan Papa juga mempunyai nama belakang yang sama dengannya. Karina tidak bodoh. Ada besar kemungkinan dia mempunyai relasi dengan keluarga Chandrajaya seperti yanh diduga oleh Yeri, tetapi Karina sudah berjanji kepada Irene untuk tidak mengungkit soal papanya lagi.
"Tinggal sebutin nama bokap lo aja pake lama, hmm. Apa perlu gue suruh orang buat nyelidikin lo? Pilih mana? Lo kasih tau sekarang atau gue bayar orang?"
"Babe," sela Lucas. Dia menahan tangan Yeri yang sudah berada di kepala Karina, waspada jika tunangannya itu berniat menjambak rambut mahasiswanya itu lagi. "Udah dong Yer, kamu nakutin dia. Dia itu masih kecil."
"Kamu gak berhak ikut campur ya Lucas," balas Yeri. "Ini urusan keluargaku."
"Tapi-"
"Karina, jawab."
"Maaf Kak, tapi saya gak bisa." Sebelum Yeri sempat merespon, Karina dengan cepat bangkit dan berlari ke luar restoran tanpa menoleh ke arah pasangan yang masih memproses tindakannya.
"Balik sini gak lo!" Di belakangnya Yeri sudah berteriak nyaring memanggil namanya, ditambah makian karena Lucas menahan tubuhnya untuk mengejar Karina.
Sementara itu Karina terus berlari menjauh. Dia baru berhenti ketika napasnya sudah terengah-engah. Bagus, pikirnya, bersyukur karena baik Lucas maupun Yeri tidak ada yang mengejarnya.
Sekarang hari sudah benar-benar gelap. Irene pasti mencarinya, tetapi Karina tidak tahu jalan pulang.
Karina bergegas mengambil ponselnya di dalam tas. Benar saja, ada belasan pesan dan riwayat panggilan tidak terjawab dari Irene.
"Halo, Ma."
"Karina Sayang, kamu di mana?!" Pekik Irene spontan. "Mama khawatir sama kamu!"
"Je suis desolée, Maman, tapi Rina juga gak tau Rina di mana."
"Kenapa bisa?"
"Ceritanya panjang," jawab Karina seraya menyentuh ujung rambutnya, teringat apa yang telah Yeri lakukan. "Mama bisa jemput Rina? Nanti Rina share location, okay?"
🍒🍒🍒
Ketika Hema tau kelakuan Yeri ke Karina:
🍒🍒🍒
Yeri galak banget Karina gelay
Komentar kalian buat Yeri:
Abis ini aku nabung chapter dulu karena ada banyak kegiatan di rl. See you luvv
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Juicy
Fanfic[SELESAI] Suho dan Irene bercerai. Ada Yeri yang menjadi korban. Dan lahirlah Karina yang ikut menanggung beban. Juicy, a Surene fanfiction featuring Yeri & Karina © Jeybenedict, 2021