Hari ini ada dua tukang ojek online yang dateng ke rumah Setya. Tukang ojek yang pertama, datang bawa sepaket makanan yang isinya banyak banget. Tukang ojek kedua bawa paket dua tanaman kaktus yang sudah di tanam dengan cantik di pot tanaman berbahan tanah liat. Yang membuat Setya bingung, dia tidak memesan itu semua.
Tapi paket yang ngirim makanan, Setya udah feeling kalau itu datangnya dari Geo. Soalnya Geo kalau ngirim makanan ke rumahnya emang gila banget porsinya. Dan saat ditanya pada tukang ojeknya, bener yang memesan itu Geovana. Langsung aja Setya telfon cowok itu dan ngamuk. Kesalnya, cowok itu hanya tertawa ketika Setya ngomelin dia.
"Besok-besok kalo lo ngirim makanan sebanyak ini lagi gak bakal gue terima ya!" Ultimatum dari Setya. "Biarin aja, makanannya buat bapak ojeknya kalo gak gue suruh anter ke rumah lo."
"Gue ngirim itu karna gue seneng liat lo makan, Set."
"Lo ngirim makanan gini ke gue juga ujungnya lo tetep gak bisa liat gue makan, Ge!!" semprot Setya. "Kenapa sih, Ge..." kalimat Setya menggantung. Dia menahan emosinya, berat untuk melanjutkannya. Tapi dia ingin bertanya pada Geo.
"Kenapa apanya?"
"Kenapa lo selalu berjuang sebegininya saat diawal?"
"Set, gue udah berubah. Gue gak kayak dulu lagi."
"Tapi di mata gue..." Setya menarik nafas. "Lo tetep begitu."
**
Setya menatap sendu dua Baby kaktus yang kini bertengger di meja kamarnya. Kaktusnya cantik, wadanya lucu, yang ngirim bikin rindu menggebu-gebu. Ialah, Rai. Kaktus ini dari Rai datangnya.
Setya lalu mengambil ponselnya dan menelfon Rai. Tanpa menunggu, telfon itu diangkat. Setya yang nelfon, namun Rai yang menyapa lebih dulu. Dengan nada bicara yang selalu Setya suka.
"Udah nyampe baby kaktusnya? Ehh, iya betulkan itu namanya baby kaktus?" dia menambahkan kekehan dibelakangnya. "Aku tadi lagi scroll online shop, terus nemu toko tanaman online, aku inget kamu lagi suka bercocok tanam. Tapi karna aku gak tau kamu maunya taneman apa, jadi aku belinya asal aja. Pas liat baby kaktus ini lucu banget, yaudah aku beli aja buat kamu. Itu jawaban kalo kamu nanya kenapa aku beliin kamu itu."
Setya masih diam. Entah, belum ingin mengeluarkan suara sama sekali atau terlalu menikmati suara Rai yang kini jarang dia dengar.
"I really really miss you Setya. Kangen banget aku sama kamu, Yang. Kangen bacotnya kamu. Kangen diambekin kamu. Kangen disayang-sayang sama kamu. Kangen gibah sama kamu juga. Aku kehilangan partner banget. Miss you so much, Yang." aku Rai.
Buru-buru Setya menghapus air matanya agar tidak keluar terlalu banyak. Namun, sekeras apapun dia menghapusnya, air mata itu tetap turun dan keluar. Agar Rai tidak menyadari kalau dia menangis mendengar ungkapan kangennya Rai, maka Setya memilih untuk memutuskan sambungan telfon tersebut.
Tanpa bilang terima kasih pada Rai. Tanpa membalas kata kangen dari Rai.
"Maaf, Rai.."
**
Setya membawa keluar tanaman kaktus pemberian Rai dari dalam kamarnya ke teras rumah untuk digabung dengan tanaman lainnya. Lalu, dia pandangi tanaman tersebut. Andai saja, Rai bisa dengan pasti memberinya jawaban, Setya tidak akan segalau ini.
Hampir tidak lagi berkomunikasi dengan Rai, sejujurnya membuat Setya hampa. Biasanya, hampir tiap hari mereka berkomunikasi. Ada aja obrolan yang diobrolin. Dari topik palinh serius hingga paling receh sekalipun. Meski mereka tidak bertemu pun, tetap saja komunikasi tetap jalan di ponsel. Sampai Mamanya kadang marah-marah karena Setya main hape terus. Hape seperti gak bisa jauh-jauh dari Setya. Sekarang malah sebaliknya.
Lagi asik memandang baby kaktus, Mama menghampiri Setya. Duduk disampingnya. "Udah tau siapa yang ngirim tanemannya, Set?"
Setya menganggukan kepala. "Siapa?" Tanya Mama lagi.
"Rai."
Mamanya tidak mengeluarkan suara lagi. Dia mengerti kegalauan yang dialami putri bungsunya ini. Pasti bingung memilih dua hal yang sama-sama menggiurkan. Dia pun sebagai orang tua tidak bisa membantu banyak selain memberikan saran dan berdoa. Karena urusan hati, tidak bisa diganggu.
"Kalo mama jadi aku, mama bakal pilih Rai apa Geo?" Tanya Setya seraya memandang Mamanya.
"Mama akan pilih yang bisa bahagiain Mama. Membimbing mama menjadi manusia lebih baik." Jawab Mamanya.
"Kalo itu, aku percaya, Geo dan Rai bisa melakukan itu."
Mamanya tersenyum namun hatinya ikut teriris melihat anak bungsunya seperti kehilangan arah. Memang, setiap manusia punya cobaannya masing-masing untuk menjadi dewasa. Mungkin untuk Setya, inilah cobaan kedewasaannya. Dihadapkan pada dua pilihan yang sulit untuk dia pilih.
"Aku takut memilih, Mah." Lirih Setya. "Aku takut pilihan aku salah dan menyesalinya nanti. Aku takut gak bisa menerima resiko terhadap pilihanku."
Mamanya mengusap punggung Setya. "Ikhlas, Setya. Pilihlah sesuai hatimu dan minta petunjuk sama Tuhan. Maka kamu akan bisa menerima segala baik dan buruknya nantinya."
Setya menundukan kepalanya. Ucapan dan usapan tangan Mama di punggungnya membuatnya tenang sekaligus haru. Entah, apapun yang dikatakan dan dilakukan ibunya memang selalu membuatnya tenang yang hasil akhirnya selalu membuatnya menangis. Menangis haru karena Mama selalu ada disampingnya.
"Apapun pilihan kamu, Mama dan Papa selalu dukung kamu, nak."
**
Berbekal ucapan Mamanya, kini Setya mencoba untuk mengikhlaskan seikhlas-ikhlasnya. Dia menuntun hatinya sendiri agar tidak berat sebelah. Cara pertama yang dia lakukan adalah mengucapkan terima kasih pada Rai atas kiriman baby kaktusnya dan kepada Geo atas kiriman makanannya.
Pada Rai, karena tadi dia belum sempat mengucapkannya dan malah terbawa suasana. Namun, karena kalau menelfon keduanya membawa damage yang begitu besar padanya, maka dia memilih mengucapkannya lewat chat. Itu lebih baik.
Selain mengucapkan terima kasih, Setya juga mengatakan pada keduanya untuk tidak sering-sering mengirim makanan atau apapun ke rumahnya. Karena dia tidak suka. Setya harap mereka mengerti dan berhenti melakukannya.
Langkah pertamanya sudah dia lakukan. Maka langkah kedua yang dilakukan adalah menangkan pikirannya. Dengan cara meningkatkan keimanannya dan mengerjakan hal-hal positif dan menyenangkan di rumah. Walau inginnya dia menenangkan pikiran dengan pergi ke suatu tempat.
Selain itu, dia ingin melapangkan hatinya selapang-lapangnya. Membuka hati pelan-pelan. Pada Rai lagi. Geo lagi. Atau siapapun itu.
**
Setelah hampir dua bulan di rumah aja, akhirnya hari ini Setya harus keluar rumah. Mau gak mau! Hari ini dia harus keluar rumah untuk mengambil beberapa berkas yang ada di kantor. Sejujurnya, Setya parno minta ampun untuk keluar rumah. Maka dari itu, untuk pergi kali ini dia membawa banyak barang di dalam tasnya sampai-sampai tasnya itu berat banget. Tapi demi kesehatan sekaligus menjaga diri, dia rela berat-beratan membawa tas.
Hal yang paling membuatnya parno adalah karena hari ini dia pergi menggunakan angkutan umum alias kereta. Tadinya ingin bawa mobil, tapi ban mobilnya bocor. Meski kata beberapa temannya yang beberapa kali naik angkutan umum khususnya kereta mengatakan kalau KRL sepi sih di masa pandemic ini. Tapi tetap aja Setya ngeri.
Mamanya menyarankan untuk minta anterin Rai aja. Tapi Setya menolak dengan keras saran yang diberikan Mamanya. Setya gak mau merepotkan siapapun, apalagi situasinya dengan Rai sedang tidak terlalu baik. Wajar juga sih kalau Mamanya menyarankan minta anterin sama Rai, biasanya mereka juga berangkat ke kantor bareng. Haduuhh, jadi kangen berangkat kerja bareng Rai...
Kapan pandemic selesai?
Kapan urusan hatinya selesai pula?
**
KAMU SEDANG MEMBACA
SETYA BELUM AKAD
ChickLitRai dan Setya pacaran hampir enam tahun. Karena hubungan mereka terbilang lama, temen-temennya udah pada menikah dan gendong anak, membuat Setya jadi rewel dan minta dinikahin terus sama Rai. Sayangnya, Rai belum mau menikah. Alasannya, karena nikah...