"Papa ...."
"Kita akan menjalani ini sama-sama, Mas,"kata Beatrice, memegang tangan suaminya. Melihat itu, Kanya agak sakit hati karenanya meski kemudian ia sadar suami mereka tertukar.
Kemudian, Beatrice menatap mereka bergantian. "Omong-omong, dengan keadaan suami kita yang begini, mungkin kita enggak bisa tinggal di tempat terpisah dengan suami yang berbeda. Kita bisa menjadi bahan gunjingan."
"Mbak bener ...." Kemudian, Kanya menatap Beatrice. "Sesuai kata Mbak, kita menjalani ini sama-sama, saling membantu. Apa Mbak ada solusi, Mbak?"
"Mungkin Nak Kanya dan Nak Gaege bisa tinggal di rumah kami sama-sama, dulu. Apa kalian keberatan?" Gaege mengerutkan kening.
"Sebaliknya, Mbak, apa Mbak gak keberatan? Karena bisa dikatakan, kami orang asing di kehidupan Mbak yang gak sengaja masuk."
Beatrice menggeleng. "Enggak, ini demi suami kita juga, kalau dengan tinggal serumah kita bisa saling bahu membahu, kan?"
"Yah, kita akan saling mengenal nantinya, lagi kita kan berteman dan saya juga bisa sekalian bantu-bantu bagaimana menjadi ibu rumah tangga." Kanya tersenyum.
"Ah, makasih banyak, Mbak Beatrice."
"Eh, saya ingat sesuatu!" kata Gaege, mengangkat telunjuknya. "Kami ini, saya sama Mas Brendon, korban tabrakan yang sama, kan? Dari sopir truk ugal-ugalan yang bikin mobil saya nyungsep?" Ia kemudian menatap Brendon yang kelihatan bingung. "Mas Brendon ingat?"
"Saya ... ingat beberapa hal ... tabrakan itu dan saya kemudian mati rasa." Brendon menggeleng. "Semuanya gelap."
Keduanya yang mendengarnya tercengang.
"Yah, mobil Mas Brendon keliatannya ancur paling parah, sih. Saya sempet liat sebelum bener-bener gak sadar. Dasar supir truk ugal-ugalan, dan sang pencabut nyawa itu juga ... abal-abal banget ...."
"Bersyukurlah kalian enggak kenapa-kenapa." Kanya menghela napas panjang. "Sekarang kita tinggal sama-sama ... menjalani ini. Gaege, Mamah sama Papah atau siapa pun gak bisa dikasih tau soal ini karena yang di atas katanya akan marah kalau kita bongkar semuanya."
"Huh ... dasar ... yah lagian kalau disebar-sebar hal beginian, entar diteliti atau apa, aku males berurusan sama begituan!" Gaege memutar bola matanya. "Kuharap berjalan cepat aja ... aku gak tau nanti nasib Mamah Papah tau aku begini gimana."
"Sabar, Gaege!"
Dan tak lama kemudian, sepasang wanita dan pria masuk ke ruangan, mereka awalnya santai-santai saja sampai mendapati nyatanya ada banyak orang di ruangan putra mereka yang dirawat. Orang-orang asing. Mereka juga kaget melihat anak kecil yang kini dipeluk putra mereka dan yang lain dielus-elus kepalanya.
"Eh, Papah, Mamah," kata Gaege spontan, dan ia langsung mendapatkan tatapan kaget dari Kanya, sadar ia memakai tubuh orang lain langsung ia berdeham dan turun dari ranjang.
Sementara Beatrice, menggendong putra kecilnya yang tertidur, dan menarik pelan putrinya bersamanya.
"Eh, mm ... ada apa ini ...?" tanya sang pria tua bingung.
"Eh, mereka ... Bapak dan Ibu Xanders, sang suami korban tabrakan beruntun yang sama kayak Gaege, Pak." Gaege mengusap dada, tampaknya mereka tak mempedulikan panggilannya tadi.
"Ah, begitu." Ia mengangguk.
"Pah, Mah," sapa Kanya lembut. "Kami tadi ngobrol bareng, sama Mbak Beatrice sama Mas Brendon."
Ia berusaha senormal mungkin, dan Beatrice terlihat mengangguk seraya tersenyum.
"Kelihatannya kondisi suami Bu Xanders membaik, ya. Syukurlah, Bu."
Beatrice mengangguk akan ungkapan wanita dewasa itu. "Iya, Bu. Terima kasih."
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND, YOUR HUSBAND
Romansa18+ Bagaimana jadinya jika jiwa suami kalian tertukar dengan suami orang lain? Itulah yang dialami Beatrice dan Kanya, ketika suami mereka Brendon dan Gaege tertukar jiwanya karena kesalahan sang maut amatir.