02. Afternoon Eskul

64 14 12
                                    

Sore ini entah kesialan darimana seorang Gibran Airlangga tengah diseret menuju lapangan basket sana oleh kedua sahabat nya, Rangga dan Arsen. Sedangkan Guntur dan Putra berjalan dibelakang mereka sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan cowok berseragam dengan hoodie hitam bertuliskan 'Stussy' itu meronta menolak ketika ia diminta untuk ikut bermain pada turnamen Basket nanti.

"Lo bisa diem ga? kaya anak perawan aja" ucap Rangga kesal mendengar sedaritadi Gibran memprotes.

"Coba buka, kali aja bener" timpal Guntur

"Bangsat! nih atuh "

Arsen menonyor kepala mesum Gibran, ia kemudian menyerahkan kaos khas anggota basket sekolah nya pada pemuda itu.

"Kenapa harus gua? yang masuk eskul basket kan banyakan"

"Gausah protes deh berisik, taun kemarin aja lu mau diajak sama bang Gara" ucap Guntur jengah, cerewet sekali makhluk dihadapan nya ini.

"Biarin aja, lo kalau gamau mending ikutan team Chearleeders bareng Yola" timpal Putra yang membuat Gibran bergidik ngeri saat membayangkan nya

"Lah, lo sendiri ga ikut"

"Putra udah didaftarin buat karate sama Pak Sidik" ujar Arsen sambil menangkap lemparan bola basket dari rekan nya

"Woahh.. " Gibran mengerutkan keningnya saat Guntur dan Rangga tiba tiba mengayunkan kedua tangan nya membentuk gaya 'Woah'. Random bukan?

"Terus? kan masih bisa ikut"

"Masalahnya karate sama basket itu tandingnya bareng bodoh"

Gibran hanya berdecak kemudian duduk disamping Guntur yang tengah bersiap akan berlatih dengan anak-anak Basket lainnya. Jika Guntur dan Rangga mengikuti eskul Basket, maka Arsen juga mengikuti nya namun ia juga masuk club Futsal sekolah nya. Kemudian Putra yang tidak banyak omong itu lebih memilih eskul Karate, katanya untuk jaga jaga saja. Sebenernya ia cukup pandai berkelahi, tapi Putra lebih percaya jika ia bisa menguasai teknik bela diri dengan tepat.

Sedangkan Gibran? cowok pemalas itu tidak mengikuti eskul sama sekali. Tapi sialnya ia selalu diseret jika ada pertandingan mendadak.

"Jalan jalan beli bunga, pulangnya beli martabak. Halo neng Acha, nih kang Putra siap menembak" Rangga yang merupakan sobat tengil nya Gibran itu kembali menggoda sahabat dengan teman kelas nya yang kebetulan tengah berjalan tidak jauh dari mereka.

Awal ejekan ini terjadi ketika saat itu Putra dan Acha yang ditunjuk menjadi petugas UUD dan Pengucapan Janji Siswa, saat diakhir pengucapan gadis itu jatuh pingsan yang langsung ditahan oleh Putra. Bukan nya menolong tapi hampir satu sekolah itu malah berseru atas keuwuw an ditengah lapang. Ditambah lagi pada saat itu Gibran, Rangga dan Arsen berada dibarisan paling depan sedangkan Guntur tengah memimpin jalan nya upacara.

Kembali pada gadis pencinta kpop itu yang kini mengacungkan jari tengah nya, sedangkan Putra tengah memberi pelajaran pada mulut kurang ajarnya si Rangga.

"Putra mu masih kalah jauh dengan Jaehyun ku" ujar gadis itu.

"Kalau gitu biarlah Putra kami menjadi Jaehyun nya Neng Achania" balas Gibran

"Halu teruss.." timpal Athaya yang mulai geram.

"Iri? bilang boss, hahayy.."

Jika tidak ada banyak orang, demi apapun Athaya ingin sekali membanting sepatu pada Gibran yang kini tengah menggeleng-gelengkan kepala sambil memeletkan lidanya.

Tidak mau ambil pusing ia kemudian melanjutkan langkah nya untuk berlatih.

Sesampai nya dilapangan Athaya sedikit bersyukur karena melihat Bintang kali ini berlatih tanpa harus ia paksa, biasanya gadis itu sering membolos dan berujung Athaya juga Dinda lah yang terkena imbas nya karena mereka yang bertanggung jawab penuh atas kelengkapan anggota. Mengingat Gitapati merupakan jabatan tertinggi dalam sebuah grup Marching Band.

ATHAYA GIBRAN - 01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang