Chapter 51

266 21 8
                                    

Happy reading

Enjoy

____________________________

Banyak orang jika berada dikeramaian akan menemukan cinta pandangan pertamanya. Entah itu cewek atau cowok bila sudah melihat seseorang untuk pertama kalinya dan muncul ketertarikan pasti akan mengartikannya sebagai cinta padangan pertama. Padahal sebenarnya cinta tak akan semudah itu tumbuh, mungkin sekedar tertarik dengan fisik atau senyumnya saja. Dan itu pula yang selalu dialami remaja.

Ditengah keramaian seperti ini Chaka memandang orang yang berlalu lalang disekitarnya. Dia sedang duduk bersama Shinta yang justru asik menikmati es dawet yang dibelinya.

Pandangan Chaka pendar saat beberapa cewek sempat lewat didepannya lalu tersenyum. Chaka balas senyum genit dan si cewek langsung lari ketawa tidak jelas. Padahal itu senyum termanis yang Chaka tunjukkan menurutnya.

Chaka menghela nafas saat banyak orang gandengan didepannya. Wajahnya berubah lesu, lebih lesu dari pada kresek habis pakai. Shinta yang melihat itu pun bertanya.

"Kenapa tu muka kayak kurang gizi gitu?" tanya Shinta masih mengunyah es dawetnya.
"Gue kenapa ya nggak laku-laku?" lirih Chaka sedih.

"Lo udah coba jual diri apa gimana?"

"Bukan itu. Maksud gue, kenapa sampai sekarang gue belum dapet gebetan yah padahal semua temen gue udah ada cemcemannya." Chaka meratapi nasibnya. Diantara mereka berlima hanya dirinya saja yang tidak dekat dengan seorang cewek. Padahal tampangnya cukup memadai ganti pacar seminggu tiga kali.

"Oh, kalo itu mah belum dapet aja. Mumpung lagi rame banyak siswi dari sekolah lain, lo coba deh liat-liat siapa tau ada yang kecantol baru deh lo deketin." Shinta yang merasa prihatin dengan wajah kusut Chaka pun memberi saran agar teman sekelasnya itu bisa terhibur.

"Gitu ya?"

"Hm."

Atas dorongan ingin mendapan kenalan yang cantik dari sekolah lain Chaka pun melihat beberapa siswi yang cukup menarik. Memang banyak yang cantik lewat didepannya namun Chaka belum menemukan hal menarik dari pandangan pertamanya pada seorang cewek. Sampai pandangannya tertuju pada seorang cewek yang berdiri sendiri seperti sedang mencari sesuatu.

Chaka terus melihat kearah si gadis dan merasakan hal berbeda. Dia merasa tertarik dengan wajah lugu si gadis. Gadis itu memang cantik, berkulit putih dan hidungnya tidak terlalu mancung namun pas untuk wajahnya yang mungil. Gadis itu juga cukup tinggi. Mungkin sudah kelas tiga Sma sekarang, menurut Chaka.

Karena Chaka yang bengong Shita pun bertanya. "Gimana udah ketemu calonnya?"

"Itu. Cantik yah." Chaka menjawab sambil memandang si gadis.

Shinta pun menoleh melihat gadis yang juga dilihat Chaka. Lalu ia menghela nafas. "Iya cantik. Dilihat dari bajunya kayaknya anak cheerleader." Shinta memicinkan mata menatap Chaka yang masih larut dalam kagumnya menatap si gadis. "Lo gak akan bisa dapet anak cheerleader Chak. Mereka terlalu cantik bandannya juga bagus-bagus, biasanya mereka suka sama cowok yang badannya atletis, tampan juga banyak duitnya."

"Tapi gue kan baik?" Chaka bertanya.

"Zaman sekarang baik aja nggak cukup. Mesti tampan juga. Lo lumayan sih tapi badan lo nggak bagus, perut lo aja buncit. Seandainya lo banyak duit masih ada jaminan, tapi minum es dawet aja gue yang harus bayarin," ucap Shinta sesuai fakta.

"Hujat aja terus," Chaka jadi sewot.

Shinta terkekeh dengan ekspresi Chaka. Chaka mengusap perutnya yang sudah buncit sedikit. Ini semua karena bundanya yang memaksanya tidur siang setelah makan ditambah dia sudah jarang berolahraga. Palingan sekali seminggu saat jam olahraga kelasnya. Itupun biasanya dia kabur.

Guardian and Angel (story love school)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang