Bag - 18 Ketahuan dan Pengakuan

279 27 3
                                    

Yuk vote dan komen duluuu

Happy reading!!!

***

Suasana remang-remang sekitaran gazebo parkiran departemen Teknik Sipil membawa hawa yang sedikit menyeramkan, setidaknya itu yang Sella rasakan sejak bernenit-menit yang lalu saat Ia mulai mendaratkan bokongnya di salah satu gazebo yang ada di sekitran parkiran Teknik Sipil dengan Arjuna di sampingnya yang hanya menunduk diam. Hal tersebut menjadikan Sella yang ikut diam sedari tadi bergidik ngeri, takut-takut jika disebalahnya ini sosok lain yang menyerupai Arjuna.

 Hal tersebut menjadikan Sella yang ikut diam sedari tadi bergidik ngeri, takut-takut jika disebalahnya ini sosok lain yang menyerupai Arjuna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ekhem

Sella berdehem, menelan halus segala rasa takutnya kemudian mengarahkan pandangannya lagi ke arah Juna di sampingnya, kali ini Ia tak langsung memutuskan tatapannya begitu saja, untuk beberapa saat Sella hanya memandang Arjuna di sampingnya, tanpa berniat menarik perhatian laki-laki di sampingnya lebih jauh lagi.

"Kak, lo tahu nggak kenapa Eil takut gelap?" setelah bermenit-menit hanya memandang Juna yang menunduk dalam, Sella kemudian bersuara, sekaligus pandangannya yang Ia lempar jauh ke arah taman departemennya, satu-satunya tempat yang mencolok malam itu dikarenakan cahaya yang menyorotinya terlihat lebih terang dari yang lainnya, meninggalkan kesan hangat dan takjub secara bersamaan.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Juna, yang Sella artikan bahwa laki-laki itu tidak tahu sama sekali mengapa Eil bisa terlihat sangat ketakutan dengan suasana yang gelap.

"Lo tahu nggak kenapa taman departemen gue kelihatan jadi tempat paling terang di antara tempat-tempat yang lain di Teknik ini?" Lagi-lagi Sella bertanya, sembari tersenyum hambar menatap jauh ke arah taman departemennya, yang entah kenapa Juna yang sedari tadi menunduk juga ikut menatap jauh ke arah taman departemen Arsitek, tempat yang baru Juna sadari terlihat sangat terang di antara semua sudut yang ada di teknik.

"Taman itu proyek pertama yang ayahnya Eil ambil setelah kepergian bundanya Eil." Dengan nada suara yang sirat akan sedih, Sella berucap lagi dengan tetap mematri senyum hambar di bibirnya, memandang ke arah Arjuna hanya untuk mendapati laki-laki itu yang tengah menatap nyalang ke arah depan.

"Bundanya Eil meninggal karena jatuh dari tangga saat lagi ada pemadaman listrik, gue gak tahu pasti gimana ceritanya, yang jelas yang gue tahu, sejak hari itu Eil nggak bisa menempatkan diri di kegelapan sendirian, dia seolah-olah trauma, dan hal yang barusan terjadi itu, lo lihat sendiri sebagaimana messed upnya dia, kak." Panjang, Sella berucap panjang, membuat napas Juna di sampingnya tercekat. Laki-laki itu seolah dihantam berkali-kali hari ini, dan apa yang terlontar dari mulut Sella barusan, membuatnya mencapai rasa sesak yang semakin menggerogoti hatinya.

"That's why, taman itu terlihat mencolok, terlihat terang sendiri, karena itu juga Eil bisa ada di teknik Arsitek." Tanpa menunggu sahutan dari Arjuna yang jelas-jelas laki-laki itu tengah mengambil peran tanpa dialog sejak awal, Sella dengan inisiatif mengambil alih semua pembicaraan, menjadikan Arjuna sebagai satu-satunya tokoh tanpa dialog di antara keduanya.

My Ineffable SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang